Indeks Saham AS Tertekan di Tengah Kekhawatiran Tarif Perdagangan dan Data Ekonomi yang Suram.

Analisa Fundamental Magnetfx 8 Agustus
  • Tarif baru Trump memicu aksi jual global, melemahkan dolar AS terhadap mata uang safe haven dan meningkatkan risiko resesi.

  • Kanada, Meksiko, dan Tiongkok membalas kebijakan tarif tersebut, memperburuk ketegangan dagang yang dapat merugikan pertumbuhan ekonomi global.

Presiden AS Donald Trump memulai perang dagang baru dengan mengenakan tarif sebesar 25% pada impor dari Kanada dan Meksiko, serta meningkatkan tarif barang dari Tiongkok menjadi 20%. Langkah ini sebagai respons terhadap kegagalan negara-negara tersebut dalam menekan aliran opioid fentanil ke AS. Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau mengecam kebijakan ini sebagai tindakan yang “sangat bodoh” dan membalas dengan tarif 25% atas barang-barang AS senilai C$30 miliar, termasuk makanan dan minuman. Presiden Meksiko Claudia Sheinbaum juga berjanji akan membalas kebijakan tersebut, sementara Tiongkok menanggapi dengan tarif tambahan pada produk AS mulai 10 Maret.

Kebijakan tarif Trump memicu aksi jual saham global, dengan indeks Dow Jones turun 650 poin, sementara obligasi Treasury AS 10 tahun mencapai level terendah sejak Oktober. Dolar AS melemah terhadap yen dan franc Swiss, tetapi menguat terhadap peso Meksiko dan dolar Kanada. Kenaikan tarif tersebut juga menyebabkan lonjakan harga barang, termasuk produk makanan dan elektronik di AS, yang memperburuk tekanan inflasi bagi masyarakat yang telah menghadapi kenaikan biaya hidup selama bertahun-tahun.

Tarif baru diperkirakan akan menimbulkan dampak besar pada ekonomi Amerika Utara yang sangat terintegrasi, terutama di sektor otomotif, energi, dan pertanian. Model GDPNow dari Federal Reserve Bank of Atlanta menunjukkan potensi kontraksi PDB AS sebesar 2,8% pada kuartal pertama, berbanding terbalik dengan proyeksi pertumbuhan 2,3% sebelumnya. Kanada dan Uni Eropa telah menyatakan penyesalan atas kebijakan ini, sementara para ekonom memperingatkan bahwa tindakan tersebut dapat memperburuk risiko resesi global dan memperlemah pertumbuhan ekonomi AS.

Analisis Pengaruh Terhadap Indeks Saham AS:

  • Perang Dagang: Kebijakan tarif baru dari Presiden Donald Trump memicu kekhawatiran perlambatan ekonomi global.
  • Aksi Jual Saham: DJIA anjlok 650 poin, Nasdaq memasuki wilayah koreksi, dan saham sektor otomotif, ritel, serta teknologi tertekan.
  • Risiko Resesi: Proyeksi kontraksi PDB AS sebesar 2,8% oleh Federal Reserve Bank of Atlanta memperkuat kekhawatiran investor.

Secara keseluruhan berpengaruh terhadap harga indeks saham AS melemah.

Analisis Pengaruh Terhadap Dollar AS:

  • Kekhawatiran Resesi: Data proyeksi kontraksi PDB AS sebesar 2,8% memperburuk sentimen, menekan dolar terhadap yen Jepang dan franc Swiss.
  • Dampak Tarif pada Inflasi: Kenaikan harga barang impor akibat tarif memperbesar risiko inflasi, yang dapat melemahkan daya beli masyarakat dan pertumbuhan ekonomi.

Secara keseluruhan berpengaruh terhadap harga Dollar AS melemah.

Harga Emas Menguat di Tengah Pelemahan Dolar AS dan Kekhawatiran Resesi Ekonomi AS.

