Dolar Bangkit, Pasar Menggeliat: Perang Dagang Mereda, Data Ekonomi Jadi Sorotan.

Dolar AS menguat berkat meredanya tensi dagang AS-Tiongkok dan fokus pasar ke data inflasi dan tenaga kerja pekan ini.
Kepercayaan konsumen jatuh tajam, menekan yield Treasury, sementara pasar bersiap menyambut laporan keuangan megacap yang krusial.
Dolar AS menguat pada Selasa, membalikkan pesimisme hari sebelumnya, seiring meredanya kekhawatiran perdagangan AS-Tiongkok dan antisipasi investor terhadap sederet data ekonomi penting pekan ini. Indeks Dolar (DXY) naik ke kisaran 99.20 meski imbal hasil Treasury terus turun, sementara indeks saham utama Wall Street mencatat kenaikan tajam, didorong oleh harapan akan fleksibilitas tarif dari Gedung Putih serta potensi kesepakatan dagang baru.
Dilansir dari investing, Presiden Trump mengumumkan pelonggaran sementara tarif 25% atas mobil dan suku cadang untuk membantu industri otomotif, sementara pejabat perdagangan menyebut kesepakatan besar hampir tercapai. Namun sentimen sedikit terganggu setelah Gedung Putih mengecam Amazon yang berencana menampilkan beban tarif dalam harga produk sebagai langkah politis.
Di sisi data, kepercayaan konsumen AS anjlok ke level terendah sejak 2020, mendorong imbal hasil obligasi turun lebih lanjut. Investor kini menantikan data inflasi PCE dan laporan ketenagakerjaan, serta laporan keuangan dari raksasa teknologi seperti Microsoft, Meta, Apple, dan Amazon yang dapat mengguncang pasar lebih lanjut.
Analisis Pengaruh Terhadap Dollar AS:
-
Meredanya kekhawatiran perang dagang AS–Tiongkok → mendorong risk appetite, namun tetap mendukung USD sebagai aset aman karena kestabilan ekonomi.
-
Antisipasi data ekonomi besar (PCE, Payrolls, GDP) → pasar menahan posisi dan membeli dolar sebagai bentuk kehati-hatian.
Secara keseluruhan berpengaruh terhadap harga Dollar AS menguat.
Analisis Pengaruh Terhadap Indeks Saham AS:
- Penurunan yield Treasury → membuat saham lebih menarik secara relatif.
- Harapan kesepakatan dagang baru dan pelonggaran tarif mobil → meredakan ketidakpastian geopolitik.
- Musim laporan keuangan (earning season) panas dengan ekspektasi solid dari perusahaan megacap seperti Apple, Microsoft, dan Amazon.
Secara keseluruhan berpengaruh terhadap harga indeks saham AS menguat.
Kilau Tertahan: Dolar Bangkit, Emas Istirahat Sebentar.

Harga emas melemah karena penguatan sementara dolar AS dan optimisme pasar terhadap pelonggaran tarif dagang.
UBS tetap optimis terhadap emas, memproyeksikan harga menuju $3.500/oz ditopang pembelian bank sentral dan potensi pemangkasan suku bunga The Fed.
Harga emas melemah pada sesi Amerika hari Selasa, turun 0,60% ke $3.323, seiring pemulihan Dolar AS dan berkurangnya permintaan safe haven. Indeks Dolar (DXY) naik 0,27% ke atas level 99.00, mematahkan laju penguatan emas yang sebelumnya telah mencatatkan kenaikan 25% sepanjang tahun ini. Penurunan ini terjadi meski data ekonomi AS mulai menunjukkan pelemahan, seperti laporan kepercayaan konsumen dan pasar tenaga kerja.
Sementara itu, pasar saham AS melonjak karena optimisme bahwa Presiden Trump akan melonggarkan tarif otomotif dan memperbaiki hubungan dagang dengan China, India, dan Jepang. Namun, meski tensi dagang mereda, permintaan emas dari bank sentral dan investor institusi tetap kuat, dengan UBS memperkirakan pembelian emas oleh bank sentral akan mencapai 1.000 ton pada 2025, serta peningkatan aliran masuk ke ETF emas.
Dilansir dari investing, UBS menyatakan penguatan dolar saat ini hanya sementara dan tren pelemahan dolar kemungkinan kembali berlanjut seiring ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed di paruh kedua tahun ini. Dengan latar belakang ketidakpastian geopolitik dan potensi pelonggaran moneter, emas dinilai tetap solid sebagai lindung nilai, dengan proyeksi harga mencapai $3.500 per ounce.
Analisis Pengaruh Terhadap Harga Emas:
Ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed → menurunkan opportunity cost memegang emas.
Permintaan dari bank sentral & ETF tetap kuat → UBS proyeksikan pembelian bank sentral 1.000 ton pada 2025, ETF naik jadi 450 ton.
Ketidakpastian geopolitik tetap ada → emas tetap jadi aset lindung nilai (safe haven).
Secara keseluruhan berpengaruh harga emas menguat.
Minyak Terpeleset: Tarik Ulur OPEC+ dan Tarif Trump Seret Harga ke Titik Terendah Dua Pekan.

Harga minyak anjlok 2% karena kekhawatiran kenaikan produksi OPEC+ dan dampak tarif Trump terhadap ekonomi global.
Perang dagang AS–China dan potensi surplus stok AS menambah tekanan terhadap prospek permintaan energi.
Harga minyak jatuh sekitar 2% ke level terendah dalam dua pekan pada Selasa, seiring kekhawatiran pasar atas rencana OPEC+ untuk meningkatkan produksi serta dampak negatif dari tarif Presiden AS Donald Trump terhadap ekonomi global. Brent crude turun $1,61 ke $64,25 per barel, dan WTI jatuh $1,63 ke $60,42 per barel — penutupan terendah sejak 10 April.
Analis memperingatkan bahwa perang dagang antara AS dan China dapat mengarah pada perlambatan permintaan minyak secara global. Ekonom dalam jajak pendapat Reuters memprediksi resesi global akibat kebijakan tarif Trump, sementara perusahaan besar seperti UPS dan GM mulai merespons dengan pemangkasan biaya dan penundaan proyeksi keuangan. Sementara itu, data perdagangan AS menunjukkan defisit barang melebar ke rekor tertinggi, menandakan tekanan yang meningkat terhadap pertumbuhan ekonomi.
Dari sisi pasokan, beberapa anggota OPEC+ berencana mendorong percepatan kenaikan produksi pada pertemuan Juni mendatang. Kazakhstan melaporkan lonjakan ekspor 7% berkat pasokan dari pipa Kaspia, memperberat tekanan pasokan global. Pasar juga menanti laporan stok minyak AS, dengan perkiraan adanya kenaikan untuk kelima pekan berturut-turut — tanda bahwa suplai terus melampaui permintaan.
Analisis Pengaruh Terhadap Harga Minyak:
Kekhawatiran Kenaikan Suplai OPEC+: Rencana percepatan peningkatan produksi dari OPEC+ serta kenaikan ekspor dari Kazakhstan menambah tekanan pada sisi suplai global, yang berisiko menciptakan surplus minyak.
Dampak Tarif dan Perlambatan Ekonomi: Tarif Presiden AS Donald Trump memicu kekhawatiran resesi global dan perlambatan permintaan minyak, terutama karena perang dagang dengan China, dua negara konsumen minyak terbesar dunia.
Penumpukan Stok AS: Ekspektasi kenaikan stok minyak mentah AS untuk pekan kelima berturut-turut mengindikasikan lemahnya permintaan domestik dan berkontribusi terhadap tekanan harga.
Secara keseluruhan berpengaruh terhadap harga minyak melemah.
Penggerak Pasar Forex dan Komoditi Hari Ini
Terdapat laporan data fundamental dari AS hari ini yaitu:
German GDP (Produk Domestik Bruto Jerman)
Pengertian: Total nilai semua barang dan jasa yang dihasilkan oleh Jerman dalam satu periode (kuartalan).German CPI (Consumer Price Index – Inflasi Jerman)
Pengertian: Mengukur perubahan harga rata-rata dari barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga di Jerman.ADP Nonfarm Employment Change (Data Tenaga Kerja Swasta AS)
Pengertian: Perubahan jumlah pekerjaan di sektor swasta non-pertanian.GDP (Produk Domestik Bruto AS)
Pengertian: Ukuran total produksi ekonomi AS dalam satu kuartal.Chicago PMI (Purchasing Managers’ Index – Chicago)
Pengertian: Survei manajer pembelian di wilayah Chicago tentang kondisi bisnis (pesanan baru, produksi, tenaga kerja, dll.).Core PCE Price Index (Indeks Harga Konsumsi Pribadi Inti)
Pengertian: Ukuran inflasi yang dipantau ketat oleh Federal Reserve, tidak termasuk harga makanan dan energi.
Dari data – data tersebut dapat mempengaruhi pergerakan harga EUR dan USD.
Pengaruh Data Terhadap Perubahan Harga.
Data CB Consumer Confidence rilis lebih tinggi dari forecast positif/optimis untuk USD. Sedangkan data rilis lebih tinggi dari forecast negatif/pesimis untuk USD.
Data JOLTs Job Openings rilis lebih tinggi dari forecast positif/optimis untuk USD. Sedangkan data rilis lebih tinggi dari forecast negatif/pesimis untuk USD.
Perkiraan :
EUR
German GDP (QoQ) (Q1) rilis lebih rendah dari data sebelumnya
German CPI (MoM) (Apr) rilis sesuai dengan data sebelumnya
USD
ADP Nonfarm Employment Change (Apr) rilis lebih rendah dari data sebelumnya
GDP (QoQ) (Q1) rilis lebih tinggi dari data sebelumnya
Chicago PMI (Apr) rilis lebih rendah dari data sebelumnya
Core PCE Price Index (MoM) (Mar) rilis lebih rendah dari data sebelumnya
Core PCE Price Index (YoY) (Mar) rilis lebih rendah dari data sebelumnya