Dolar AS Bersiap Menguat: Data Ketenagakerjaan Kunci akan Tentukan Arah Kebijakan The Fed.
- Pasar mengantisipasi laporan Nonfarm Payrolls (NFP) bulan Agustus yang akan menunjukkan peningkatan signifikan.
- Meskipun pasar memperkirakan pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve, besarnya pemangkasan masih bergantung pada data yang akan datang.
Indeks Dolar AS (DXY) memulai minggu ini dengan konsolidasi di atas level 101,50, melanjutkan tren kenaikan lebih dari 1% dari minggu sebelumnya. Pelaku pasar kini mengalihkan perhatian mereka pada data ketenagakerjaan yang akan dirilis pada hari Jumat, di mana laporan Nonfarm Payrolls (NFP) bulan Agustus diharapkan menunjukkan peningkatan signifikan. Data ini diprediksi akan memberikan dorongan tambahan bagi Dolar AS, terutama di tengah spekulasi tentang kebijakan moneter Federal Reserve (Fed).
Meskipun pertumbuhan ekonomi AS terus melampaui ekspektasi, pasar tampaknya telah terlalu mengantisipasi pelonggaran moneter yang agresif. Meski pemangkasan suku bunga oleh The Fed pada bulan September hampir pasti, besarnya penurunan tersebut masih bergantung pada data yang akan datang. Laporan pekerjaan yang akan dirilis pada hari Jumat menjadi penentu penting dalam arah kebijakan moneter ke depan, terutama setelah Ketua Fed Jerome Powell mengindikasikan pergeseran fokus dari inflasi ke pencegahan pengangguran.
Dilansir dari fxstreet.com Sementara itu, probabilitas pemangkasan suku bunga sebesar 50 basis poin bulan ini turun menjadi 33%, sedikit lebih rendah dari minggu sebelumnya. Namun, pengurangan suku bunga sebesar 25 basis poin sudah sepenuhnya diperhitungkan oleh pasar.
Penguatan dolar yang terlihat sebelumnya mencerminkan harapan pasar terhadap pemangkasan suku bunga, dengan dolar mencapai level tertinggi sejak 20 Agustus, didukung oleh peningkatan imbal hasil Treasury jangka panjang.
Dengan data PDB terbaru yang menunjukkan ketahanan ekonomi AS, The Fed tampaknya memiliki keleluasaan dalam kebijakan moneternya. Namun, hasil dari laporan pekerjaan mendatang diharapkan memiliki dampak besar pada pergerakan Dolar AS dalam waktu dekat, dan akan menjadi kunci dalam menentukan arah kebijakan moneter berikutnya.
Pengaruh fundamental cenderung menguatkan harga USD saat ini.
Harga Emas Tertekan di Tengah Penguatan Dolar AS dan Kekhawatiran Baru akan Resesi.
- Dolar AS tetap kuat karena para pedagang bersiap untuk rilis data ketenagakerjaan.
- Harga emas turun selama sesi perdagangan di Amerika.
Harga emas mengalami penurunan selama sesi perdagangan di Amerika Utara, seiring dengan penutupan pasar AS untuk peringatan Hari Buruh. XAU/USD diperdagangkan di sekitar $2.499, turun 0,14%, sementara Dolar AS tetap kuat menjelang rilis data ketenagakerjaan penting yang dapat memengaruhi keputusan Federal Reserve terkait suku bunga pada bulan September.
Minggu ini, pasar bersiap menghadapi rilis sejumlah data ekonomi AS yang signifikan, termasuk PMI Manufaktur dan Jasa dari ISM, lowongan pekerjaan JOLTS, serta laporan Nonfarm Payrolls (NFP). Dalam pidatonya di Jackson Hole, Ketua Federal Reserve Jerome Powell menyoroti bahwa risiko inflasi mulai mereda, namun pasar tenaga kerja menunjukkan tanda-tanda pelambatan yang lebih cepat dari perkiraan.
Indeks inflasi pilihan Fed, yaitu Indeks Harga Pengeluaran Konsumsi Pribadi Inti (PCE), tetap stabil di sekitar 2,5%, namun tingkat pengangguran yang meningkat dari 3,8% menjadi 4,3% dalam empat laporan NFP terakhir memicu kekhawatiran baru akan resesi. Data ekonomi AS yang solid minggu lalu sempat meredakan ketakutan ini, tetapi kini kekhawatiran tersebut muncul kembali.
Di tengah kekhawatiran ekonomi, investor beralih ke Dolar AS, menekan harga emas lebih lanjut. Meskipun demikian, risiko geopolitik tetap menjadi faktor penting, dengan Presiden Joe Biden yang tengah mempertimbangkan langkah diplomatik untuk menyelesaikan konflik antara Israel dan Hamas, termasuk proposal gencatan senjata di Gaza yang diharapkan akan disampaikan akhir minggu ini.
Pengaruh fundamental cenderung melemahkan harga emas saat ini.
Krisis Minyak Libya dan Perlambatan Ekonomi Tiongkok Guncang Pasar Energi Global.
- Penghentian ekspor minyak oleh Libya.
- Perlambatan ekonomi di Tiongkok.
Minyak Mentah West Texas Intermediate (WTI) AS memulai minggu perdagangan dengan stabil, bertahan di atas $73,00 per barel meskipun menghadapi tekanan global yang meningkat. Pengumuman Libya pada hari Senin mengenai penghentian ekspor minyak mentah telah memicu kekhawatiran di pasar energi, terutama di tengah konflik politik internal yang berkaitan dengan kendali atas aset minyak negara tersebut.
Di sisi lain, Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) diperkirakan akan melonggarkan batas produksi bagi negara-negara anggotanya, yang menambah dinamika pasar yang sudah tegang. Sementara itu, perlambatan aktivitas ekonomi di Tiongkok, yang tercermin dalam serangkaian survei Indeks Manajer Pembelian (PMI), semakin membebani prospek permintaan minyak global.
Dilansir dari fxstreet.com penghentian ekspor minyak oleh Libya dipicu oleh persaingan politik yang sengit terkait kontrol atas produksi dan keuntungan minyak negara itu. Produksi minyak Libya juga diperkirakan akan menurun dalam waktu dekat, menambah ketidakpastian di pasar. Di tengah kondisi ini, OPEC+—aliansi yang mencakup negara-negara non-anggota OPEC—bersiap untuk mengurangi pembatasan produksi sukarela, yang sebelumnya diterapkan untuk menjaga harga minyak global tetap tinggi.
Pasar energi kini berharap bahwa penurunan ekspor dan produksi Libya dapat membantu menyeimbangkan peningkatan produksi yang diharapkan dari OPEC+. Namun, kekhawatiran besar juga datang dari Tiongkok, di mana penurunan aktivitas ekonomi yang lebih tajam dari perkiraan memicu ketakutan akan melemahnya permintaan minyak mentah secara global, yang dapat menambah tekanan pada pasar minyak yang sudah tertekan.
Pengaruh fundamental cenderung menguatkan harga minyak mentah saat ini.
Penggerak Pasar Forex dan Komoditi Hari Ini
Terdapat perilisan data fundamental dari USD hari ini yaitu :
- S&P Global US Manufacturing PMI adalah indikator ekonomi yang mencerminkan kondisi sektor manufaktur di Amerika Serikat berdasarkan survei yang dilakukan oleh S&P Global.
- ISM Manufacturing PMI (Purchasing Managers’ Index) adalah mengukur aktivitas ekonomi di sektor manufaktur berdasarkan survei terhadap manajer pembelian di berbagai industri manufaktur.
- ISM Manufacturing Prices indikator yang mengukur perubahan harga yang dibayar oleh perusahaan manufaktur untuk bahan baku dan komponen yang mereka gunakan dalam proses produksi.
Dari agenda tersebut dapat memberikan dorongan harga untuk mata uang USD hari ini.
Pengaruh Data Terhadap Perubahan Harga.
Data S&P Global Services PMI (Aug) rilis lebih tinggi dari forcast positif/optimis untuk USD. Sedangkan data rilis lebih rendah dari forcast negatif/pesimis untuk USD.
Data ISM Manufacturing PMI (Aug) rilis lebih tinggi dari forcast positif/optimis untuk USD. Sedangkan data rilis lebih rendah dari forcast negatif/pesimis untuk USD.
Data ISM Manufacturing Prices (Aug) rilis lebih tinggi dari forcast positif/optimis untuk USD. Sedangkan data rilis lebih rendah dari forcast negatif/pesimis untuk USD.
Perkiraan :
Data S&P Global Manufacturing PMI (Aug) rilis lebih tinggi dari data sebelumnya.
Data ISM Manufacturing PMI (Aug) rilis lebih tinggi dari data sebelumnya.
Data ISM Manufacturing Prices (Aug) rilis lebih rendah dari data sebelumnya.