  • Eskalasi perang dagang menekan dolar AS dan mendorong permintaan emas sebagai aset safe haven.
  • Proyeksi resesi AS dan ekspektasi pemotongan suku bunga Fed memperkuat sentimen bullish emas.

Harga emas naik karena pelemahan dolar AS di tengah eskalasi perang dagang antara AS, Kanada, Meksiko, dan Tiongkok. Tarif baru sebesar 25% untuk Kanada dan Meksiko serta tambahan 10% untuk Tiongkok mulai berlaku pada Selasa, mendorong investor mencari aset safe haven seperti emas. XAU/USD diperdagangkan di level $2.918, naik 0,62%, seiring tekanan pada Greenback akibat kekhawatiran dampak kebijakan tarif terhadap perekonomian AS.

Data ekonomi AS yang melemah semakin memperburuk sentimen dolar. Proyeksi PDB Q1 2025 dari Atlanta Fed turun drastis menjadi -2,8% dari 1,6%, menunjukkan risiko resesi yang meningkat. Sementara itu, indeks ISM Manufaktur melambat mendekati ambang batas kontraksi, sedangkan imbal hasil obligasi AS turun karena ekspektasi pemotongan suku bunga Federal Reserve semakin meningkat.

Fokus pasar kini tertuju pada data PMI Jasa ISM dan Nonfarm Payrolls untuk petunjuk kebijakan moneter selanjutnya. Presiden Federal Reserve New York John Williams menegaskan bahwa tarif berpotensi menaikkan inflasi, tetapi kebijakan suku bunga saat ini masih dianggap tepat. Namun, ketidakpastian seputar kebijakan tarif dan dampaknya pada inflasi serta pertumbuhan ekonomi berpotensi memperkuat peluang penurunan suku bunga dalam waktu dekat.

Analisis Pengaruh Terhadap Harga Emas:

  • Melemahnya dolar AS akibat kekhawatiran resesi setelah proyeksi PDB AS Q1 2025 turun ke -2,8% dari 1,6%.
  • Tarif perdagangan baru antara AS, Kanada, Meksiko, dan Tiongkok meningkatkan permintaan safe haven emas.
  • Ekspektasi pemotongan suku bunga Federal Reserve semakin meningkat setelah data ekonomi AS melambat.

Secara keseluruhan berpengaruh harga emas menguat.

Harga Minyak Anjlok ke Level Terendah Tiga Bulan di Tengah Kekhawatiran Tarif Perdagangan dan Peningkatan Produksi OPEC+.

  • Kekhawatiran gangguan ekonomi akibat tarif perdagangan AS menekan harga minyak.

  • Rencana peningkatan produksi OPEC+ memperburuk prospek pasokan berlebih di pasar global.

Harga minyak mentah turun ke level terendah hampir tiga bulan pada Selasa (5/3) karena kekhawatiran gangguan ekonomi akibat tarif perdagangan AS yang meningkat. Presiden AS Donald Trump menaikkan tarif impor terhadap barang-barang China menjadi 20% dari sebelumnya 10%, serta melanjutkan tarif 25% untuk Kanada dan Meksiko. Kebijakan ini mengguncang pasar global, menekan harga minyak karena kekhawatiran bahwa gangguan perdagangan akan melemahkan pertumbuhan ekonomi dan permintaan minyak.

Selain tekanan tarif, OPEC+ mengisyaratkan akan melanjutkan peningkatan produksi minyak pada bulan April, di tengah permintaan dari AS untuk menekan harga. OPEC+ diperkirakan akan menambah sekitar 138.000 barel per hari, meski peningkatan ini masih relatif kecil dibandingkan pemangkasan 5,8 juta barel per hari sejak 2022. Langkah ini memicu ekspektasi pasokan yang lebih tinggi dalam beberapa bulan mendatang, sehingga memperburuk tekanan pada harga minyak global.

