Bank Sentral Australia (RBA) Kerek Suku Bunga Lagi, Guna Meredam Inflasi.
- AUD melanjutkan penurunannya di tengah kenaikan suku bunga RBA sebesar 25 bps.
- Kinerja positif imbal hasil Treasury AS, membantu Dolar AS (USD) bangkit dari penurunannya.
Bank sentral Australia menaikkan OCR dari 4,10% menjadi 4,35%
Dolar Australia (AUD) terus menurun meskipun ada kenaikan suku bunga sebesar 25 basis poin oleh Reserve Bank of Australia (RBA) pada hari Selasa. Pasangan AUD/USD juga menghadapi penurunan sebagai akibat dari kinerja positif imbal hasil Treasury AS, membantu Dolar AS (USD) bangkit kembali dari level terendahnya dalam dua bulan.
Bank sentral Australia telah memulai kembali pengetatan kebijakan, menaikkan Official Cash Rate (OCR) dari 4,10% menjadi 4,35% setelah mempertahankan suku bunga acuan tetap stabil selama empat pertemuan berturut-turut.
Keputusan RBA untuk mengambil langkah ini merupakan reaksi terhadap data Indeks Harga Konsumen (CPI) baru-baru ini, yang menunjukkan kenaikan pada kuartal ketiga melebihi perkiraan pasar. Selain itu, Penjualan Ritel (Bulanan) Australia yang disesuaikan secara musiman untuk bulan September melampaui ekspektasi.
Harga emas masih berada di bawah tekanan jual untuk hari kedua
Harga emas (XAU/USD) masih berada di bawah tekanan jual untuk hari kedua berturut-turut pada hari Selasa dan mempertahankan aksi jualnya, menjelang sesi Eropa. Pemulihan Dolar AS (USD) juga di topang oleh penguatan imbal hasil Treasury AS 10 tahun AS dampaknya melemahkan komoditas ini.
Harga minyak turun ditengah pengurangan pasokan
Harga minyak turun pada hari Selasa, setelah ada kenaikan pada hari Senin karena beragamnya data ekonomi dari konsumen minyak terbesar kedua di dunia, Tiongkok, dan kekhawatiran permintaan musim dingin mengimbangi dampak Arab Saudi dan Rusia yang terus melakukan pengurangan produksi.
Ekspektasi penurunan produksi minyak mentah oleh perusahaan penyulingan yang berbasis di Tiongkok antara bulan November dan Desember dapat membatasi permintaan minyak dan memperburuk penurunan harga.
Beberapa analis juga mengatakan bahwa perpanjangan pengurangan produksi ini berarti pasar masih berhati-hati terhadap faktor pendorong permintaan, yang mungkin akan memberikan tekanan lebih lanjut pada harga.