Tarif Trump Guncang Dunia: Saham Rontok, Resesi di Ambang Pintu.

  • Saham AS kehilangan lebih dari $5 triliun hanya dalam dua hari akibat tarif global Trump.

  • Resesi global kini lebih mungkin terjadi, dengan investor memburu aset aman dan tekanan terhadap The Fed meningkat.

Pasar keuangan global terguncang setelah Presiden AS Donald Trump mengumumkan tarif impor terbesar dalam lebih dari satu abad, memicu kekhawatiran akan resesi global. Dalam waktu dua hari, nilai pasar saham AS anjlok lebih dari $5 triliun. S&P 500 mencatat penurunan mingguan terdalam sejak pandemi 2020, Nasdaq masuk ke wilayah bearish, dan Dow Jones terkoreksi lebih dari 10% dari puncaknya.

Reaksi cepat muncul dari China yang membalas dengan tarif tambahan 34% untuk barang-barang AS. Investor semakin pesimistis, dengan JPMorgan meningkatkan proyeksi risiko resesi global menjadi 60%. Indeks volatilitas VIX melonjak ke level tertinggi sejak 2020, sementara harga minyak merosot lebih dari 6%, mencerminkan kekhawatiran meluas terhadap permintaan global yang melemah.

Federal Reserve menghadapi dilema: di satu sisi tekanan inflasi diperkirakan meningkat akibat tarif, di sisi lain risiko resesi kian nyata. Pasar memperkirakan pemangkasan suku bunga hingga empat kali tahun ini, bahkan tak menutup kemungkinan pemangkasan darurat jika gejolak berlanjut. Kepercayaan investor mulai rapuh, dan pekan depan diprediksi tetap penuh gejolak.

Analisis Pengaruh Terhadap Indeks Saham AS:

  • Pasar Saham Terjun Bebas Akibat Tarif Trump
    Pasar saham AS mengalami penurunan tajam setelah Presiden Donald Trump mengumumkan tarif impor besar-besaran. S&P 500 mencatat penurunan mingguan terbesar sejak Maret 2020, Nasdaq resmi masuk ke pasar bearish, dan Dow Jones terkoreksi lebih dari 10% dari rekor tertingginya.

  • Ancaman Resesi Global dan Lonjakan Volatilitas
    Analis JPMorgan menaikkan kemungkinan resesi global menjadi 60%, dan indeks volatilitas VIX mencapai level tertinggi sejak 2020. Tindakan China membalas dengan tarif tambahan 34% memperparah kekhawatiran akan perlambatan ekonomi global.

  • Kerugian Pasar yang Masif
    Dalam dua hari setelah pengumuman tarif, perusahaan-perusahaan di S&P 500 kehilangan nilai pasar sekitar $5 triliun. Sejak Trump menjabat, total kehilangan kapitalisasi pasar mendekati $8 triliun.

Secara keseluruhan berpengaruh terhadap harga indeks saham AS melemah.

Goldman Sachs: Penurunan Harga Emas Adalah Peluang Emas!

  • Goldman Sachs tetap rekomendasikan beli emas meski harga terkoreksi tajam.

  • Emas diprediksi naik hingga $3.520/toz di tengah risiko resesi dan inflasi.

Harga emas mengalami tekanan hingga menyentuh $3,015/toz menyusul pidato Ketua The Fed Jerome Powell yang menyoroti risiko inflasi akibat tarif baru dalam perang dagang AS-China. Ketegangan geopolitik memicu kekacauan pasar, memaksa investor menjual emas untuk memenuhi margin call, sementara data tenaga kerja AS yang solid menambah ketidakpastian arah kebijakan The Fed.

Meski demikian, dilansir dari investing.com Goldman Sachs tetap mempertahankan sikap bullish terhadap emas, menyebut penurunan ini sebagai peluang beli. Bank investasi ini melihat tekanan harga hanya bersifat teknikal dan sementara, serta menekankan bahwa emas tetap menjadi aset defensif utama di tengah ancaman resesi, ketidakpastian kebijakan suku bunga, dan meningkatnya permintaan dari bank sentral negara berkembang.

Goldman mempertahankan proyeksi harga emas di $3.300/toz untuk akhir tahun, dengan potensi kisaran naik hingga $3.520. Sebaliknya, proyeksi harga minyak dan logam industri seperti tembaga direvisi turun karena ekspektasi pertumbuhan global yang melemah dan peningkatan produksi OPEC+.

Analisis Pengaruh Terhadap Harga Emas:

  • Goldman Sachs tetap bullish terhadap emas, menyebut penurunan harga saat ini sebagai peluang beli dan menegaskan posisi long emas sebagai pandangan paling kuat di antara komoditas.

  • Penurunan harga emas disebabkan faktor teknikal jangka pendek, seperti likuidasi posisi akibat gejolak pasar saham dan perpindahan sementara ke aset lain, bukan faktor fundamental.

  • Permintaan dari bank sentral negara berkembang dan aliran ke ETF emas diperkirakan meningkat, didorong oleh ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed dan kekhawatiran resesi.

Secara keseluruhan berpengaruh harga emas menguat.

Minyak Terjun Bebas: Perang Dagang AS-China Picu Ketakutan Resesi Global.

  • Harga minyak anjlok lebih dari 10% dalam seminggu, terdalam dalam dua tahun terakhir akibat perang dagang.

  • China naikkan tarif 34% untuk semua barang AS, meningkatkan risiko resesi global hingga 60%.

Harga minyak global anjlok hingga 7% pada Jumat, mencapai level terendah dalam lebih dari tiga tahun, menyusul keputusan China untuk menaikkan tarif 34% terhadap seluruh barang impor dari AS mulai 10 April. Keputusan ini memperparah perang dagang global yang dipicu oleh tarif tertinggi dalam lebih dari satu abad yang diberlakukan Presiden Trump. Investor kini semakin pesimistis, dengan JPMorgan meningkatkan kemungkinan resesi global tahun ini dari 40% menjadi 60%.

Minyak mentah Brent turun ke $65,58 per barel dan WTI ditutup di $61,99, masing-masing mencatat penurunan mingguan lebih dari 10%. Penurunan ini diperparah oleh keputusan OPEC+ untuk mempercepat peningkatan produksi hingga 411.000 barel per hari mulai Mei. Selain itu, keputusan pengadilan Rusia yang mengizinkan terminal ekspor Laut Hitam tetap beroperasi turut menjaga pasokan tetap tinggi di tengah ancaman permintaan global yang melemah.

Meskipun minyak dan produk energi dikecualikan dari tarif baru AS, efek domino dari kebijakan ini diperkirakan mendorong inflasi dan memperlambat pertumbuhan. Goldman Sachs pun menurunkan target harga minyak Brent dan WTI masing-masing sebesar $5 untuk akhir 2025. Sementara itu, pasar terus memantau sikap The Fed yang menghadapi tekanan antara inflasi tinggi dan ancaman resesi.

Analisis Pengaruh Terhadap Harga Minyak:

  • Harga Minyak Anjlok Tajam: Harga minyak turun hingga 7% pada hari Jumat, dengan Brent dan WTI masing-masing mencatat penurunan mingguan terbesar dalam lebih dari satu tahun karena kekhawatiran resesi akibat eskalasi perang dagang AS-China.

  • China Naikkan Tarif 34% untuk Barang AS: Sebagai respons terhadap tarif baru Trump, China memberlakukan tarif tambahan sebesar 34% pada semua barang asal AS mulai 10 April, memicu kepanikan di pasar komoditas dan saham global.

  • Prediksi Resesi Global Naik: JPMorgan menaikkan probabilitas resesi global menjadi 60% dari sebelumnya 40%, mencerminkan kekhawatiran mendalam pasar terhadap dampak ekonomi dari perang dagang.

Secara keseluruhan berpengaruh terhadap harga minyak melemah.

Penggerak Pasar Forex dan Komoditi Hari Ini

ECONOMIC CALENDAR
Real Time Economic Calendar provided by Investing.com.

Tidak ada laporan data ekonomi hari ini sebagai faktor pendorong harga dari aspek fundamental analisis yang merubah sentimen pasar terhadap forex, komoditas dan indeks saham AS.

Share on: