Ekspektasi pemangkasan suku bunga Fed pada Desember, yang peluangnya meningkat menjadi 79%, menambah tekanan pada dolar AS.
- Indeks S&P 500 dan Nasdaq mencatat rekor tertinggi untuk hari ketiga berturut-turut.
Indeks Dolar AS (DXY) melemah ke level 106,10 pada Rabu (4/12), terseret aksi ambil untung setelah reli tajam terhadap sejumlah mata uang G20 sebelumnya. Pelemahan ini juga dipengaruhi data PMI ISM yang menunjukkan perlambatan aktivitas ekonomi, meskipun Ketua Federal Reserve (Fed) Jerome Powell tetap optimistis terhadap kondisi perekonomian AS.
Powell Tegaskan Sikap Hati-Hati terhadap Kebijakan Suku Bunga
Dalam pidatonya di New York Times DealBook Summit, Powell menyatakan bahwa Fed dapat mengambil pendekatan “lebih hati-hati” dalam menentukan kebijakan suku bunga. Ia menyebut bahwa ekonomi AS masih dalam kondisi kuat, namun keputusan bank sentral tetap bergantung pada data ekonomi terbaru. Meski demikian, Powell tidak memberi sinyal bahwa pemangkasan suku bunga pada Desember akan menjadi risiko besar.
Peluang pemangkasan suku bunga pada Desember meningkat menjadi 79% dari 75,5% sehari sebelumnya, menurut alat pemantau suku bunga Investing.com. Pernyataan Powell ini memberikan dorongan positif bagi pasar saham AS, dengan indeks S&P 500 dan Nasdaq mencatat rekor penutupan tertinggi untuk tiga hari berturut-turut. Indeks Dow Jones Industrial Average juga naik 181 poin (0,40%) dan menembus level 45.000 untuk pertama kalinya.
Data Tenaga Kerja Jadi Sorotan
Selain pernyataan Powell, perhatian investor tertuju pada data ketenagakerjaan sektor swasta yang dirilis oleh ADP. Laporan menunjukkan tambahan 146.000 pekerjaan di sektor swasta pada November, lebih rendah dari ekspektasi sebesar 166.000 pekerjaan. Angka ini juga turun dibandingkan pertambahan 184.000 pekerjaan pada Oktober (setelah revisi turun).
Data ini memicu harapan bahwa Federal Reserve akan kembali memangkas suku bunga pada akhir bulan. “Laporan pekerjaan ADP cukup ideal, dengan pertumbuhan lapangan kerja yang stabil namun tidak terlalu tinggi, sehingga memungkinkan Fed untuk melanjutkan pelonggaran kebijakan,” ujar Vital Knowledge dalam catatannya.
Pasar Tunggu Data Nonfarm Payrolls
Fokus pasar kini tertuju pada data Nonfarm Payrolls bulan November yang akan dirilis pada Jumat. Data ini diharapkan memberikan petunjuk lebih lanjut mengenai prospek kebijakan suku bunga Fed dan arah pasar keuangan ke depan.
Analisis Pengaruh Terhadap Dollar AS:
Aksi Ambil Untung: Melemahnya DXY ke level 106,10 dipicu oleh aksi ambil untung setelah reli kuat terhadap mata uang G20.
Data PMI ISM Lemah: Perlambatan aktivitas ekonomi di sektor jasa menambah tekanan pada dolar AS.
Ekspektasi Pemangkasan Suku Bunga: Probabilitas penurunan suku bunga pada Desember meningkat menjadi 79%, yang umumnya membebani nilai USD.
Secara keseluruhan berpengaruh harga Dollar AS melemah.
Analisis Pengaruh Terhadap Indeks Saham AS:
- Rekor Tertinggi: S&P 500 dan Nasdaq mencatat rekor penutupan tertinggi selama tiga hari berturut-turut, didorong oleh penguatan saham teknologi.
- Optimisme Kebijakan Fed: Pernyataan hati-hati Powell terkait pemangkasan suku bunga mengurangi kekhawatiran pasar, memperkuat sentimen positif terhadap saham.
Probabilitas - Pemangkasan Suku Bunga: Ekspektasi pelonggaran kebijakan Fed memberikan dorongan bagi aset berisiko, termasuk saham.
Secara keseluruhan berpengaruh harga indeks saham AS menguat.
Harga Emas Menguat di Tengah Data Ekonomi AS yang Beragam.
Data PMI Jasa dan laporan ADP yang melemah meningkatkan ekspektasi bahwa Federal Reserve akan bersikap hati-hati dalam kebijakan moneternya, mendukung harga emas sebagai aset alternatif.
- Pernyataan Ketua Fed Jerome Powell tentang kekuatan ekonomi AS serta rekor kenaikan indeks saham membatasi daya tarik emas, karena investor lebih memilih aset berisiko.
Harga emas mencatat kenaikan selama sesi perdagangan Amerika Utara, didorong oleh rilis data ekonomi AS yang menunjukkan hasil beragam. Meskipun demikian, kenaikan logam mulia tersebut tetap terbatas setelah pernyataan Ketua Federal Reserve (Fed) Jerome Powell. Pasangan XAU/USD diperdagangkan pada $2.652, naik 0,35% di tengah dinamika pasar.
Powell: Ekonomi Kuat, Tapi Inflasi Masih Jadi Tantangan
Ketua Fed Jerome Powell menyatakan bahwa ekonomi AS masih dalam kondisi baik dan pemangkasan suku bunga pada September dirancang untuk mendukung pasar tenaga kerja. Namun, ia menekankan bahwa inflasi masih jauh dari target Fed sebesar 2%, meskipun proses desinflasi telah menunjukkan tanda-tanda terhenti dalam tiga bulan terakhir. Powell menegaskan bahwa Fed akan bersikap hati-hati dalam menentukan kebijakan moneter ke depan.
Pejabat Fed Berikan Isyarat Baru
Komentar serupa juga disampaikan pejabat Fed lainnya. Presiden Fed St. Louis, Alberto Musalem, mengindikasikan kemungkinan penghentian atau perlambatan pemangkasan suku bunga dalam waktu dekat. Ia menyatakan bahwa pasar tenaga kerja berada di jalur yang konsisten dengan lapangan kerja penuh, dan inflasi diproyeksikan mencapai target dalam dua tahun ke depan. Sementara itu, Presiden Fed Richmond, Thomas Barkin, menilai risiko inflasi dan pencapaian lapangan kerja maksimum saat ini cukup seimbang.
Data Ekonomi Bervariasi
Di sisi data ekonomi, laporan ADP menunjukkan peningkatan pekerjaan sektor swasta pada November sedikit lebih rendah dari perkiraan, sementara revisi angka Oktober menunjukkan penurunan. Selain itu, indeks PMI Jasa dari S&P Global dan Institute for Supply Management (ISM) menunjukkan sedikit perlambatan, mengindikasikan bahwa ekonomi AS masih kuat tetapi mulai melambat.
Agenda Pasar Pekan Ini
Fokus pasar kini beralih ke agenda penting lainnya, termasuk pernyataan sejumlah pejabat Fed, laporan Klaim Pengangguran Awal, serta data Penggajian Nonpertanian (NFP) yang akan dirilis pada Jumat. Data ini diharapkan memberikan pandangan lebih jelas mengenai arah kebijakan moneter dan prospek ekonomi AS.
Analisis Pengaruh Terhadap Harga Emas:
Pernyataan Powell: Optimisme Powell tentang kondisi ekonomi AS mengurangi minat terhadap emas, yang cenderung melemah saat prospek ekonomi positif.
Inflasi Masih Kuat: Powell menekankan bahwa inflasi tetap jauh dari target, yang bisa mendorong Fed untuk tetap berhati-hati, membatasi potensi kenaikan emas.
- Data Ekonomi AS yang Beragam: Data PMI Jasa dan laporan ADP yang lemah mendukung spekulasi bahwa Fed akan mempertahankan kebijakan moneter longgar, memberikan dorongan positif bagi emas.
Secara keseluruhan berpengaruh harga emas beragam.
