
Dollar AS Menguat Lagi, Harga Emas Tertekan Sementara Pernyataan Pejabat The Fed Mengubah Sentimen Pasar.
- Dolar menguat setelah pernyataan Waller menahan ekspektasi penurunan suku bunga.
- Harga emas melanjutkan penurunan di tengah sinyal hawkish Fed dan penguatan dolar.
- Pertumbuhan ekonomi Tiongkok di bawah ekspektasi dan penguatan dolar AS mempengaruhi sentimen harga minyak.
Dolar menguat setelah pernyataan Waller menahan ekspektasi penurunan suku bunga.
Dalam perdagangan sesi Asia, indeks dolar AS naik setelah mencapai level tertinggi dalam sebulan, didorong oleh pernyataan dari anggota The Fed, Waller, terhadap penurunan suku bunga. Komentarnya membuat pedagang mengurangi ekspektasi penurunan suku bunga, sementara imbal hasil Treasury juga melonjak.
Suku bunga yang lebih tinggi dapat memberikan dampak negatif pada mata uang lain. Perhatian saat ini tertuju pada data penjualan ritel dan produksi industri AS untuk petunjuk lebih lanjut mengenai perekonomian AS.
Harga emas melanjutkan penurunan di tengah sinyal hawkish Fed dan penguatan dolar.
Harga emas terus turun di perdagangan Asia setelah sinyal hawkish dari pejabat Federal Reserve, yang meningkatkan keraguan terhadap penurunan suku bunga lebih awal. Gubernur Fed Christopher Waller menyatakan ketahanan ekonomi AS dapat menunda penurunan suku bunga, memicu penguatan dolar dan lonjakan imbal hasil Treasury.
Meskipun emas sebagai safe haven diminati, prospek suku bunga AS yang lebih tinggi mengimbangi permintaan, memicu pergeseran para pedagang ke dolar. Data produksi industri dan penjualan ritel AS menjadi fokus pasar, dengan tanda-tanda kekuatan ekonomi memberikan ruang bagi The Fed untuk mempertahankan suku bunga tinggi lebih lama. Suku bunga yang lebih tinggi dapat membatasi investasi emas dan telah menjadi beban bagi logam kuning selama dua tahun terakhir, meskipun emas masih mendapatkan keuntungan dari penurunan suku bunga AS.
Pertumbuhan ekonomi Tiongkok di bawah ekspektasi dan penguatan dolar AS mempengaruhi sentimen harga minyak.
Harga minyak mengalami penurunan pada hari Rabu karena pertumbuhan ekonomi Tiongkok yang sedikit di bawah ekspektasi, memunculkan kekhawatiran terhadap peningkatan permintaan di masa depan. Minyak mentah Brent dan WTI turun masing-masing 0,7% dan 0,8%. Meskipun minyak Brent naik sebelumnya karena konflik di Laut Merah, kekhawatiran terkait permintaan Tiongkok mempengaruhi sentimen.
Meskipun pertumbuhan ekonomi Tiongkok kurang dari perkiraan, produksi kilang minyak meningkat, menunjukkan permintaan yang lebih tinggi dari yang diharapkan. Penguatan dolar AS juga berkontribusi pada penurunan harga minyak, mengurangi daya beli bagi pembeli yang menggunakan mata uang lain. Meskipun ada tanda stabilnya permintaan Tiongkok, prospek tahun 2024 dan 2025 tetap suram.