
- S&P 500 naik tajam meskipun perang dagang AS-Tiongkok kembali meningkat.
- The Fed diperkirakan hanya akan memangkas suku bunga satu kali pada 2025 karena ketidakpastian tarif.
Indeks S&P 500 melonjak pada Selasa, didukung oleh laporan laba kuartalan yang positif, meskipun kekhawatiran perang dagang kembali mencuat. Dow Jones Industrial Average naik 142 poin (0,3%), S&P 500 menguat 0,72%, dan NASDAQ Composite melonjak 262 poin (1,4%). Konsesi tarif Presiden AS Donald Trump kepada Kanada dan Meksiko sempat memicu harapan meredanya ketegangan, tetapi kebijakan keras terhadap Beijing tetap berlanjut.
Tiongkok membalas tarif AS dengan mengenakan bea masuk baru, termasuk 15% untuk impor batu bara dan gas alam cair serta tambahan 10% untuk minyak mentah, peralatan pertanian, dan mobil. Beijing juga memperketat kontrol ekspor logam tanah jarang, memperburuk ketidakpastian rantai pasokan global. Dilansir dari investing selain itu, pemerintah Tiongkok memasukkan perusahaan AS, seperti PVH Corp dan Illumina, dalam daftar entitas yang tidak dapat diandalkan serta memulai penyelidikan antimonopoli terhadap Alphabet.
Di tengah eskalasi ini, investor mempertimbangkan dampaknya terhadap kebijakan The Fed. Analis Morgan Stanley kini memperkirakan hanya satu kali pemangkasan suku bunga pada 2025, turun dari proyeksi sebelumnya sebanyak dua kali. Dilansir dari investing menurut ekonom Michael Gapen, ketidakpastian tarif dapat menjadi hambatan bagi kebijakan moneter yang lebih longgar, dengan pemangkasan suku bunga kemungkinan baru terjadi pada Juni.
Analisis Pengaruh Terhadap Indeks Saham AS:
- Laporan laba kuartalan kuat: Saham-saham utama naik karena laporan laba yang optimis dari perusahaan besar.
- Ekspektasi pemangkasan suku bunga: Jika The Fed tetap terbuka terhadap pemangkasan suku bunga, ini bisa menjadi katalis positif.
- Optimisme perdagangan AS-Meksiko-Kanada: Konsesi tarif Trump terhadap Meksiko dan Kanada memberikan sentimen positif sementara.
Secara keseluruhan berpengaruh terhadap harga indeks saham AS menguat.
Harga Emas Catat Rekor Tertinggi di Tengah Ketegangan Perdagangan.

- Emas mencetak rekor baru $2.845 akibat pelemahan Dolar AS dan ketegangan perdagangan AS-Tiongkok.
- Fed dapat membatasi kenaikan emas jika tetap mempertahankan kebijakan suku bunga ketat.
Harga emas melonjak ke rekor tertinggi $2.845 pada Selasa malam dalam sesi Amerika Utara, didorong oleh pelemahan Dolar AS akibat penurunan imbal hasil obligasi Treasury. Ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat dan Tiongkok semakin meningkatkan permintaan terhadap aset safe haven, dengan XAU/USD diperdagangkan di sekitar $2.843, naik lebih dari 1%.
Perang dagang kembali memanas setelah AS menerapkan tarif 10% pada barang-barang China, yang langsung dibalas oleh Tiongkok dengan kebijakan serupa terhadap produk-produk AS, termasuk batu bara, LNG, minyak mentah, serta peralatan pertanian. Selain itu, Beijing memperketat ekspor beberapa logam penting untuk industri elektronik global, memperburuk ketidakpastian pasar. Akibatnya, Indeks Dolar AS (DXY) turun 0,43%, di bawah level 108,00.
Emas berpotensi melanjutkan reli menuju $2.850 atau lebih tinggi ke $2.900, tetapi pernyataan hawkish dari pejabat Federal Reserve dapat membatasi kenaikan. Dilansir dari fxstreet Presiden Fed San Francisco Mary Daly menegaskan bahwa tugas Fed dalam mengendalikan inflasi belum selesai, menandakan kebijakan suku bunga masih akan tetap ketat, yang dapat menekan kenaikan harga emas dalam jangka pendek.
Analisis Pengaruh Terhadap Harga Emas:
- Dolar AS melemah: Indeks DXY turun 0,43%, membuat emas lebih menarik bagi investor global.
- Penurunan imbal hasil Treasury AS: Mengurangi daya tarik obligasi dan meningkatkan permintaan emas sebagai aset safe haven.
- Ketegangan perang dagang AS-Tiongkok: Tarif baru dan pembalasan Beijing mendorong investor beralih ke aset lindung nilai seperti emas.