- Harga minyak turun hampir 2% karena investor menunggu keputusan OPEC+ yang diperkirakan akan memperpanjang pemangkasan produksi.
- Ketegangan geopolitik di Timur Tengah dan penurunan stok minyak AS memberikan dukungan terhadap harga minyak, meskipun pengaruhnya terbatas.
Harga minyak mentah turun tajam pada perdagangan Rabu, dengan Brent melemah $1,31 (1,78%) menjadi $72,31 per barel, sementara WTI AS merosot $1,40 (2%) ke $68,54 per barel. Penurunan ini terjadi di tengah penantian pasar terhadap keputusan Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya (OPEC+) yang diperkirakan akan memperpanjang kebijakan pemangkasan produksi.
Meskipun data menunjukkan penurunan stok minyak mentah AS yang lebih besar dari perkiraan pekan lalu, sentimen tersebut hanya memberikan dukungan terbatas pada harga di tengah aksi jual besar yang dilakukan oleh salah satu bank pada Rabu sore. Aksi ini membuat harga minyak merosot lebih dari 1% hanya dalam hitungan menit.
Fokus pada Kebijakan OPEC+
OPEC+ dijadwalkan bertemu pada Kamis (5/12) dan diperkirakan akan memperpanjang pemangkasan produksi hingga akhir kuartal pertama 2025. “Meskipun penundaan pemangkasan ini sudah diprediksi, retorika dari pertemuan tersebut akan menjadi penggerak utama pasar,” ujar Matt Smith, Kepala Analis Minyak Amerika di Kpler.
OPEC+ telah berupaya mengatur pasokan minyak global untuk menstabilkan harga, namun tekanan pasar tetap tinggi menjelang pertemuan tersebut.
Dampak Data dan Geopolitik
Data dari Badan Informasi Energi (EIA) menunjukkan penurunan stok minyak mentah AS pekan lalu akibat peningkatan aktivitas kilang, yang mendorong produksi ke level tertinggi sejak musim panas. Namun, kenaikan stok bensin dan sulingan mengimbangi pengaruh bullish tersebut.
Sementara itu, ketegangan geopolitik turut memengaruhi pasar. Israel memperingatkan kemungkinan eskalasi konflik dengan Hizbullah jika gencatan senjata gagal, sementara di Asia, Korea Selatan menghadapi krisis politik setelah pencabutan mendadak status darurat militer, yang memicu ketidakpastian di ekonomi terbesar keempat kawasan tersebut.
Analis Priyanka Sachdeva dari Phillip Nova menyebut bahwa meskipun ketegangan geopolitik memberikan dukungan sementara bagi harga minyak, momentum bullish tetap terbatas akibat faktor-faktor lain yang menekan pasar.
Analisis Pengaruh Terhadap Harga Minyak:
- Penurunan Harga Menjelang Pertemuan OPEC+:
Harga minyak mengalami penurunan hampir 2% karena ketidakpastian menjelang pertemuan OPEC+ yang diharapkan akan memperpanjang pemangkasan produksi. Meskipun penurunan stok minyak AS memberikan sedikit dukungan, aksi jual besar yang terjadi di pasar menekan harga lebih lanjut.
Secara keseluruhan berpengaruh terhadap harga minyak melemah.
Penggerak Pasar Forex dan Komoditi Hari Ini
Terdapat laporan data fundamental dari AS hari ini yaitu:Â
Initial Jobless Claims adalah jumlah klaim pengangguran awal yang diajukan oleh individu di Amerika Serikat yang baru saja kehilangan pekerjaan mereka dan memenuhi syarat untuk mendapatkan tunjangan pengangguran.
Dari agenda tersebut dapat mendorong perubahan harga signifikan dan sentimen terhadap harga USD
Pengaruh Data Terhadap Perubahan Harga.
Data Initial Jobless Claims rilis lebih tinggi dari forcast positif/optimis untuk USD. Sedangkan data rilis lebih rendah dari forcast negatif/pesimis untuk USD.
Perkiraan :
Data Initial Jobless Claims rilis lebih tinggi dari data sebelumnya.