Kebijakan Tarif Trump Tekan Pasar, Dolar AS Tangguh di Tengah Ketegangan Dagang.

DXY stabil di tengah volatilitas pasar dan sinyal teknikal campuran.
- Kebijakan tarif Trump picu aksi jual besar di pasar dan ketegangan dagang dengan Jepang.
Indeks Dolar AS (DXY) diperdagangkan mendekati level 103 pada hari Senin setelah pulih dari tekanan pada Jumat sebelumnya. Volatilitas pasar meningkat setelah munculnya kabar mengenai kemungkinan penangguhan tarif oleh AS, meskipun kabar tersebut segera dibantah oleh Gedung Putih. Meskipun ekuitas dan komoditas tertekan, DXY tetap mempertahankan penguatan moderat. Sinyal teknikal DXY bercampur, dengan indikator MACD menunjukkan potensi bullish sementara moving average utama mengarah bearish.
Para investor tengah menimbang seberapa besar toleransi Presiden AS Donald Trump terhadap koreksi pasar saham setelah kebijakan tarif terbarunya memicu aksi jual besar, menyebabkan S&P 500 dan Nasdaq terkoreksi masing-masing lebih dari 15% dan 20% sejak pelantikannya. Harapan akan kembalinya “Trump put” — keyakinan bahwa Trump akan bertindak demi menyelamatkan pasar saham seperti pada masa jabatan sebelumnya — mulai memudar, seiring kekhawatiran bahwa ia lebih memilih bertahan dalam penurunan tajam ketimbang mengubah kebijakan.
Di sisi lain, ketegangan dagang antara AS dan Jepang meningkat setelah Trump mengenakan tarif impor 25% untuk mobil dan 24% untuk produk Jepang lainnya. Jepang kini menjadi prioritas dalam negosiasi dagang karena menunjukkan kesediaan untuk membuka pembicaraan lebih awal. Menteri Keuangan AS Scott Bessent menyebut hambatan dagang non-tarif Jepang masih tinggi, namun tetap optimistis terhadap hasil negosiasi. Analis memperkirakan tarif baru ini dapat mengurangi pertumbuhan ekonomi Jepang hingga 0,8%.
Analisis Pengaruh Terhadap Dollar AS:
- Ketidakpastian global (volatilitas pasar dan ketegangan dagang) mendukung permintaan terhadap USD sebagai safe haven.
- Ketegangan dagang dan kebijakan tarif Trump menimbulkan risiko perlambatan global, yang bisa memicu tekanan balik ke Dolar jika berdampak negatif ke ekonomi AS sendiri.
Ketidakpastian terhadap arah kebijakan Trump membuat pasar ragu-ragu untuk mendukung Dolar secara agresif.
Secara keseluruhan berpengaruh terhadap harga Dollar AS melemah.
Harga Emas Longsor di Tengah Kekhawatiran Resesi dan Ketidakpastian Tarif AS.

Harga emas turun lebih dari 2% akibat penguatan Dolar AS dan lonjakan imbal hasil obligasi.
- Ketegangan dagang AS–China dan kekhawatiran resesi tekan minat terhadap aset aman seperti emas.
Harga emas (XAU/USD) anjlok lebih dari 2% pada hari Senin ke level terendah sejak pertengahan Maret di $2,971, tertekan oleh penguatan Dolar AS dan lonjakan imbal hasil obligasi. Dolar menguat kembali setelah sempat melemah minggu lalu, didorong oleh kekhawatiran pasar terhadap kebijakan tarif Presiden Trump yang memicu spekulasi resesi global. Investor beralih ke Dolar sebagai aset aman, meninggalkan emas dan aset berisiko lainnya.
Ketegangan dagang memuncak setelah China membalas tarif AS dengan bea 34% atas seluruh impor dari Amerika, sementara rumor jeda tarif selama 90 hari dibantah langsung oleh Gedung Putih. Di sisi lain, imbal hasil obligasi 10 tahun AS naik tajam hingga 4,147%, menambah tekanan pada harga emas. Kenaikan imbal hasil menyebabkan biaya peluang untuk memegang emas tanpa bunga menjadi lebih tinggi.
Fokus pasar kini beralih ke rilis notulen FOMC dan data inflasi AS pekan ini, termasuk CPI dan PPI. Ekspektasi menunjukkan inflasi konsumen (CPI) akan melandai dari 2,8% ke 2,6% YoY, dengan proyeksi Core CPI juga turun. Namun, kekhawatiran resesi kembali mencuat, tercermin dari inversi kurva imbal hasil antara obligasi 3 bulan dan 10 tahun. Fed mengisyaratkan bahwa tarif dan kekurangan pasokan dapat memicu tekanan inflasi yang lebih luas.
Analisis Pengaruh Terhadap Harga Emas:
- Imbal hasil obligasi 10 tahun AS naik tajam ke 4,147%, meningkatkan biaya peluang memegang emas.
Spekulasi resesi global dan ketegangan dagang akibat tarif Trump dan balasan dari China melemahkan minat investor terhadap emas.
- Ekspektasi inflasi yang melandai (CPI diproyeksikan turun) bisa mengurangi daya tarik emas sebagai lindung nilai inflasi.
Secara keseluruhan berpengaruh harga emas melemah.
Harga Minyak Anjlok ke Level Terendah Sejak 2021, Kekhawatiran Resesi Global Meningkat.

Harga minyak anjlok ke level terendah sejak 2021 karena kekhawatiran resesi global akibat tarif Trump.
- Saudi dan OPEC+ turunkan harga dan percepat peningkatan produksi di tengah pelemahan permintaan.
Harga minyak turun sekitar 2% pada hari Senin, mencapai level terendah dalam hampir empat tahun karena kekhawatiran bahwa kebijakan tarif baru Presiden AS Donald Trump akan memicu resesi global dan mengurangi permintaan energi. Brent ditutup di $64,21 per barel dan WTI di $60,70, keduanya mencatat penurunan lebih dari 11% dalam seminggu terakhir. Volatilitas tinggi terjadi setelah laporan adanya kemungkinan penangguhan tarif selama 90 hari yang langsung dibantah Gedung Putih, memicu kembali tekanan pada harga.
Ketegangan dagang meningkat setelah China membalas tarif AS dengan bea 34% atas barang-barang Amerika, diikuti ancaman Trump untuk mengenakan tarif tambahan 50% jika China tidak menarik balasannya. Uni Eropa juga merespons dengan usulan tarif 25% atas produk AS. Dilansir dari investing, lembaga keuangan besar seperti Goldman Sachs dan JPMorgan mulai menaikkan kemungkinan resesi AS hingga 45–60% dan memangkas proyeksi harga minyak mereka.
Di sisi suplai, Arab Saudi menurunkan harga minyak untuk pembeli Asia ke level terendah dalam empat bulan sebagai sinyal bahwa permintaan global melemah. OPEC+ memutuskan untuk mempercepat peningkatan produksi menjadi 411.000 barel per hari mulai Mei. Tekanan tambahan muncul dari kekhawatiran inflasi akibat kebijakan tarif yang dapat mendorong suku bunga lebih tinggi, memperlambat ekonomi, dan mengurangi permintaan energi.
Analisis Pengaruh Terhadap Harga Minyak:
China, Uni Eropa, dan AS saling membalas tarif, memperburuk prospek perdagangan dan pertumbuhan ekonomi global.
Goldman Sachs dan JPMorgan menaikkan proyeksi risiko resesi AS (45%–60%) dan memangkas proyeksi harga minyak.
Arab Saudi menurunkan harga jual resmi untuk pembeli Asia, sinyal bahwa mereka melihat permintaan akan melemah.
Secara keseluruhan berpengaruh terhadap harga minyak melemah.
Penggerak Pasar Forex dan Komoditi Hari Ini
Tidak ada laporan data ekonomi hari ini sebagai faktor pendorong harga dari aspek fundamental analisis yang merubah sentimen pasar terhadap forex, komoditas dan indeks saham AS.