Secara keseluruhan berpengaruh harga emas menguat.
Harga Minyak Berfluktuasi di Tengah Ketegangan Perdagangan dan Sanksi Iran.

- Harga minyak naik tipis meski persediaan AS melonjak dan tarif balasan Tiongkok mulai berlaku.
- Sanksi AS terhadap Iran meningkatkan ketidakpastian pasar, sementara investor menunggu data resmi persediaan minyak.
Harga minyak mentah AS naik tipis dalam perdagangan pasca-penutupan pada Selasa, meskipun laporan American Petroleum Institute (API) menunjukkan kenaikan persediaan minyak mentah sebesar 5 juta barel, jauh di atas perkiraan 3,2 juta barel. Minyak Mentah WTI berjangka ditutup naik 0,6% pada $72,70 per barel, sementara Brent menguat 0,32% menjadi $76,20 per barel. Harga sempat tertekan setelah tarif baru AS terhadap Tiongkok mulai berlaku, yang direspons dengan tarif balasan oleh Beijing.
Ketegangan geopolitik juga menjadi faktor utama pergerakan harga minyak. Presiden AS Donald Trump memperbarui kampanye “tekanan maksimum” terhadap Iran, dengan sanksi ketat untuk menekan ekspor minyak Teheran. Iran, yang memproduksi sekitar 3,3 juta barel per hari, merupakan salah satu produsen terbesar OPEC. Kebijakan ini sempat mendorong harga minyak kembali menguat setelah sebelumnya anjlok lebih dari 3% ke level terendah sejak akhir Desember.
Investor masih mencermati potensi eskalasi perang dagang AS-Tiongkok, yang dapat melemahkan permintaan minyak global. Beijing memberlakukan tarif 10% terhadap minyak mentah AS, meningkatkan tekanan terhadap harga minyak di tengah penguatan dolar AS. Para analis memperkirakan ketidakpastian ini akan terus membayangi pasar energi, terutama menjelang laporan persediaan minyak resmi dari pemerintah AS yang akan dirilis pada Rabu.
Analisis Pengaruh Terhadap Harga Minyak:
- Lonjakan persediaan minyak AS: API melaporkan peningkatan 5 juta barel, lebih tinggi dari perkiraan 3,2 juta barel, yang dapat menekan harga.
- Perang dagang AS-Tiongkok meningkat: Tarif baru AS terhadap China dan pembalasan Beijing, termasuk tarif 10% pada minyak mentah AS, berpotensi melemahkan permintaan global.
- Penguatan Dolar AS: Ketidakpastian ekonomi mendorong dolar AS lebih kuat, membuat minyak lebih mahal bagi pembeli luar negeri.
Secara keseluruhan berpengaruh terhadap harga minyak melemah.
Penggerak Pasar Forex dan Komoditi Hari Ini
Terdapat laporan data fundamental dari AS hari ini yaitu:
- ADP Nonfarm Employment Change (Jan): Mengukur perubahan jumlah tenaga kerja di sektor swasta AS berdasarkan data dari ADP (Automatic Data Processing). Ini adalah indikator awal sebelum laporan NFP resmi dari pemerintah.
- S&P Global Services PMI (Jan): Mengukur aktivitas sektor jasa di AS berdasarkan survei terhadap manajer pembelian. Angka di atas 50 menunjukkan ekspansi, di bawah 50 menunjukkan kontraksi.
- ISM Non-Manufacturing PMI (Jan): Indeks aktivitas sektor jasa berdasarkan survei dari Institute for Supply Management (ISM). Mirip dengan S&P PMI tetapi dari lembaga berbeda.
Dari agenda tersebut dapat mendorong perubahan harga signifikan dan sentimen terhadap harga USD.
Pengaruh Data Terhadap Perubahan Harga.
Data ADP Nonfarm Employment Change (Jan) rilis lebih tinggi dari forcast positif/optimis untuk USD. Sedangkan data rilis lebih rendah dari forcast negatif/pesimis untuk USD.
Data S&P Global Services PMI (Jan) rilis lebih tinggi dari forcast positif/optimis untuk USD. Sedangkan data rilis lebih rendah dari forcast negatif/pesimis untuk USD.
Data ISM Non-Manufacturing PMI (Jan) rilis lebih tinggi dari forcast positif/optimis untuk USD. Sedangkan data rilis lebih rendah dari forcast negatif/pesimis untuk USD.
Perkiraan :
Data ADP Nonfarm Employment Change (Jan) rilis lebih tinggi dari data sebelumnya.
Data S&P Global Services PMI (Jan) rilis lebih rendah dari data sebelumnya.
Data ISM Non-Manufacturing PMI (Jan) rilis lebih tinggi dari data sebelumnya.