Indeks Dolar AS Melemah di Tengah Data Ekonomi Beragam, DJIA Menguat.

  • Dolar AS melemah setelah data ekonomi AS yang bervariasi, termasuk laporan pekerjaan ADP yang kuat namun diimbangi revisi pertumbuhan PDB kuartal ketiga yang lebih rendah.
  • Investor tetap menantikan data Nonfarm Payrolls hari Jumat yang dapat memberi petunjuk baru tentang kekuatan pasar tenaga kerja di tengah penurunan imbal hasil obligasi Treasury AS.

Indeks Dolar AS (DXY), yang mencerminkan kekuatan USD terhadap enam mata uang utama, melemah pada hari Rabu setelah rilis data ekonomi yang beragam. Meskipun laporan ADP mengenai Perubahan Ketenagakerjaan September melebihi ekspektasi pada Oktober, revisi penurunan pada pertumbuhan PDB kuartal ketiga memberikan tekanan terhadap dolar.

Investor berhati-hati menjelang laporan Nonfarm Payrolls (NFP) yang akan dirilis Jumat ini, yang diharapkan akan memberikan gambaran lebih jelas mengenai pasar tenaga kerja. Sementara itu, Dow Jones Industrial Average (DJIA) menguat selama sesi perdagangan Amerika Utara, dengan investor menargetkan kenaikan di atas 42.500 di tengah penurunan imbal hasil obligasi Treasury AS. Perekonomian AS dilaporkan tumbuh di bawah proyeksi, namun tetap dalam jalur pertumbuhan yang stabil.

Data Automatic Data Processing (ADP) menunjukkan pasar tenaga kerja AS masih kuat dengan laporan pekerjaan yang melampaui ekspektasi. Berdasarkan data dari Biro Analisis Ekonomi, ekonomi tumbuh 2,8% YoY pada kuartal ketiga 2024. Meskipun angka ini tidak mencapai target dan lebih rendah dibandingkan 3% pada kuartal sebelumnya, data ini mendukung pandangan bahwa ekonomi berada pada jalur soft landing.

Laporan ADP memperkirakan perusahaan swasta menambah 233 ribu pekerja pada bulan Oktober, jauh di atas perkiraan 115 ribu. Dikutip dari fxstreet.com Nela Richardson, Kepala Ekonom ADP, menyatakan, “Pertumbuhan pekerjaan tetap kuat pada bulan Oktober meskipun masih dalam proses pemulihan pasca badai.” Di saat yang sama, imbal hasil obligasi AS turun setelah sebelumnya mencapai level tertinggi tiga bulan di 4,337%, turun 0,65% atau tiga basis poin menjadi 4,248%.

Setelah rilis data tersebut, peluang pemangkasan suku bunga oleh Fed sebesar 25 bps turun menjadi 97% dari sebelumnya 98% sehari yang lalu, menurut CME FedWatch Tool. Hal ini akan membawa suku bunga ke kisaran 4,50%-4,75%.

Analisis Pengaruh Terhadap Dollar AS:

  • Kewaspadaan Menjelang Data NFP: Para investor menantikan laporan Nonfarm Payrolls (NFP) yang akan dirilis, karena data tersebut dapat menunjukkan kekuatan pasar tenaga kerja yang sesungguhnya. 
  • Ekspektasi Pemangkasan Suku Bunga: Peluang penurunan suku bunga Fed tetap tinggi meskipun sedikit turun, yaitu sekitar 97%. 

Secara keseluruhan berpengaruh terhadap harga Dollar AS melemah.

Analisis Pengaruh Terhadap indeks saham AS.

  • Optimisme pada Soft Landing Ekonomi: Meskipun ekonomi tumbuh lebih rendah dari ekspektasi, proyeksi soft landing dan kebijakan suku bunga rendah oleh Fed mendukung sentimen positif terhadap pasar saham. 
  • Data Ekonomi yang Relatif Stabil: Laporan pekerjaan ADP yang positif menunjukkan bahwa pasar tenaga kerja tetap kuat, yang mendukung pandangan bahwa ekonomi masih berada dalam kondisi stabil, mendorong optimisme di kalangan investor saham.

Secara keseluruhan berpengaruh terhadap harga indeks saham AS menguat.

Harga Emas Catat Rekor Tertinggi di Tengah Ketidakpastian Pemilu AS.
  • Harga emas melonjak ke level tertinggi baru di $2.789 di tengah ketidakpastian hasil Pemilu Presiden AS dan ketegangan geopolitik.
  • Data ekonomi AS yang kuat membatasi kenaikan harga emas, dengan pertumbuhan ekonomi yang stabil dan pasar tenaga kerja yang tetap tangguh.

