Dolar Menguat ke Level Tertinggi dalam Tiga Minggu Didukung Data Ketenagakerjaan dan Ketegangan Geopolitik.

  • Laporan ADP menunjukkan peningkatan pekerjaan sektor swasta AS melebihi ekspektasi pada bulan September.
  • Ketegangan antara Iran dan Israel meningkatkan permintaan dolar sebagai aset safe haven.

Dolar AS mencapai level tertinggi dalam tiga minggu terhadap euro pada hari Rabu, setelah data dari laporan ketenagakerjaan nasional ADP menunjukkan peningkatan gaji di sektor swasta AS yang melampaui perkiraan untuk bulan September. Pedagang juga memantau ketegangan geopolitik setelah Iran melancarkan serangan terhadap Israel, meningkatkan kekhawatiran akan terjadinya konflik yang lebih luas di Timur Tengah.

Laporan ADP mengungkapkan adanya penambahan 143.000 pekerja di sektor swasta pada bulan September, meningkat dari 103.000 pada Agustus. Angka ini melampaui perkiraan para ekonom yang disurvei oleh Reuters yang memperkirakan kenaikan 120.000 pekerjaan. Brad Bechtel, kepala global FX di Jefferies, mengatakan bahwa data ADP ini “terlihat cukup positif” dan mengindikasikan potensi hasil Nonfarm Payroll (NFP) yang baik.

Di sisi lain, ketegangan di Timur Tengah juga mempengaruhi penguatan dolar. Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, berjanji bahwa Iran akan membayar atas serangan rudal terhadap Israel. Teheran menegaskan bahwa setiap serangan balasan akan disambut dengan “kehancuran besar-besaran”, yang memicu kekhawatiran akan eskalasi konflik.

Indeks dolar AS naik 0,42% menjadi 101,68, mencapai level tertinggi sejak 11 September. Euro melemah 0,27% menjadi $1,1037, terendah sejak periode yang sama.

Pengaruh fundamental cenderung menguatkan Dollar AS.

Pengaruh fundamental cenderung melemahkan Euro.

Pengaruh fundamental cenderung melemahkan Yen.

Harga Emas Turun 0,50% Dipicu Ketegangan Geopolitik dan Penguatan Dolar AS.

  • Ketegangan geopolitik di Timur Tengah dan respons Israel terhadap serangan Iran memicu volatilitas harga emas.
  • Data ketenagakerjaan AS yang kuat dan kenaikan imbal hasil obligasi menekan harga emas.

Harga emas melemah 0,50% selama sesi perdagangan Amerika Utara pada hari Rabu, karena para pedagang terus memantau reaksi Israel terhadap serangan Iran yang terjadi pada hari Selasa. Ketegangan geopolitik tetap menjadi faktor dominan yang menggerakkan pasar emas, yang sebelumnya mengalami beberapa sesi penurunan sejak Jumat lalu. Pada saat berita ini ditulis, XAU/USD diperdagangkan pada $2.648, setelah menyentuh level tertinggi $2.663.

Sentimen pasar tetap suram, seperti tercermin dari penurunan di bursa saham AS. Beberapa laporan media menunjukkan kemungkinan eskalasi di Timur Tengah, yang meningkatkan prospek kenaikan lebih lanjut harga emas dalam jangka pendek. Utusan Israel untuk PBB menyatakan bahwa Iran akan menghadapi konsekuensi dari serangan rudalnya, sementara Wakil Menteri Luar Negeri AS Kurt Campbell mengatakan bahwa “AS juga mempertimbangkan respons terhadap serangan Iran.”

Selain itu, data ADP menunjukkan bahwa perekrutan sektor swasta AS pada bulan September meningkat melebihi ekspektasi. Presiden Richmond Fed, Thomas Barkin, mengatakan bahwa pemotongan suku bunga sebesar 50 basis poin pada bulan September mencerminkan ketidaksesuaian suku bunga dengan kondisi ekonomi saat ini.

Meskipun harga emas sempat terdorong oleh kebijakan Fed, kenaikan imbal hasil obligasi AS dan penguatan dolar AS memberikan tekanan pada logam mulia ini. Obligasi pemerintah AS bertenor 10 tahun mencatatkan imbal hasil sebesar 3,783%, naik lima basis poin. Di sisi lain, Indeks Dolar AS (DXY) naik 0,39% ke level 101,60.

