Dolar Tertekan, Wall Street Melemah, Fokus Tertuju ke The Fed dan Trump.

  • Indeks Dolar AS (DXY) berada di bawah tekanan jual karena pasar bersikap defensif menjelang keputusan suku bunga Federal Reserve, di tengah ketidakpastian kebijakan dagang global dan penguatan mata uang Asia.

  • Indeks Dow Jones turun 397 poin (-1%), S&P 500 turun 0,8%, dan Nasdaq turun 0,9% akibat kekhawatiran terhadap negosiasi dagang AS-Tiongkok dan menjelang keputusan The Fed.

Indeks Dolar AS (DXY) mengalami tekanan jual signifikan pada Selasa karena investor bersikap defensif menjelang keputusan suku bunga Federal Reserve. Ketidakpastian arah kebijakan dagang serta penguatan mata uang Asia turut memperburuk sentimen. Sementara itu, bursa saham AS melemah tajam; Dow Jones turun 397 poin (-1%), S&P 500 anjlok 0,8%, dan Nasdaq tergelincir 0,9% seiring minimnya kemajuan dalam negosiasi dagang AS-Tiongkok.

Presiden Trump menyatakan China ingin bernegosiasi, namun tak memberi sinyal pasti terkait resolusi perang dagang. Pernyataan ini sempat membangkitkan harapan pasar setelah Trump menjanjikan “pengumuman besar”, yang ternyata bukan terkait isu perdagangan. Ketidakpastian tersebut memperbesar kewaspadaan pasar jelang pengumuman The Fed.

The Fed diperkirakan mempertahankan suku bunga, namun fokus utama investor adalah pernyataan Ketua Jerome Powell untuk melihat arah kebijakan selanjutnya. Data ekonomi menunjukkan sektor jasa tetap kuat meski tekanan inflasi dari tarif meningkat. Di sisi korporasi, laporan keuangan bervariasi: saham Palantir anjlok, DoorDash dan Tesla melemah, sementara Ford dan Mattel mencatat kenaikan meski memberi panduan yang hati-hati.

Analisis Pengaruh Terhadap Dollar AS:

  • Presiden Trump menyebut China ingin bernegosiasi, tetapi tidak memberikan sinyal kemajuan nyata, menyebabkan pasar gagal mempertahankan harapan akan kabar positif terkait perdagangan.

  • The Fed diperkirakan mempertahankan suku bunga, tetapi pasar menantikan panduan dari Jerome Powell mengenai arah kebijakan ke depan, terutama di tengah data ekonomi campuran dan tekanan inflasi dari tarif.

  • Ketidakpastian kebijakan perdagangan AS-Tiongkok menekan permintaan dolar sebagai safe haven. Penguatan mata uang Asia menambah tekanan terhadap dolar.

Secara keseluruhan berpengaruh terhadap harga Dollar AS melemah.

Analisis Pengaruh Terhadap Indeks Saham AS:

  • Tidak ada kemajuan signifikan dalam negosiasi dagang AS-Tiongkok, memicu kehati-hatian investor.

  • Trump gagal memberikan kepastian terkait “pengumuman besar”, yang mengecewakan ekspektasi pasar.

  • Ketidakpastian arah kebijakan The Fed meski suku bunga diperkirakan tetap, membuat investor enggan mengambil risiko.

Secara keseluruhan berpengaruh terhadap harga indeks saham AS melemah.

Emas Bersinar di Tengah Badai Geopolitik dan Ketegangan Dagang.

  • Emas naik tajam hingga 2,4% ke $3.413 per ons, didorong oleh ketegangan geopolitik di Timur Tengah, ketidakpastian perdagangan global, dan pelemahan Indeks Dolar AS (DXY) ke level 99,50.

  • Eskalasi konflik di Gaza, Irak, dan Suriah serta pengumuman tarif baru oleh Trump memicu kekhawatiran krisis global, mendorong investor beralih ke aset lindung nilai seperti emas, yen Jepang, dan obligasi AS.

Harga emas melonjak tajam pada Selasa, menembus $3.400 per ons dan mencatat kenaikan harian 2,4%, didorong oleh kombinasi kekhawatiran geopolitik, ketidakpastian perdagangan global, dan pelemahan dolar AS. Investor memburu emas sebagai aset lindung nilai menjelang keputusan suku bunga The Fed, sementara indeks dolar (DXY) tertekan hingga ke level 99,50, didorong oleh ekspektasi sikap dovish dari Ketua The Fed Jerome Powell.

Ketegangan global meningkat setelah kampanye militer Israel meluas di Gaza dan kelompok milisi pro-Iran meningkatkan aktivitas di Irak dan Suriah. Di sisi perdagangan, Presiden AS Donald Trump mengumumkan tarif 100% untuk film asing dan mengisyaratkan langkah serupa terhadap produk farmasi, yang memicu kekhawatiran akan perang dagang baru. Komisi Eropa pun merespons dengan rencana tarif balasan untuk produk teknologi dan konsumen AS.

Dari sisi permintaan fisik, pasar China kembali aktif usai libur panjang dan menunjukkan lonjakan pembelian emas, sementara bank sentral global terus menambah cadangan emas untuk mengurangi ketergantungan terhadap dolar. Analis memperkirakan harga emas masih berpeluang menguat lebih jauh, bahkan menyentuh $4.000 per ons tahun ini, jika tekanan geopolitik dan arah kebijakan moneter The Fed tetap mendukung.

Analisis Pengaruh Terhadap Harga Emas:

  • Geopolitik Memanas: Ketegangan meningkat di Timur Tengah (Gaza, Irak, Suriah) memicu lonjakan permintaan terhadap aset safe haven seperti emas.

  • Kebijakan Perdagangan AS Memicu Kekhawatiran Global: Tarif baru dari Trump, termasuk 100% untuk film asing dan rencana tarif farmasi, memicu ketakutan perang dagang global, mendongkrak permintaan lindung nilai.

  • Dolar AS Melemah: DXY turun ke 99,50 dan imbal hasil Treasury melemah menjelang keputusan The Fed, menjadikan emas lebih menarik bagi pemegang mata uang lain.

Secara keseluruhan berpengaruh harga emas menguat.

Minyak di Bawah Tekanan: Pasokan Melimpah Ancam Harga hingga 2026.

  • Scotiabank memperkirakan pasokan global bisa melampaui permintaan hingga 1 juta barel per hari sepanjang 2025 hingga 2026.

  • Kenaikan kuota produksi OPEC+ sebesar 411.000 barel/hari memperkuat tekanan di pasar yang sudah lemah.

Harga minyak WTI sempat pulih pada Selasa setelah kejatuhan sehari sebelumnya, menyusul rencana OPEC+ untuk meningkatkan produksi. Namun, analis dari Scotiabank memperingatkan bahwa lonjakan pasokan, terutama dari Arab Saudi, dapat menciptakan surplus hingga 1 juta barel per hari sepanjang sisa 2025 hingga 2026. Peningkatan kuota produksi sebesar 411.000 barel per hari untuk bulan Juni dinilai akan semakin melemahkan pasar minyak yang sudah rapuh.

Scotiabank menyoroti bahwa kepatuhan terhadap kuota tetap menjadi masalah serius, dengan negara seperti Kazakhstan, Irak, dan UEA diperkirakan terus memproduksi di atas batas resmi. Di sisi lain, negara-negara seperti Oman dan Aljazair dinilai tidak memiliki kapasitas untuk meningkatkan output secara signifikan. Ketiadaan kesepakatan yang solid di dalam OPEC+ menambah ketidakpastian arah pasar minyak ke depan.

Dengan latar belakang ini, Scotiabank memperkirakan harga minyak berisiko terus melemah dan pasar tidak akan mencapai titik terendah sebelum akhir 2025 atau awal 2026. Menurut mereka, harga Brent kemungkinan harus jatuh ke kisaran $40 per barel atau lebih rendah untuk memaksa seluruh anggota OPEC+ kembali ke meja perundingan. Hingga saat itu, risiko overshooting ke bawah tetap tinggi dalam 12 bulan ke depan.

Analisis Pengaruh Terhadap Harga Minyak:

  • OPEC+ Naikkan Kuota Produksi Mulai Juni: OPEC+ menetapkan kenaikan kuota sebesar 411.000 barel per hari, yang diperkirakan akan memberi tekanan tambahan pada pasar minyak yang sudah lemah.

  • Potensi Surplus Pasokan hingga 1 Juta Barel per Hari: Scotiabank memperkirakan bahwa jika Arab Saudi meningkatkan produksi sesuai kuota baru, pasokan global bisa melampaui permintaan hingga 1 juta barel per hari sepanjang 2025 hingga 2026.

  • Kepatuhan Anggota OPEC+ Diragukan: Negara-negara seperti Kazakhstan, Irak, dan UEA diperkirakan akan terus memproduksi melebihi kuota resmi karena minimnya kemauan politik untuk menurunkan produksi secara signifikan.

Secara keseluruhan berpengaruh terhadap harga minyak melemah.

Penggerak Pasar Forex dan Komoditi Hari Ini

ECONOMIC CALENDAR
Real Time Economic Calendar provided by Investing.com.

Terdapat laporan data fundamental dari AS hari ini yaitu: 

  • Crude Oil Inventories
    Pengertian: Perubahan stok minyak mentah di AS. 

Dari data – data tersebut dapat mempengaruhi pergerakan harga OIL dan USD.

Pengaruh Data Terhadap Perubahan Harga.

Data Crude Oil Inventories rilis lebih rendah dari forecast positif/optimis untuk USD/OIL. Sedangkan data rilis lebih tinggi dari forecast negatif/pesimis untuk USD/OIL.

Perkiraan :

Crude Oil Inventories rilis lebih tinggi dari data sebelumnya

Share on: