Dolar AS Istirahat Sejenak: Tekanan Tarif dan Utang Bayangi Penguatan Pasca-NFP.

Dolar AS terkoreksi akibat kekhawatiran pasar terhadap dampak fiskal dan kebijakan tarif agresif Trump meskipun data pekerjaan AS solid.
Morgan Stanley memproyeksikan tren pelemahan dolar berlanjut hingga 2027, menjadi keuntungan tersembunyi bagi perusahaan multinasional AS.
Dolar AS melemah tipis pada Jumat dalam perdagangan sepi karena libur Hari Kemerdekaan AS, menyusul reli dua hari setelah data tenaga kerja Nonfarm Payrolls (NFP) yang kuat. Meski sempat menyentuh level tertinggi mingguan di 97.42, indeks DXY kini kembali ke area 97.00 seiring pelaku pasar menimbang kekuatan ekonomi terhadap risiko fiskal dan proteksionisme yang meningkat dari Presiden Trump.
Meningkatnya kekhawatiran pasar berasal dari kebijakan Trump yang akan mulai mengirim surat tarif ke 10-12 mitra dagang mulai Jumat, menjelang tenggat 9 Juli. Tarif baru tersebut bervariasi antara 10% hingga 70% dan dijadwalkan efektif mulai 1 Agustus. Di sisi fiskal, pengesahan RUU pajak dan belanja “One Big Beautiful Bill” memicu kekhawatiran defisit jangka panjang, mengimbangi sentimen positif dari data pekerjaan yang kuat.
Dilansir dari investing.com, Morgan Stanley memperkirakan pelemahan dolar belum berakhir dan justru menjadi awal dari tren penurunan hingga 2027. Efek makro ekonomi jangka pendek dinilai terbatas, namun pelemahan dolar dipandang sebagai angin segar bagi perusahaan multinasional AS yang memiliki pendapatan luar negeri besar, terutama di sektor teknologi, energi, dan kesehatan. Hal ini juga bisa mendorong pengurangan lindung nilai (hedging), yang makin mempercepat penurunan nilai dolar.
Kesimpulan Sentimen:
Bearish — Ketidakpastian tarif, risiko fiskal, dan ekspektasi pasar terhadap arah kebijakan dovish The Fed memperkuat tekanan terhadap Dolar AS meski data tenaga kerja tetap solid.
Emas Bersinar di Tengah Tarik Ulur Tarif dan Utang AS.

Ketegangan dagang dan rencana tarif Trump mendorong permintaan terhadap emas sebagai aset aman.
Risiko fiskal dari RUU pemotongan pajak dan kenaikan utang AS memperlemah dolar dan mendukung reli emas.
Harga emas (XAU/USD) naik 0.26% ke sekitar $3,333 pada Jumat dan mencatat kenaikan mingguan lebih dari 1,5% seiring dolar AS melemah dalam perdagangan tipis usai libur Hari Kemerdekaan. Kenaikan emas ditopang oleh meningkatnya ketegangan dagang, setelah Presiden AS Donald Trump menyatakan akan mulai mengirimkan surat tarif kepada negara-negara mitra dagang dengan tarif antara 10% hingga 70% yang akan berlaku mulai 1 Agustus. Sementara itu, ekspektasi bahwa The Fed akan menahan suku bunga untuk waktu yang lebih lama turut membatasi reli emas.
Data ketenagakerjaan AS menunjukkan kekuatan pasar tenaga kerja dengan tambahan 147.000 pekerjaan pada Juni, di atas perkiraan 110.000, dan penurunan tingkat pengangguran ke 4,1%. Meski demikian, sebagian besar pertumbuhan berasal dari sektor pemerintah, sedangkan perekrutan swasta melemah, mencerminkan kekhawatiran perlambatan ekonomi akibat kebijakan tarif Trump. Suku bunga obligasi pemerintah AS naik, dengan yield 10-tahun mencapai 4,338%, memberikan tekanan teknikal bagi emas karena meningkatnya biaya peluang.
Dilansir dari fxstreet.com RUU fiskal “One Big Beautiful Bill” yang disahkan DPR AS turut meningkatkan sentimen safe haven terhadap emas. Undang-undang ini memperluas pemotongan pajak 2017 dan menaikkan plafon utang sebesar $5 triliun, yang menurut Kantor Anggaran Kongres (CBO) akan menambah defisit hingga $3,3 triliun dalam satu dekade. Kenaikan utang dan defisit berisiko menurunkan kepercayaan terhadap dolar, mendorong investor asing memilih emas sebagai lindung nilai. Ke depan, pasar akan mencermati risalah FOMC, data klaim pengangguran, dan perkembangan negosiasi dagang menjelang tenggat 9 Juli.
Kesimpulan Sentimen:
Bullish – Sentimen terhadap emas tetap bullish kuat, didorong oleh ketidakpastian kebijakan tarif, kekhawatiran fiskal AS, pelemahan dolar, dan harapan pelonggaran kebijakan moneter lebih lanjut di tengah likuiditas pasar yang tipis.
OPEC+ Sepakati Kenaikan Produksi, Harga Minyak Waspada Menjelang Serbuan Pasokan Baru.

OPEC+ resmi menaikkan produksi 548.000 bpd untuk Agustus — percepatan dari bulan-bulan sebelumnya — demi merebut kembali pangsa pasar.
Kekhawatiran meningkatnya suplai dan ketidakpastian tarif AS membebani harga, meskipun permintaan global menunjukkan perbaikan.
Harga minyak turun tipis pada Jumat dalam perdagangan sepi karena libur Independence Day AS, sementara pasar bersiap menghadapi keputusan OPEC+ yang kini resmi menaikkan produksi minyak sebesar 548.000 barel per hari untuk bulan Agustus. Brent ditutup di $68,30 dan WTI di $66,50 per barel. Keputusan ini menjadi percepatan dari kenaikan sebelumnya yang hanya 411.000 barel per bulan, sebagai bagian dari upaya kelompok produsen ini untuk merebut kembali pangsa pasar di tengah meningkatnya produksi dari negara pesaing seperti AS.
Kenaikan ini berasal dari delapan negara utama OPEC+, termasuk Arab Saudi, Rusia, dan UEA, yang sejak April sudah mulai mencabut pemangkasan produksi 2,2 juta bpd mereka. Meski pasar sempat khawatir akan lonjakan suplai yang menekan harga, OPEC+ menyatakan bahwa kondisi ekonomi global yang stabil dan stok minyak global yang rendah menjadi alasan utama pembukaan keran pasokan. Namun, ketegangan sempat muncul karena beberapa negara seperti Kazakhstan dan Irak memproduksi melebihi kuota, memicu ketidakharmonisan internal.
Selain faktor pasokan, pasar juga mencermati rencana AS melanjutkan perundingan nuklir dengan Iran, yang berpotensi mengembalikan minyak Iran ke pasar global, serta ketidakpastian seputar kebijakan tarif Trump yang dapat menghambat permintaan energi global. Meski begitu dilansir dari investing.com, Barclays menaikkan proyeksi harga Brent menjadi $72 untuk 2025, didorong oleh prospek permintaan yang membaik. OPEC+ dijadwalkan akan bertemu kembali pada 3 Agustus untuk mengevaluasi situasi pasar selanjutnya.
Kesimpulan Sentimen:
Bearish Moderat — Kenaikan produksi OPEC+ dan potensi masuknya minyak Iran menambah tekanan pasokan di tengah kekhawatiran bahwa tarif AS dapat membatasi pertumbuhan permintaan global.
Penggerak Pasar Forex dan Komoditi Hari Ini
Pengaruh Data Terhadap Perubahan Harga.
Tidak ada laporan data ekonomi hari ini yang dapat merubah sentimen dan harga untuk pasar komoditi, forex, dan indeks saham.