Harga emas mencapai level tertinggi baru di $2.789 per ons selama sesi perdagangan Amerika Utara, dipicu oleh kekhawatiran investor terhadap hasil Pemilu Presiden AS. Meskipun demikian, kenaikan ini sedikit tertahan oleh data ekonomi AS yang stabil, menandakan ekonomi yang tetap kuat dengan pertumbuhan yang moderat dan pasar tenaga kerja yang solid.

Pada akhir sesi, XAU/USD diperdagangkan di $2.785, naik lebih dari 0,40% namun sedikit di bawah rekor sebelumnya, setelah sebelumnya menyentuh level terendah harian di $2.771. Imbal hasil obligasi Treasury AS juga melemah, di tengah keyakinan bahwa Federal Reserve (Fed) akan berhasil mencapai skenario soft landing. 

Sementara itu, data menunjukkan ekonomi AS tumbuh stabil meskipun Produk Domestik Bruto (PDB) kuartal ketiga sedikit di bawah proyeksi, dan laporan ADP mengindikasikan bahwa perusahaan swasta meningkatkan perekrutan melebihi perkiraan pada bulan Oktober.

Ketidakpastian Pemilu AS semakin memanas menjelang tanggal 5 November, Super Tuesday, dengan persaingan ketat antara Wakil Presiden Demokrat Kamala Harris dan mantan Presiden Donald Trump, sebagaimana ditunjukkan oleh berbagai survei.

Harga emas batangan saat ini telah meningkat lebih dari 35% dalam dua belas bulan terakhir, kenaikan tahunan tertinggi sejak 1979, dan diproyeksikan akan mencatatkan kinerja tahunan terbaik. Menurut sumber yang dikutip oleh Reuters, harga emas dapat mencapai $3.000 pada tahun 2025, didorong oleh kekhawatiran pasar yang meningkat, peningkatan arus ETF emas, dan penyesuaian pasca-pemilu.

Selain itu, ketegangan geopolitik di Timur Tengah turut menguatkan dukungan terhadap emas sebagai aset safe haven. Meskipun pejabat Israel melaporkan bahwa Hizbullah berupaya menjauh dari konflik Hamas di Gaza, Israel Defense Forces (IDF) hampir menyelesaikan operasi daratnya di wilayah tersebut.

Analisis Pengaruh Terhadap Harga Emas:

  • Ketidakpastian Pemilu AS: Ketidakpastian seputar hasil Pemilu Presiden AS memperkuat daya tarik emas sebagai aset safe haven. Investor memilih menahan aset berisiko dan beralih ke emas untuk perlindungan nilai, meningkatkan permintaan terhadap logam mulia ini.
  • Tingginya Arus Safe Haven di Tengah Ketegangan Geopolitik: Ketegangan yang berlanjut di Timur Tengah membuat investor berhati-hati, meningkatkan permintaan emas sebagai aset yang lebih aman.
  • Data Ekonomi yang Stabil: Meskipun ekonomi AS tumbuh stabil, angka Produk Domestik Bruto (PDB) kuartal ketiga menunjukkan penurunan di bawah perkiraan, menimbulkan kekhawatiran investor terkait kelanjutan pemulihan ekonomi.

Secara keseluruhan berpengaruh harga emas menguat.

Harga Minyak Rebound di Tengah Penurunan Persediaan AS dan Rencana OPEC+ Menunda Kenaikan Produksi.

  • Harga minyak mentah naik lebih dari 2% setelah data menunjukkan penurunan tak terduga pada persediaan minyak mentah dan bensin AS.
  • OPEC+ mempertimbangkan penundaan peningkatan produksi di tengah kekhawatiran atas permintaan yang lemah dan ekonomi global yang melambat.

Harga minyak mentah melonjak pada hari Rabu, pulih lebih dari 2% setelah data menunjukkan penurunan mengejutkan pada persediaan minyak mentah dan bensin di AS, serta laporan yang menyebutkan kemungkinan OPEC+ menunda peningkatan produksi minyak. Minyak mentah Brent naik $1,43 atau 2,01% menjadi $72,55 per barel, sementara West Texas Intermediate (WTI) AS naik $1,4 atau 2,08% menjadi $68,61.

Data dari Badan Informasi Energi (EIA) mengungkapkan bahwa stok bensin AS turun ke level terendah dua tahun terakhir akibat peningkatan permintaan, sementara stok minyak mentah juga berkurang karena penurunan impor. Impor minyak dari Arab Saudi, Kanada, Irak, Kolombia, dan Brasil ke AS tercatat menurun, dengan impor dari Arab Saudi menyentuh level terendah sejak Januari 2021, yaitu 13.000 barel per hari.

Dilansir dari investing.com analis dari Kpler, Matt Smith, mengatakan bahwa penurunan persediaan bensin yang terjadi di tengah peningkatan permintaan mingguan mendukung penguatan harga, bersama dengan berkurangnya impor yang membantu penurunan persediaan minyak mentah.

Laporan dari Reuters mengindikasikan bahwa OPEC+, gabungan dari Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutu seperti Rusia, kemungkinan akan menunda peningkatan produksi minyak yang dijadwalkan pada Desember karena kekhawatiran terhadap lemahnya permintaan global. Harry Tchilinguirian dari Onyx Capital Group mengatakan bahwa perubahan waktu peningkatan produksi ini dapat dimengerti mengingat melemahnya ekonomi global, terutama di Tiongkok, yang memengaruhi estimasi permintaan.

OPEC+ awalnya berencana meningkatkan produksi sebesar 180.000 barel per hari pada bulan Desember, tetapi keputusan final tentang penundaan ini bisa diumumkan dalam minggu depan, menjelang pertemuan resmi pada 1 Desember.

Analisis Pengaruh Terhadap Harga Emas:

  • Penurunan Persediaan Minyak Mentah dan Bensin AS: Penurunan tak terduga pada stok minyak mentah dan bensin di AS menunjukkan peningkatan permintaan di tengah persediaan yang ketat, memberikan dorongan positif bagi harga minyak.
  • Potensi Penundaan Kenaikan Produksi OPEC+: Laporan bahwa OPEC+ mempertimbangkan untuk menunda peningkatan produksi minyak bulan Desember, di tengah lemahnya permintaan global, menambah kekhawatiran akan pasokan yang terbatas di pasar, yang juga mendukung kenaikan harga.

Secara keseluruhan berpengaruh terhadap harga minyak menguat.

Penggerak Pasar Forex dan Komoditi Hari Ini

ECONOMIC CALENDAR
Real Time Economic Calendar provided by Investing.com.
  1. Keputusan Suku Bunga Bank of Japan (BoJ Interest Rate Decision) adalah keputusan yang dibuat oleh bank sentral Jepang, tentang suku bunga acuan yang akan memengaruhi biaya pinjaman bank di Jepang, ini adalah salah satu instrumen kebijakan moneter BoJ.
  2. CPI (YoY) (Oct), atau Consumer Price Index adalah laporan yang mengukur tingkat inflasi.
  3. Core PCE Price Index adalah indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi (Personal Consumption Expenditures) yang mengukur perubahan harga barang dan jasa. Indikator ini dianggap sebagai ukuran inflasi. 
  4. Initial Jobless Claims adalah data ekonomi yang menunjukkan jumlah orang yang pertama kali mengajukan klaim tunjangan pengangguran di Amerika Serikat dalam satu minggu. Data ini digunakan untuk memantau kesehatan pasar tenaga kerja secara real-time.
  5. Chicago PMI (Purchasing Managers’ Index) adalah indeks yang mengukur kondisi bisnis dan aktivitas ekonomi di wilayah Chicago, AS, selama bulan Oktober.

Pengaruh Data Terhadap Perubahan Harga.

Data BoJ Interest Rate Decision rilis lebih tinggi dari forcast positif/optimis untuk JPY. Sedangkan data rilis lebih rendah dari forcast negatif/pesimis untuk JPY.

Data CPI (YoY) (Oct) rilis lebih tinggi dari forcast positif/optimis untuk EUR. Sedangkan data rilis lebih rendah dari forcast negatif/pesimis untuk EUR.

Data Core PCE Price Index (MoM) (Sep) rilis lebih tinggi dari forcast positif/optimis untuk USD. Sedangkan data rilis lebih rendah dari forcast negatif/pesimis untuk USD.

Data GDP (QoQ) (Q3) rilis lebih tinggi dari forcast positif/optimis untuk USD. Sedangkan data rilis lebih rendah dari forcast negatif/pesimis untuk USD.

Data Initial Jobless Claims rilis lebih tinggi dari forcast negatif/pesimis untuk USD. Sedangkan data rilis lebih rendah dari forcast positif/optimis untuk USD.

Data Chicago PMI (Oct) rilis lebih tinggi dari forcast positif/optimis untuk USD. Sedangkan data rilis lebih rendah dari forcast negatif/pesimis untuk USD.

Perkiraan :

JPY

Data BoJ Interest Rate Decision rilis sesuai dengan data sebelumnya.

EUR

Data CPI (YoY) (Oct) rilis lebih tinggi dari data sebelumnya.

USD

Data Core PCE Price Index (MoM) (Sep) rilis lebih tinggi dari data sebelumnya.

Data Initial Jobless Claims rilis lebih tinggi dari data sebelumnya.

Data Chicago PMI (Oct) rilis lebih tinggi dari data sebelumnya.

Share on: