Indeks Saham Dow Jones Pecahkan Rekor Baru, Didukung Saham Energi dan Meredanya Inflasi.
- Saham energi melonjak dan inflasi melambat lebih cepat dari perkiraan, mendorong Dow Jones Industrial Average mencatat rekor tertinggi meskipun sektor teknologi mengalami tekanan.
- Laporan belanja konsumen AS menunjukkan perlambatan, sementara inflasi PCE utama turun menjadi 2,2%, memperkuat ekspektasi pemangkasan suku bunga lebih lanjut oleh Federal Reserve.
Dow Jones Industrial Average mencapai rekor penutupan baru pada hari Jumat, naik 137 poin atau 0,3% menjadi 42.313,00, berkat lonjakan saham energi dan meredanya kekhawatiran inflasi. Sementara itu, S&P 500 turun 0,2%, dan Nasdaq Composite mengalami penurunan 0,4%.
Laporan dari Biro Analisis Ekonomi menunjukkan bahwa pengeluaran konsumen AS tumbuh hanya 0,2% pada Agustus, lebih rendah dari proyeksi 0,3% dan merupakan laju pertumbuhan terlemah dalam tujuh bulan. Pertumbuhan pendapatan rumah tangga juga melambat menjadi 0,2%. Indeks PCE utama naik 0,1%, di bawah perkiraan 0,2%, dan inflasi tahunan melambat menjadi 2,2%, lebih rendah dari proyeksi sebelumnya.
Laporan ini muncul setelah Federal Reserve memangkas suku bunga sebesar 50 basis poin dan mengisyaratkan kemungkinan penurunan lebih lanjut di masa depan.
Pengaruh fundamental cenderung menguatkan harga indeks saham AS.
Emas Anjlok ke Bawah $2.650, Tertekan Meskipun Inflasi Mendekati Target Fed.
- Laporan inflasi AS yang menunjukkan PCE mendekati target Fed gagal mendorong kenaikan harga emas, karena aksi ambil untung menekan pasar.
- Meskipun ekspektasi penurunan suku bunga semakin menguat, ketegangan geopolitik di Timur Tengah dan arus masuk ETF emas belum cukup mengangkat XAU/USD.
Harga emas merosot ke level terendah tiga hari di bawah $2.650 setelah Biro Analisis Ekonomi AS (BEA) melaporkan bahwa inflasi bulan September terus mendekati target Federal Reserve (Fed). Meskipun kondisi ini berpotensi membuka jalan bagi kebijakan pelonggaran lebih lanjut dari Fed, harga emas tetap berada di bawah tekanan. Analis menduga para pedagang mulai mengambil keuntungan dari kenaikan harga sebelumnya. Pada sesi terakhir, XAU/USD diperdagangkan di $2.657, turun hampir 0,50%.
Dalam laporannya, BEA menyebutkan bahwa Indeks Harga Pengeluaran Konsumsi Pribadi (PCE) indikator inflasi utama yang digunakan oleh Fed—semakin mendekati target 2% berdasarkan data bulan Agustus. PCE inti tercatat meningkat 0,1% dibandingkan bulan sebelumnya. Setelah laporan ini dirilis, imbal hasil obligasi Treasury AS 10 tahun turun lima basis poin menjadi 3,749%. Dampaknya, Dolar AS mengalami pelemahan, dengan Indeks Dolar AS (DXY) turun 0,16% ke level 100,41.
Seiring dengan rilis data tersebut, peluang penurunan suku bunga sebesar 50 basis poin pada pertemuan Fed di bulan November meningkat, menurut CME FedWatch Tool.
Meskipun beberapa analis memperkirakan harga emas akan mencetak rekor tertinggi lainnya, XAU/USD justru jatuh di bawah level terendah harian pada 26 September di $2.654, yang membuka potensi koreksi lebih lanjut.
Data lain menunjukkan bahwa Sentimen Konsumen Universitas Michigan untuk bulan September mengalami peningkatan pada laporan finalnya, yang menunjukkan optimisme di kalangan konsumen.
Di sisi lain, ketegangan geopolitik di Timur Tengah semakin meningkat. Israel dilaporkan menyerang markas Hizbullah di selatan Beirut pada hari Jumat. Seorang pejabat Israel menyatakan harapan agar tidak perlu melakukan invasi darat ke Lebanon, meskipun opsi tersebut masih ada.
Sementara itu, arus masuk bersih yang moderat tercatat pada ETF emas minggu lalu. Menurut Reuters, meskipun aktivitas ini belum mendorong reli harga emas yang signifikan, analis memperkirakan akan ada lebih banyak aktivitas dari ETF dalam beberapa bulan ke depan.
Pengaruh fundamental cenderung melemahkan harga emas saat ini.
Harga Minyak Melonjak, Namun Tetap Tertekan oleh Prospek Pasokan Global yang Lebih Tinggi.
- Meskipun harga minyak mentah Brent dan WTI mengalami kenaikan pada hari Jumat, keduanya mencatat penurunan mingguan akibat kekhawatiran akan pasokan global yang meningkat, terutama dari keputusan OPEC+ untuk meningkatkan produksi.
- Stimulus baru dari Bank Sentral Tiongkok dan dampak Badai Helene di Teluk Meksiko juga berkontribusi terhadap fluktuasi harga, dengan potensi dampak negatif terhadap permintaan bahan bakar di AS.
Harga minyak menetap lebih tinggi pada hari Jumat, tetapi mengalami penurunan selama minggu ini karena investor mempertimbangkan ekspektasi pasokan global yang lebih tinggi di tengah stimulus baru dari importir utama, Tiongkok. Minyak mentah Brent ditutup naik 38 sen atau 0,53% pada $71,89 per barel, sedangkan West Texas Intermediate (WTI) AS naik 51 sen atau 0,75% menjadi $68,18. Secara mingguan, harga Brent turun sekitar 3%, sementara WTI turun sekitar 5%.
Bank sentral Tiongkok menurunkan suku bunga dan menyuntikkan likuiditas ke dalam sistem perbankan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi mencapai target sekitar 5% tahun ini. Lebih banyak langkah fiskal diperkirakan akan diumumkan sebelum hari libur Tiongkok yang dimulai pada 1 Oktober.
Meski ada stimulus dari Tiongkok, kekhawatiran akan kelebihan pasokan akibat rencana OPEC+ untuk meningkatkan produksi sebesar 180.000 barel per hari mulai Desember telah menekan harga minyak. Arab Saudi, yang berusaha mendapatkan pangsa pasar, telah membantah menargetkan harga tertentu.
Di sisi lain, beberapa operator di AS mulai memulihkan operasi di Teluk Meksiko setelah Badai Helene. Namun, kerusakan akibat badai dapat mengurangi permintaan bahan bakar, terutama di Florida, yang merupakan konsumen bensin terbesar ketiga di AS.
Belanja konsumen AS sedikit meningkat pada bulan Agustus, menunjukkan momentum ekonomi yang berlanjut. Sementara itu, ketegangan di Timur Tengah dapat menambah risiko terhadap pasokan minyak mentah global.
Pengaruh fundamental cenderung campur terhadap harga minyak.
Penggerak Pasar Forex dan Komoditi Hari Ini
Terdapat rilis data fundamental hari ini dari GBP, EUR dan USD hari ini, yaitu:
GDP singkatan dari Gross Domestic Product adalah Indikator ini mengukur pertumbuhan ekonomi suatu negara.
CPI adalah singkatan dari Consumer Price Index atau Indeks Harga Konsumen. Ini adalah ukuran yang mengukur rata-rata perubahan harga dari waktu ke waktu yang dibayarkan oleh konsumen untuk sekeranjang barang dan jasa konsumen tertentu atau mengukur inflasi.
Chicago PMI (Purchasing Managers’ Index) adalah indikator yang mengukur aktivitas bisnis di sektor manufaktur dan jasa di wilayah Chicago,
Dari agenda tersebut dapat memberikan dorongan harga untuk mata uang GBP, EUR dan USD.
Pengaruh Data Terhadap Perubahan Harga.
Data GDPÂ rilis lebih tinggi dari forcast positif/optimis untuk GBP. Sedangkan data rilis lebih rendah dari forcast negatif/pesimis untuk GBP.
Data German CPI (MoM) (Sep)Â rilis lebih tinggi dari forcast positif/optimis untuk EUR. Sedangkan data rilis lebih rendah dari forcast negatif/pesimis untuk EUR.
Data Chicago PMI (Sep) rilis lebih tinggi dari forcast positif/optimis untuk USD. Sedangkan data rilis lebih rendah dari forcast negatif/pesimis untuk USD.
Perkiraan :Â
GBP
Data GDP (QoQ) (Q2) rilis sesuai dengan data sebelumnya.
Data GDP (YoY) (Q2) rilis sesuai dengan data sebelumnya.
EUR
Data German CPI (MoM) (Sep) rilis lebih tinggi dari data sebelumnya.
USD
Data Chicago PMI (Sep) rilis sesuai dengan data sebelumnya.