Goldman Sachs memperingatkan risiko penurunan harga minyak akibat kombinasi peningkatan produksi OPEC+, tarif AS, dan permintaan global yang melambat. Bank tersebut memproyeksikan harga minyak Brent rata-rata $78 per barel pada 2025 dan $73 per barel pada 2026, namun memperkirakan harga bisa turun ke kisaran $60-an jika peningkatan produksi OPEC+ berlangsung selama 18 bulan. Data ekonomi AS yang lemah dan menurunnya permintaan minyak dari China memperkuat sentimen bearish terhadap harga minyak dalam jangka panjang.

Analisis Pengaruh Terhadap Harga Minyak:

  • Harga minyak mentah dunia mengalami penurunan signifikan mencapai level terendah dalam hampir tiga bulan terakhir. Minyak mentah Brent berjangka untuk pengiriman Mei turun 1,5% menjadi $70,55 per barel, sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) berjangka turun 1,2% menjadi $67,55 per barel.
  • Kekhawatiran atas dampak tarif perdagangan AS dan rencana peningkatan produksi OPEC+ menekan harga minyak.

Secara keseluruhan berpengaruh terhadap harga minyak melemah.

Penggerak Pasar Forex dan Komoditi Hari Ini

ECONOMIC CALENDAR
Real Time Economic Calendar provided by Investing.com.

Terdapat laporan data fundamental dari AS hari ini yaitu: 

ADP Nonfarm Employment Change (Feb), mengukur perubahan jumlah tenaga kerja di sektor swasta (non-pertanian) di AS dalam satu bulan. Data ini dirilis oleh Automatic Data Processing, Inc. (ADP) dan sering dianggap sebagai indikator awal untuk laporan Nonfarm Payrolls (NFP).

S&P Global Services PMI (Feb), indeks yang mengukur aktivitas bisnis di sektor jasa AS berdasarkan survei dari manajer pembelian. Angka di atas 50 menunjukkan ekspansi, sedangkan di bawah 50 menunjukkan kontraksi.

ISM Non-Manufacturing PMI (Feb), indeks aktivitas bisnis di sektor jasa AS yang dirilis oleh Institute for Supply Management (ISM). Indeks ini mencakup pesanan baru, lapangan kerja, dan aktivitas bisnis secara keseluruhan.

ISM Non-Manufacturing Prices (Feb), mengukur perubahan harga yang dibayarkan oleh perusahaan sektor jasa di AS. Indikator ini sering digunakan untuk mengukur tekanan inflasi di sektor jasa.

Crude Oil Inventories, mengukur perubahan jumlah barel minyak mentah yang disimpan oleh perusahaan komersial di AS. Data ini dirilis setiap minggu oleh Energy Information Administration (EIA).

Dari agenda tersebut dapat mendorong perubahan harga signifikan dan sentimen terhadap harga USD.

Pengaruh Data Terhadap Perubahan Harga.

Data ADP Nonfarm Employment Change (Feb) rilis lebih tinggi dari forcast positif/optimis untuk USD. Sedangkan data rilis lebih rendah dari forcast negatif/pesimis untuk USD.

Data S&P Global Services PMI (Feb) rilis lebih rendah dari forcast positif/optimis untuk USD. Sedangkan data rilis lebih rendah dari forcast negatif/pesimis untuk USD.

Data ISM Non-Manufacturing PMI (Feb) rilis lebih tinggi dah dari forcast positif/optimis untuk USD. Sedangkan data rilis lebih rendah dari forcast negatif/pesimis untuk USD.

Perkiraan :

Data ADP Nonfarm Employment Change (Feb) rilis lebih rendah dari data sebelumnya.

Data ISM Manufacturing PMI AS (Februari) rilis lebih rendah dari data sebelumnya.

Data ISM Manufacturing Prices (Feb) USD rilis lebih tinggi dari data sebelumnya.

Share on: