Pemangkasan Suku Bunga Semakin Dekat, Dolar AS Pulih di Tengah Data NFP yang Beragam.
- Indeks Dolar AS (DXY) pulih setelah rilis data Nonfarm Payrolls (NFP) bulan Agustus.
- NFP bulan Agustus berada di bawah estimasi, tetapi meningkat dari revisi data bulan Juli.
Indeks Dolar AS (DXY) menguat kembali pada hari Jumat setelah rilis data Nonfarm Payrolls (NFP) bulan Agustus yang memberikan sinyal beragam. Meski penambahan lapangan kerja lebih rendah dari perkiraan, dengan hanya 142.000 pekerjaan baru, angka ini meningkat dari revisi tajam bulan Juli yang tercatat 89.000. Tingkat pengangguran turun menjadi 4,2%, sesuai ekspektasi, sementara pendapatan rata-rata per jam naik 0,4%, menandakan adanya perbaikan di pasar tenaga kerja.
Ekspektasi pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve terus meningkat, dengan pasar memperkirakan peluang besar bagi penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin (bps) pada pertemuan bulan September. Namun, beberapa pelaku pasar bahkan melihat kemungkinan pemangkasan sebesar 50 bps, meski belum ada konsensus di antara pejabat Fed.
Dilansir dari investing.com Gubernur Fed Christopher Waller mendorong agar pemangkasan segera dimulai pada akhir bulan ini, menyatakan bahwa data ekonomi yang masuk akan menentukan besaran dan kecepatan pelonggaran. Meskipun sikap dovish ini disambut pasar, ada kekhawatiran bahwa ekspektasi pelonggaran yang terlalu agresif bisa melebihi kebutuhan faktual, terutama karena pertumbuhan ekonomi masih berada di atas tren jangka panjang.
Pasar obligasi AS juga merespons data NFP dengan penurunan imbal hasil Treasury 2 tahun, yang menyebabkan kurva imbal hasil semakin curam—sebuah sinyal positif untuk prospek ekonomi jangka panjang. Sementara itu, ketidakpastian tentang langkah-langkah Federal Reserve selanjutnya terus mempengaruhi pasar, dengan fokus tetap pada pemangkasan suku bunga sebagai upaya melindungi ekonomi dari potensi perlambatan.
Pengaruh fundamental cenderung menguatkan harga Dollar AS.
Emas Merosot di Tengah Ketidakpastian Kebijakan Fed dan Gejolak Data Ekonomi AS.
- Emas gagal mencapai level tertinggi sepanjang masa di $2.531 dan turun lebih dari 0,80%.
- Laporan NFP Agustus lebih rendah dari estimasi, meski ada perbaikan dibandingkan revisi bulan sebelumnya.
Harga emas mengalami penurunan tajam setelah gagal menembus rekor tertinggi di $2.531 dan ditutup turun lebih dari 0,80% di sesi perdagangan Amerika Utara, berakhir di $2.493. Pasar global diguncang oleh data ekonomi AS yang menimbulkan ketidakpastian mengenai potensi langkah Federal Reserve (Fed) pada pertemuan September mendatang.
Laporan Nonfarm Payrolls (NFP) dari Biro Statistik Tenaga Kerja AS (BLS) menunjukkan angka Agustus yang lebih rendah dari perkiraan, meski lebih baik dibandingkan revisi data bulan Juli. Selain itu, penurunan tingkat pengangguran dan kenaikan penghasilan rata-rata per jam semakin memperumit ekspektasi pasar terhadap kebijakan moneter. Ekspektasi pasar terhadap pemangkasan suku bunga 50 basis poin (bps) sempat melonjak hingga 70%, tetapi akhirnya peluang pemangkasan lebih kecil, yakni 25 bps, naik hingga 73%.
Dilansir dari fxstreet.com, beberapa pejabat Federal Reserve, termasuk Presiden Fed New York John Williams dan Gubernur Fed Christopher Waller, memberikan sinyal dukungan terhadap pelonggaran kebijakan moneter. Sikap dovish juga ditunjukkan oleh Presiden Chicago Fed Austan Goolsbee yang menekankan adanya konsensus kuat di antara pembuat kebijakan untuk mengurangi biaya pinjaman.
Di sisi lain, Dolar AS menguat setelah sebelumnya melemah, dengan Indeks Dolar AS (DXY) naik lebih dari 0,15% ke 101,22. Meski demikian, penurunan imbal hasil Treasury AS tidak cukup untuk menahan pelemahan harga emas.
Selain itu, di ranah geopolitik, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken menyatakan bahwa 90% kesepakatan gencatan senjata di Gaza telah dicapai, namun masih ada isu-isu penting yang belum terselesaikan, seperti dilaporkan oleh Reuters.
Dengan ketidakpastian kebijakan Fed dan perkembangan geopolitik yang terus berlangsung, harga emas terus berfluktuasi, mencerminkan keresahan pasar terhadap arah ekonomi global ke depan.
Pengaruh fundamental cenderung melemahkan harga emas.
Harga Minyak Anjlok, Tertekan Data Tenaga Kerja AS dan Kekhawatiran Permintaan Global.
- Ekonomi AS hanya menambahkan 142.000 pekerjaan pada Agustus.
- Data ekonomi AS yang lemah menambah tekanan pada prospek permintaan minyak, khususnya di tengah tanda-tanda perlambatan permintaan dari China.
Harga minyak dunia mengalami penurunan signifikan pada hari Jumat, mengakhiri minggu dengan kerugian besar. Minyak mentah AS (WTI) ditutup turun 2,1% di angka $67,67 per barel, sementara minyak Brent kehilangan 2,2% menjadi $71,06 per barel, level terendah sejak Desember 2021.
Penurunan ini dipicu oleh data pekerjaan AS yang lemah, di mana ekonomi hanya menambah 142.000 pekerjaan pada bulan Agustus—jauh di bawah ekspektasi 164.000. Meskipun data penggajian lebih rendah dari perkiraan, penurunan tingkat pengangguran menjadi 4,2% menandakan perlambatan yang teratur di pasar tenaga kerja, yang dapat memengaruhi keputusan Federal Reserve dalam menetapkan kebijakan suku bunga.
Ekspektasi pasar bahwa Fed akan melakukan pemotongan suku bunga yang lebih dalam sebesar 50 basis poin semakin menguat setelah rilis data tenaga kerja tersebut. Namun, kekhawatiran tentang perlambatan permintaan minyak di tengah melemahnya ekonomi global turut memperburuk sentimen pasar.
Di tengah situasi ini, OPEC+ juga mengumumkan penundaan rencana peningkatan produksi minyak untuk Oktober dan November, yang sempat memberikan sedikit dorongan pada harga minyak. Namun, kekhawatiran permintaan dari China dan ketegangan geopolitik antara AS dan Iran, yang semakin memanas akibat pengiriman rudal Teheran ke Rusia, membebani pasar lebih lanjut.
Sepanjang minggu, minyak Brent anjlok 10%, sementara WTI turun sekitar 8%, menandai pekan yang berat bagi pasar energi global.
Pengaruh fundamental cenderung melemahkan harga minyak minyak mentah.
Penggerak Pasar Forex dan Komoditi Hari Ini
Terdapat rilis data fundamental hari ini dari JPY hari ini, yaitu:
Data GDP adalah singkatan dari Gross Domestic Product ini adalah salah satu indikator ekonomi utama yang digunakan untuk mengukur kesehatan ekonomi suatu negara.
Dari agenda tersebut dapat memberikan dorongan harga untuk mata uang JPY.
Pengaruh Data Terhadap Perubahan Harga.
Data GDP (QoQ) (Q2)Â rilis lebih tinggi dari forcast positif/optimis untuk USD. Sedangkan data rilis lebih rendah dari forcast negatif/pesimis untuk USD.
Perkiraan :Â
Data GDP (QoQ) (Q2) rilis sesuai dengan data sebelumnya.