Wall Street Terguncang, Indeks Saham AS Tertekan Kenaikan Imbal Hasil Treasury.
- S&P 500 turun 1% dan NASDAQ turun 1,2% setelah imbal hasil Treasury 10 tahun kembali melampaui 4%.
- Laporan pekerjaan bulan September yang lebih kuat dari perkiraan meredupkan ekspektasi pemangkasan suku bunga besar pada pertemuan Federal Reserve November mendatang.
Indeks S&P 500 melemah pada hari Senin, tertekan oleh lonjakan imbal hasil Treasury yang dipicu oleh laporan ketenagakerjaan kuat pekan lalu. Data tersebut mengurangi harapan pasar akan pemangkasan suku bunga besar-besaran oleh Federal Reserve pada bulan November.
Imbal hasil obligasi Treasury 10 tahun naik di atas 4% untuk pertama kalinya sejak Agustus, setelah laporan pekerjaan September yang lebih kuat dari ekspektasi, yang menempatkan saham dalam tekanan. Kenaikan ini memudarkan spekulasi tentang pemangkasan suku bunga besar oleh Fed.
Dilansir dari investing.com Goldman Sachs dalam laporannya menyatakan, “Pertumbuhan lapangan kerja yang melonjak membuat Federal Open Market Committee (FOMC) saat ini berada pada jalur pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis poin.”
Dalam beberapa hari mendatang, beberapa pejabat Federal Reserve dijadwalkan berbicara, memberi sinyal lebih lanjut terkait arah kebijakan moneter setelah data pekerjaan yang positif.
Pengaruh fundamental cenderung menguatkan harga Dollar AS saat ini.
Pengaruh fundamental cenderung melemahkan indeks saham AS saat ini.
Harga Emas Tertekan, Imbal Hasil Treasury dan Konflik Timur Tengah Jadi Pemicu Utama.
- Emas turun 0,30% diperdagangkan pada $2.645 per ons, tertekan oleh kenaikan imbal hasil obligasi Treasury AS yang melonjak di atas 4%.
- Ketegangan di Timur Tengah yang semakin memanas, termasuk serangan dari Houthi di Laut Merah, memperburuk sentimen pasar global, meski mencegah penurunan emas lebih dalam.
Harga emas melemah pada hari Senin selama sesi perdagangan Amerika, dengan XAU/USD diperdagangkan pada $2.645, turun 0,30%. Meskipun tetap dalam kisaran $2.630 – $2.659, kenaikan imbal hasil obligasi Treasury AS menekan potensi kenaikan emas, sementara konflik yang terus meningkat di Timur Tengah menjaga harga dari penurunan yang lebih tajam.
Dilansir dari fxstreet.com pertempuran terus berlanjut, dengan Israel melanjutkan serangan daratnya di Lebanon dan Hamas meluncurkan roket ke Tel Aviv. Harapan akan gencatan senjata memudar karena kelompok-kelompok lain, termasuk Houthi, ikut terlibat dalam konflik dengan menyerang kapal-kapal di Laut Merah. Di sisi lain, laporan Nonfarm Payrolls AS yang kuat bulan September mendorong lonjakan imbal hasil obligasi Treasury, membatasi ruang gerak emas.
Sementara itu, perhatian pasar akan beralih ke rilis data inflasi AS dan risalah rapat Fed yang akan datang, yang diperkirakan akan memberikan panduan lebih lanjut mengenai kebijakan moneter Federal Reserve.
Pengaruh fundamental cenderung melemahkan harga emas.
Harga Minyak Melonjak di Tengah Meningkatnya Ketegangan di Timur Tengah.
- Harga minyak Brent naik 3,7% menjadi $80,93 per barel, dipicu oleh kekhawatiran gangguan pasokan akibat konflik Timur Tengah.
- Reli harga minyak berisiko terhenti jika Israel tidak menyerang infrastruktur minyak Iran, yang dapat menyebabkan penurunan harga hingga $7 per barel.
Harga minyak melonjak lebih dari 3% pada Senin, dengan Brent menembus angka $80 per barel untuk pertama kalinya sejak Agustus, di tengah meningkatnya ketegangan geopolitik di Timur Tengah. Para investor mulai keluar dari posisi bearish yang sempat memecahkan rekor bulan lalu, menyusul ancaman perang yang bisa mempengaruhi pasokan minyak global.
Minyak mentah Brent melonjak $2,88 atau 3,7% menjadi $80,93 per barel. Sementara itu, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS naik $2,76 atau 3,7% menjadi $77,14 per barel. Lonjakan ini terjadi setelah Brent naik lebih dari 8% dan WTI melonjak lebih dari 9% pekan lalu—kenaikan mingguan terbesar dalam setahun.
Kenaikan harga minyak ini dipicu oleh kekhawatiran bahwa serangan rudal Iran terhadap Israel pada 1 Oktober dapat memicu serangan balasan Israel terhadap infrastruktur minyak Iran. Jika skenario ini terjadi, harga minyak diperkirakan dapat meningkat hingga $5 per barel, menurut Andrew Lipow, presiden Lipow Oil Associates.
Dilansir dari investing.com pada Senin pagi, ketegangan meningkat setelah Hizbullah, kelompok yang didukung Iran, menembakkan roket ke kota Haifa, Israel, memicu kekhawatiran eskalasi lebih lanjut. Analis dari Tudor, Pickering, Holt & Co mencatat bahwa gangguan pada pasokan minyak di kawasan itu bisa memperburuk ketidakstabilan pasokan global, terutama karena Iran memproduksi sekitar 3,4 juta barel minyak per hari.
Reli harga ini didorong oleh aksi short-covering, di mana para manajer keuangan menutup posisi bearish karena meningkatnya risiko gangguan pasokan minyak dari Timur Tengah, kata Giovanni Staunovo dari UBS. Hedge fund sebelumnya telah mengumpulkan posisi bearish tertinggi pada minyak berjangka, menyusul penurunan permintaan, terutama dari China.
Dilansir dari investing.com, John Kilduff, mitra di Again Capital, memperingatkan bahwa jika Israel memutuskan untuk tidak menargetkan infrastruktur minyak Iran, harga minyak bisa turun hingga $7 per barel.
Pengaruh fundamental cenderung menguatkan harga minyak mentah saat ini.
Penggerak Pasar Forex dan Komoditi Hari Ini
Tidak ada rilis data ekonomi hari ini sebagai pendorong harga dari sisi fundamental analisis dan perubahan sentimen pasar.
Diperkirakan pergerakan besar atau pergerakan market yang signifikan dapat terjadi di sesi pembukaan pasar Eropa dan Amerika.