Hawkish The Fed Mendongkrak Harga Dollar dan Imbal Hasil Obligasi AS
- Indeks USD bergerak seiring dengan imbal hasil obligasi.
- Harga emas di bayang-bayangi data inflasi AS.
- Sentimen harga minyak di bebani oleh permintaan pasar.
Indeks USD mengamati imbal hasil obligasi dan data inflasi AS.
Penguatan dolar didukung oleh kenaikan imbal hasil (yield) AS yang sama kuatnya, terutama pada kurva jangka pendek, sebagai respon terhadap meningkatnya spekulasi pengetatan lebih lanjut oleh Federal Reserve.
Konsumen (CPI) AS diperkirakan naik 0,1% MoM di bulan Oktober dan indeks harga inti diperkirakan tumbuh 0,3% MoM. Data yang lebih kuat dari perkiraan ini mungkin meningkatkan kemungkinan kenaikan suku bunga Fed pada pertemuan bulan Desember atau Januari.
Harga emas di bayang-bayangi data inflasi AS.
Harga emas (XAU/USD) kesulitan untuk naik selama awal sesi Eropa pada hari ini. Investor menunggu Indeks Harga Konsumen (IHK) AS yang sangat dinanti pada hari Selasa untuk mencari dorongan baru.
Ketua Fed Powell, memberitakan minggu ini bahwa suku bunga mungkin tidak cukup tinggi untuk membatasi inflasi menuju target 2% The Fed di masa depan. Sikap hawkish ini benar-benar menghapuskan narasi pasar yang luas bahwa The Fed tidak hanya selesai menaikkan suku bunga, namun akan segera menuju siklus penurunan suku bunga yang pada umumnya berpengaruh negatif terhadap harga emas melemah.
Sentimen harga minyak di bebani oleh permintaan pasar.
Harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) mencoba naik baru-baru ini, diperdagangkan mendekati 76,40 selama jam perdagangan Asia pada hari Senin. Kekhawatiran terhadap berkurangnya permintaan di Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok memperburuk sentimen pasar terhadap permintaan minyak mentah.
Data baru-baru ini yang mencerminkan penurunan inflasi Tiongkok, negara pengimpor minyak utama, pada bulan Oktober memang dapat membayangi prospek pertumbuhan global. Hal ini berdampak langsung pada permintaan minyak mentah. Namun harga minyak mentah mengalami penurunan akibat sinyal peningkatan pasokan. Data industri menunjukkan peningkatan signifikan dalam persediaan minyak mentah Amerika Serikat (AS), melawan dampak positif komitmen Arab Saudi dan Rusia untuk memangkas 1,2 juta barel pada tahun 2024.