BOJ Tahan Suku Bunga Minusnya Japanese Yen Ambruk.

  • BoJ mempertahankan target suku bunga dan imbal hasil JGB 10 tahun masing-masing di -0,1% dan 0%.
  • Ekspektasi Fed yang hawkish, kenaikan imbal hasil obligasi AS dan beberapa aksi beli USD membebani emas. 

BoJ mempertahankan target suku bunga dan imbal hasil JGB 10 tahun masing-masing di -0,1% dan 0%.

Pada hari Selasa, BoJ memutuskan untuk mempertahankan suku bunga dan target imbal hasil Obligasi Pemerintah Jepang (JGB) 10 tahun masing-masing di -0,1% dan 0%, setelah pertemuan bulan Oktober. Namun, bank sentral memutuskan untuk membuat YCC lebih fleksibel dan mengubah batasan imbal hasil JGB 10-tahun sebesar 1,0%.

BoJ tetap mempertahankan suku bunganya yang sangat rendah meskipun inflasi Jepang meningkat. Hal ini terus membebani Yen Jepang (JPY).

Ekspektasi Fed hawkish, kenaikan imbal hasil obligasi AS dan beberapa aksi beli USD membebani emas.

Harga emas (XAU/USD) diperdagangkan dengan bias negatif untuk hari kedua berturut-turut pada hari Selasa dan tetap di bawah angka psikologis $2.000 menjelang sesi Eropa. 

Ekspektasi bahwa Federal Reserve (Fed) akan mempertahankan sikap hawkishnya untuk mengembalikan inflasi ke target 2% tetap mendukung peningkatan imbal hasil obligasi Treasury AS. Hal ini, pada gilirannya, membantu menghidupkan kembali permintaan Dolar AS (USD) dan ternyata menjadi faktor utama yang membebani emas yang tidak memberikan imbal hasil ini. 

Kekhawatiran pasokan minyak terhadap konflik timur tengah yang meluas.

Harga minyak naik di perdagangan Asia pada hari Selasa, setelah turun lebih dari 3% di sesi sebelumnya, karena kekhawatiran atas pasokan yang dipicu oleh konflik di Timur Tengah. Investor semakin berhati-hati menjelang pertemuan Federal Reserve AS pada hari Rabu, meskipun ada peningkatan serangan Israel terhadap Gaza.

Dilansir dari investing.com “Meskipun mereka melakukan serangan darat, mereka juga mundur dengan sangat cepat dan Iran saat ini hanya menggunakan pencegahan verbal,” kata analis CMC Markets (LON: CMCX ) Leon Li, yang berbasis di pusat komersial Tiongkok di Shanghai. 

“Jika hal ini berkembang menjadi invasi besar-besaran dan ada keterlibatan Iran, kekhawatiran akan berkurangnya pasokan bisa muncul kembali.” Hal tersebut memberikan dampak pada pergerakan harga minyak kedepan.

 

Share on: