Pasar Gelisah: Isyarat Dagang Kabur, Minyak Merosot, Buffett Mundur.

Harga minyak Brent turun 1,9% ke $60,14 setelah OPEC+ umumkan rencana peningkatan produksi mulai Juni, membuat saham ExxonMobil dan Chevron ikut tertekan.
Presiden Trump menyatakan beberapa kesepakatan dagang “mungkin akan diumumkan minggu ini,” terutama di tengah ketegangan tarif tinggi dengan Tiongkok (145% dari AS, dibalas 125% dari Beijing).
Pasar keuangan AS melemah pada Senin, menghentikan reli sembilan hari beruntun. Indeks S&P 500 turun 0,7%, Dow Jones tergelincir 0,2%, dan Nasdaq kehilangan 0,7%. Penurunan ini dipicu oleh kehati-hatian investor menjelang keputusan The Fed dan ketidakpastian pembaruan kesepakatan dagang, sementara saham energi terpukul seiring turunnya harga minyak akibat rencana OPEC+ menaikkan produksi mulai Juni.
Menteri Perdagangan AS Howard Lutnick menambah ketidakjelasan dengan menolak memberikan rincian konkret soal kesepakatan dagang bilateral, khususnya dengan Kanada. Ia hanya menyatakan bahwa kesepakatan dengan “ekonomi top 10” akan datang “segera”, tanpa menyebut pihak spesifik. Presiden Trump juga menyatakan bahwa kesepakatan dagang baru bisa diumumkan dalam pekan ini, di tengah ketegangan tarif tinggi dengan Tiongkok.
Saham individual turut bergerak tajam: Berkshire Hathaway anjlok 5% setelah Warren Buffett dikabarkan akan mundur dan laba perusahaan merosot akibat kerugian asuransi. Skechers melonjak 24% usai kesepakatan akuisisi senilai $63 per saham oleh 3G Capital. Sebaliknya, Tyson Foods jatuh hampir 8% akibat penurunan permintaan di tengah harga daging yang tinggi.
Analisis Pengaruh Terhadap Indeks Saham AS:
Pernyataan Kabur soal Kesepakatan Dagang AS-Kanada: Menteri Perdagangan AS Howard Lutnick menghindari jawaban langsung mengenai kesepakatan dagang bilateral dengan Kanada di luar NAFTA/USMCA, hanya menyatakan bahwa kesepakatan dagang akan segera datang, dimulai dari “ekonomi top 10”.
Pasar Saham AS Melemah Setelah Rangkaian Kenaikan: Indeks S&P 500 turun 0,7%, menghentikan reli 9 hari berturut-turut, sementara Dow Jones dan Nasdaq masing-masing turun 0,2% dan 0,7% karena kehati-hatian menjelang keputusan The Fed dan pembaruan kesepakatan dagang.
Harga Minyak Turun, Seret Saham Energi: Harga minyak Brent turun 1,9% ke $60,14 setelah OPEC+ umumkan rencana peningkatan produksi mulai Juni, membuat saham ExxonMobil dan Chevron ikut tertekan.
Secara keseluruhan berpengaruh terhadap harga indeks saham AS melemah.
Emas Melonjak Tajam, Goldman Prediksi Tembus $4.500 Ditopang Aksi Bank Sentral & Drama Tarif Trump.

Harga emas naik tajam akibat pelemahan dolar dan ekspektasi dovish terhadap The Fed, diperparah oleh kebijakan tarif Trump.
Goldman Sachs proyeksikan harga emas bisa tembus $4.500/toz, didukung permintaan agresif bank sentral dan struktur pasar yang semakin bullish.
Harga emas (XAU/USD) melonjak lebih dari 2% atau $70 pada Senin, diperdagangkan di $3.321 per troy ounce setelah menyentuh level terendah harian $3.237. Lonjakan ini terjadi seiring pelemahan dolar AS, didorong oleh pernyataan kontroversial Donald Trump terkait tarif 100% atas film impor dan desakan agar The Fed memangkas suku bunga. Meskipun data ekonomi AS menunjukkan kekuatan sektor jasa, investor tetap fokus pada arah kebijakan moneter dan ketidakpastian geopolitik.
Sentimen positif terhadap emas diperkuat oleh laporan Goldman Sachs yang memperkirakan harga bisa mencapai $4.000 pada pertengahan 2026, bahkan $4.500 dalam skenario ekstrem jika terjadi resesi yang dipicu kebijakan. Dilansir dari fxstreet, strategis Goldman menekankan bahwa permintaan dari bank sentral global telah memutus korelasi historis antara emas dan perak, menjadikan emas sebagai aset cadangan yang lebih andal di tengah volatilitas makro dan geopolitik.
Kelebihan struktural emas sebagai aset cadangan—lebih langka, lebih stabil, dan lebih mudah disimpan dibandingkan perak—mendorong permintaan jangka panjang, terutama pasca-pembekuan cadangan Rusia pada 2022. Meski potensi koreksi jangka pendek tetap ada, terutama dari aksi jual algoritmik jika ketegangan global mereda, analis melihat setiap penurunan sebagai peluang akumulasi bagi investor jangka panjang.
Analisis Pengaruh Terhadap Harga Emas:
Harga Emas Melonjak di Tengah Pelemahan Dolar & Tariff Trump: Emas naik lebih dari 2% atau $70 karena dolar AS melemah, didorong pernyataan Trump soal tarif 100% dan seruan pemangkasan suku bunga oleh The Fed. Harga XAU/USD kini di $3.321, naik tajam dari level terendah harian $3.237.
Dukungan Jangka Panjang dari Permintaan Bank Sentral: Goldman Sachs menyoroti pembelian agresif emas oleh bank sentral sejak 2022 sebagai faktor struktural yang mendongkrak harga emas dan memutus korelasi historis dengan perak. Emas dianggap lebih cocok sebagai aset cadangan dibandingkan perak yang lebih volatil dan berorientasi industri.
Prospek Bullish Goldman hingga $4.000–$4.500 per Toz: Goldman mempertahankan target harga emas $3.700 di akhir 2025 dan $4.000 di pertengahan 2026. Dalam skenario resesi AS dan lonjakan arus masuk ETF, harga bisa menembus $4.500 per toz. Posisi spekulatif yang masih ringan dianggap sebagai titik masuk menarik bagi investor jangka panjang.
Secara keseluruhan berpengaruh harga emas menguat.
Harga Minyak Anjlok, OPEC+ Digoyang Kepatuhan & Strategi Arab Saudi.

OPEC+ mempercepat peningkatan produksi minyak sebagai strategi politik dan ekonomi, terutama oleh Arab Saudi untuk menghukum anggota tak patuh dan menekan pesaing.
Sentimen pasar minyak makin bearish akibat kombinasi kelebihan pasokan, revisi turun proyeksi harga, dan meningkatnya kekhawatiran terhadap permintaan global.
Harga minyak dunia turun lebih dari $1 per barel pada Senin, mencatat level penutupan terendah sejak Februari 2021. Brent crude ditutup di $60,23 per barel, turun 1,7%, sementara WTI ditutup di $57,13, anjlok 2%. Penurunan ini dipicu oleh keputusan OPEC+ untuk mempercepat peningkatan produksi di tengah ketidakpastian permintaan global.
OPEC+ sepakat menaikkan produksi sebesar 411.000 barel per hari (bpd) pada Juni, yang merupakan bagian dari total kenaikan 960.000 bpd sejak April. Langkah ini dianggap sebagai strategi Arab Saudi untuk menghukum negara anggota seperti Irak dan Kazakhstan yang tak patuh pada kuota produksi, sekaligus menekan pangsa pasar produsen non-OPEC+ dan industri shale AS.
Dilansir dari investing.com, sejumlah analis, termasuk dari ING dan Barclays, memangkas proyeksi harga Brent hingga 2026. Selain pasokan yang meningkat, kekhawatiran resesi global, rendahnya permintaan bahan bakar olahan, dan penumpukan stok minyak global sejak Februari turut memperparah tekanan terhadap harga.
Analisis Pengaruh Terhadap Harga Minyak:
Kelebihan Pasokan Global: OPEC+ mempercepat peningkatan produksi sebesar 411.000 bpd di Juni, memperburuk kekhawatiran oversupply di tengah lemahnya permintaan global.
Ketidakpastian Permintaan: Ancaman resesi global, lemahnya impor bahan bakar olahan, dan penumpukan stok minyak global (~150 juta barel sejak Februari) mempertegas kekhawatiran penurunan konsumsi energi.
Pemangkasan Proyeksi Harga: Barclays dan ING menurunkan estimasi harga Brent hingga 2026, menandakan perubahan pandangan institusi besar terhadap outlook jangka menengah.
Secara keseluruhan berpengaruh terhadap harga minyak melemah.
Penggerak Pasar Forex dan Komoditi Hari Ini
Tidak ada laporan data ekonomi hari ini yang mempengaruhi sentimen dan pergerakan harga komoditas, forex, indeks saham dan emas.