Dinamika Pasar Mata Uang dan Komoditi di Tengah Libur Thanks Giving AS.

  • Dinamika mata uang Euro menguat, Yen Jepang naik, dan Dolar Australia bergerak naik di tengah perayaan Thanksgiving.
  • Prediksi penurunan suku bunga oleh bank sentral AS kedepan membuat imbal hasil obligasi AS 10 tahun tetap rendah, melemahkan dolar, dan meningkatkan daya tarik emas.
  • Penundaan pertemuan OPEC+ picu spekulasi kesulitan kesepakatan produksi minyak, fokus pada negara-negara Afrika.

Dinamika mata uang Euro menguat, Yen Jepang naik, dan Dolar Australia bergerak naik di tengah perayaan Thanksgiving.

Euro mengalami kenaikan yang signifikan selama jam perdagangan Asia pada hari Kamis, melampaui level 1,0900 dan menetap di sekitar 1,0905, mencatat kenaikan sebesar 0,16% di tengah perdagangan di pasar keuangan AS sepi karena perayaan Thanksgiving. 

Yen Jepang mengalami kenaikan sebesar 0,3% di tengah perdagangan sepi, namun tetap mengalami penurunan tajam dari sesi sebelumnya karena dolar pulih. Data inflasi konsumen untuk bulan Oktober diharapkan memberikan petunjuk lebih lanjut terkait rencana kebijakan moneter ultra-dovish Bank of Japan.

Sementara itu, Dolar Australia mengalami kenaikan sebesar 0,2% karena Gubernur Bank Sentral Michele Bullock mengulangi peringatannya mengenai inflasi, yang dapat memicu kenaikan suku bunga oleh bank sentral dalam beberapa bulan mendatang.

Prediksi penurunan suku bunga oleh bank sentral AS kedepan membuat imbal hasil obligasi AS 10 tahun tetap rendah, melemahkan dolar, dan meningkatkan daya tarik emas.

Harga emas (XAU/USD) mengalami kenaikan pada hari Kamis setelah terjadi penurunan sebelumnya. Peningkatan ini dipicu oleh optimisme pasar bahwa Federal Reserve (Fed) tidak akan segera menaikkan suku bunga. 

Selain itu, diperkirakan bahwa bank sentral AS akan mulai menurunkan suku bunga pada paruh pertama tahun 2024, yang membuat imbal hasil obligasi pemerintah AS bertenor 10 tahun tetap rendah. Keadaan ini melemahkan dolar dan mendukung kembali daya tarik emas yang tidak memberikan imbal hasil.

Penundaan pertemuan OPEC+ picu spekulasi kesulitan kesepakatan produksi minyak, fokus pada negara-negara Afrika.

Harga minyak turun lebih dari 1% pada hari Kamis setelah OPEC+ menunda pertemuan tingkat menteri, menciptakan spekulasi tentang kemungkinan kesulitan dalam mencapai kesepakatan produksi minyak. 

Di lansir dari investing.com OPEC+ menyatakan bahwa masalahnya terkait dengan negara-negara Afrika dalam kelompok tersebut, khususnya Angola, Kongo, dan Nigeria, yang berupaya meningkatkan kuota pasokan mereka untuk tahun 2024 di atas tingkat yang disepakati pada pertemuan OPEC+ bulan Juni. 

Para analis mencatat bahwa ketidaksepakatan antar anggota dapat meningkatkan volatilitas pasar minyak dalam seminggu mendatang.

Share on: