Wall Street Anjlok: Tarif Trump Picu Ketakutan Resesi Global.

Tarif tinggi memicu aksi jual besar-besaran dan meningkatkan risiko resesi.
- Tarif berisiko memperburuk inflasi, mempersulit keputusan suku bunga.
Wall Street mengalami kejatuhan tajam setelah Presiden AS Donald Trump mengumumkan tarif dagang luas yang memicu kekhawatiran perang dagang global. Indeks S&P 500 anjlok 4.8%, Dow Jones turun 4%, dan Nasdaq merosot 6%. Trump memberlakukan tarif 10% untuk semua impor, dengan kenaikan tambahan bagi negara yang dianggap sebagai “aktor buruk,” termasuk China yang menghadapi tarif hingga 54%. Analis memperingatkan dampak negatif terhadap pasar dan ekonomi global.
Ekonom memperkirakan kebijakan tarif ini dapat menekan pertumbuhan ekonomi AS, dengan risiko resesi meningkat pada kuartal kedua 2025. UBS memproyeksikan kontraksi PDB antara 1.5% hingga 2% dan inflasi bisa naik hingga 5%. Selain itu, sektor korporasi terpukul keras, terutama Apple yang berpotensi kehilangan 14% dari laba bersihnya akibat tarif impor dari China. Perusahaan ritel dan teknologi juga mengalami tekanan signifikan, dengan saham Nike, Walmart, Nvidia, dan Tesla turun tajam.
The Federal Reserve kini menghadapi dilema kebijakan suku bunga di tengah ketidakpastian ekonomi. Gubernur The Fed Adriana Kugler menyoroti risiko inflasi akibat tarif, sementara UBS memperkirakan pemangkasan suku bunga hingga 100 basis poin pada 2025. Namun, beberapa pejabat The Fed menyarankan pendekatan hati-hati karena ketidakpastian kebijakan pemerintah yang dapat memperburuk prospek ekonomi.
Analisis Pengaruh Terhadap Indeks Saham AS:
Tarif Dagang Trump: Pengumuman tarif impor luas, terutama terhadap China dan Eropa, meningkatkan ketidakpastian pasar dan memicu aksi jual besar.
Risiko Resesi: Ekonom memperkirakan PDB AS bisa turun 1,5%–2% pada 2025, dengan inflasi naik hingga 5%, yang dapat memperburuk sentimen investor.
Tekanan di Sektor Korporasi: Saham teknologi dan ritel terpukul keras, dengan Apple, Nvidia, dan Tesla mencatat penurunan signifikan.
Secara keseluruhan berpengaruh terhadap harga indeks saham AS melemah.
Harga Emas Tertekan Jual, Tarif Trump Picu Lonjakan Permintaan Safe-Haven.

Emas turun tetapi tetap diminati sebagai aset safe-haven di tengah kekhawatiran perang dagang global.
Dolar AS melemah tajam, meningkatkan daya tarik emas di pasar global.
Harga emas (XAU/USD) turun lebih dari 1,25% pada hari Kamis, mendekati $3.095 akibat aksi ambil untung dan tekanan jual yang meningkat. Pernyataan mengejutkan Presiden AS Donald Trump tentang tarif dagang global mendorong volatilitas di berbagai kelas aset. Investor mengalihkan dana ke aset safe-haven setelah pasar ekuitas global mengalami penurunan tajam, imbal hasil obligasi jatuh, dan dolar AS melemah terhadap mata uang utama.
Tarif minimum 10% berlaku untuk semua impor ke AS, dengan tarif untuk China naik menjadi 54%. Pasar emas mendapat dorongan dari meningkatnya permintaan aset lindung nilai di tengah kekhawatiran perlambatan ekonomi global. Namun, beberapa logam termasuk emas, tembaga, baja, dan aluminium dikecualikan dari kebijakan tarif ini, memberikan sedikit kelegaan bagi pembeli domestik. Sementara itu, ekspektasi pemotongan suku bunga The Fed dalam waktu dekat masih beragam, dengan peluang pemangkasan di bulan Juni sebesar 72,5%.
Melemahnya dolar AS semakin menambah daya tarik emas sebagai aset lindung nilai, sementara pernyataan IMF memperingatkan bahwa kebijakan tarif AS berisiko memperburuk prospek ekonomi global yang sudah lemah. Perhatian pasar kini tertuju pada data Nonfarm Payrolls dan komentar pejabat The Fed, yang dapat memberikan indikasi lebih lanjut mengenai arah kebijakan moneter di tengah ketidakpastian global.
Analisis Pengaruh Terhadap Harga Emas:
- Aksi Ambil Untung: Emas turun lebih dari 1,25% akibat tekanan jual setelah mencapai level tertinggi.
- Ketidakpastian Pemotongan Suku Bunga The Fed: CME FedWatch masih menunjukkan peluang pemotongan suku bunga yang terbatas dalam waktu dekat, membatasi reli emas.
Pengecualian Tarif pada Logam: Emas dan beberapa logam lainnya tidak dikenakan tarif baru AS, mengurangi ketidakpastian di sektor komoditas.
Secara keseluruhan berpengaruh harga emas melemah.
Harga Minyak Anjlok: OPEC+ Tambah Produksi, Kekhawatiran Perang Dagang Meningkat.

Keputusan OPEC+ untuk meningkatkan produksi minyak menekan harga, ditambah dengan meningkatnya stok minyak AS.
- Kebijakan tarif impor AS meningkatkan risiko perlambatan ekonomi, mengurangi permintaan energi dan memperburuk prospek harga minyak.
Harga minyak anjlok tajam pada Kamis, mencatatkan penurunan harian terbesar sejak 2022 setelah OPEC+ mengejutkan pasar dengan peningkatan produksi. Brent turun 6,42% menjadi $70,14 per barel, sementara WTI merosot 6,64% ke $66,95 per barel. Keputusan OPEC+ untuk menambah pasokan 411.000 barel per hari mulai Mei, jauh di atas rencana awal 135.000 barel, menambah tekanan pada harga minyak yang sudah melemah akibat kekhawatiran perlambatan ekonomi global.
Pasar juga masih merespons kebijakan tarif impor luas yang diumumkan Presiden AS Donald Trump, yang meningkatkan risiko perang dagang global dan dapat menekan permintaan energi. Meskipun impor minyak dan gas dikecualikan dari tarif baru, sentimen negatif mendominasi karena investor khawatir langkah ini akan memperlambat pertumbuhan ekonomi dan konsumsi bahan bakar. UBS memangkas proyeksi harga minyak hingga 2026 sebesar $3 per barel, memperkirakan Brent berada di kisaran $72 per barel.
Tekanan tambahan datang dari laporan Badan Informasi Energi AS (EIA) yang menunjukkan peningkatan stok minyak mentah AS sebesar 6,2 juta barel, jauh di atas ekspektasi penurunan 2,1 juta barel. Dengan kombinasi peningkatan pasokan dan ketidakpastian ekonomi, analis memperkirakan volatilitas harga minyak akan meningkat dalam waktu dekat, terutama jika negara-negara lain merespons tarif AS dengan tindakan balasan.
Analisis Pengaruh Terhadap Harga Minyak:
Peningkatan Produksi OPEC+: OPEC+ mengejutkan pasar dengan menaikkan produksi lebih dari yang direncanakan (411.000 bpd vs 135.000 bpd).
Kekhawatiran Perlambatan Ekonomi: Tarif impor luas dari AS memicu ketidakpastian global, berpotensi memperlambat pertumbuhan ekonomi dan menekan permintaan energi.
- Stok Minyak AS Melonjak: Data EIA menunjukkan peningkatan stok minyak AS sebesar 6,2 juta barel, jauh di atas perkiraan penurunan 2,1 juta barel, mengindikasikan kelebihan pasokan.
Secara keseluruhan berpengaruh terhadap harga minyak melemah.
Penggerak Pasar Forex dan Komoditi Hari Ini
Terdapat laporan data fundamental dari AS hari ini yaitu:
Nonfarm Payrolls (NFP)
Pengertian:
Nonfarm Payrolls (NFP) adalah data yang mengukur jumlah pekerjaan baru yang tercipta di luar sektor pertanian di Amerika Serikat. Data ini mencerminkan kondisi pasar tenaga kerja dan pertumbuhan ekonomi.- Unemployment Rate (Tingkat Pengangguran)
Pengertian:
Data ini menunjukkan persentase tenaga kerja yang menganggur dan aktif mencari pekerjaan dibandingkan total angkatan kerja. - Average Hourly Earnings (Pertumbuhan Upah Rata-rata per Jam)
Pengertian:
Data ini mengukur perubahan rata-rata upah pekerja per jam dari bulan ke bulan. Ini menjadi indikator tekanan inflasi karena kenaikan upah bisa mendorong daya beli masyarakat. - Fed Chair Powell Speaks (Pernyataan Ketua The Fed, Jerome Powell)
Pengertian:
Pidato Ketua Federal Reserve (The Fed) sering memberikan petunjuk tentang arah kebijakan moneter ke depan, termasuk suku bunga dan pandangan ekonomi AS.
Dari agenda tersebut dapat mendorong perubahan harga signifikan dan sentimen terhadap USD.
Pengaruh Data Terhadap Perubahan Harga.
Data Average Hourly Earnings rilis lebih tinggi dari forecast positif/optimis untuk USD. Sedangkan data rilis lebih rendah dari forecast negatif/pesimis untuk USD.
Data Non Farm Payroll rilis lebih tinggi dari forecast positif/optimis untuk USD. Sedangkan data rilis lebih rendah dari forecast negatif/pesimis untuk USD.
Data Unemployment Rate rilis lebih rendah dari forecast positif/optimis untuk USD. Sedangkan data rilis lebih tinggi dari forecast negatif/pesimis untuk USD.
Perkiraan :
Average Hourly Earnings rilis sesuai dengan data sebelumnya
Nonfarm Payrolls (Mar) rilis lebih rendah dari data sebelumnya.
Unemployment Rate (Mar) rilis sesuai dengan data sebelumnya