Investor kini menantikan laporan Nonfarm Payrolls AS yang akan dirilis pada hari Jumat, dengan perkiraan adanya penambahan 140 ribu pekerjaan pada bulan September, sedikit lebih rendah dari 142 ribu pekerjaan pada bulan Agustus.

Pengaruh fundamental cenderung bervariasi terhadap harga emas.

Pasar Minyak Reaktif Lambat Terhadap Ketegangan Timur Tengah, Produksi AS dan OPEC+ Stabilkan Harga.

  • Ketegangan antara Israel dan Iran memicu kenaikan harga minyak, namun pasokan global tetap terjaga berkat produksi AS dan kapasitas cadangan OPEC+.
  • OPEC+ siap meningkatkan produksi untuk mengatasi potensi gangguan pasokan dari Iran, tetapi kekhawatiran serangan terhadap fasilitas minyak di kawasan Teluk terus berlanjut.

Industri dan pasar minyak bereaksi lambat terhadap konflik yang berkembang di Timur Tengah meskipun adanya ketegangan antara Israel dan Iran. Harga minyak Brent sempat melonjak 5% setelah serangan rudal Iran terhadap Israel sebagai balasan atas operasi Israel di Lebanon. Namun, Brent hanya ditutup 2,6% lebih tinggi pada $73,56, tidak jauh dari level minggu sebelumnya. Kenaikan lebih lanjut tertahan oleh peningkatan besar dalam persediaan minyak AS.

Sementara OPEC memiliki kapasitas cadangan yang cukup untuk menutupi kekurangan jika pasokan Iran terganggu, para analis memperingatkan bahwa fasilitas di kawasan Teluk, yang menjadi pusat cadangan minyak tersebut, dapat menjadi target serangan jika ketegangan meningkat. Israel sejauh ini belum menyerang fasilitas minyak Iran, tetapi opsi serangan terhadap kilang minyak dan Pelabuhan Kharg tetap dipertimbangkan.

OPEC+ diperkirakan siap meningkatkan produksi, dengan Arab Saudi mampu menambah hingga 3 juta barel per hari, sementara Uni Emirat Arab bisa menambah 1,4 juta barel per hari. Meski begitu, kekhawatiran bahwa eskalasi konflik dapat mempengaruhi produksi minyak Timur Tengah masih menjadi perhatian utama.

Pengaruh fundamental cenderung melemahkan harga minyak mentah.

Penggerak Pasar Forex dan Komoditi Hari Ini

ECONOMIC CALENDAR
Real Time Economic Calendar provided by Investing.com.

Terdapat perilisan data fundamental dari USD hari ini yaitu :

  1. Data Initial Jobless Claims adalah indikator ekonomi yang melaporkan jumlah klaim pertama kali untuk tunjangan pengangguran yang diajukan oleh individu selama minggu sebelumnya di Amerika Serikat.
  2. Data S&P Global Services PMI (Purchasing Managers’ Index) adalah indikator ekonomi yang mengukur aktivitas bisnis di sektor jasa
  3. ISM Non-Manufacturing PMI (Purchasing Managers’ Index) adalah indikator ekonomi yang mengukur aktivitas bisnis di sektor non-manufaktur (jasa) di Amerika Serikat. 
  4. ISM Non-Manufacturing Prices adalah subindeks dari laporan ISM Non-Manufacturing PMI yang mengukur perubahan harga yang dibayar oleh perusahaan-perusahaan di sektor jasa untuk barang dan jasa yang mereka beli. Data ini mencerminkan tekanan inflasi di sektor jasa.

Dari agenda tersebut dapat memberikan dorongan harga untuk mata uang USD hari ini.

Pengaruh Data Terhadap Perubahan Harga.

1. Data Initial Jobless Claims rilis lebih tinggi dari forcast negatif/pesimis untuk USD. Sedangkan data rilis lebih rendah dari forcast positif/optimis untuk USD.

2. Data S&P Global US Manufacturing PMI rilis lebih tinggi dari forcast positif/optimis untuk USD. Sedangkan data rilis lebih rendah dari forcast negatif/pesimis untuk USD.

2. ISM Non-Manufacturing PMI rilis lebih tinggi dari forcast positif/optimis untuk USD. Sedangkan data rilis lebih rendah dari forcast negatif/pesimis untuk USD.

3. ISM Non-Manufacturing Prices rilis lebih tinggi dari forcast positif/optimis untuk USD. Sedangkan data rilis lebih rendah dari forcast negatif/pesimis untuk USD.

Perkiraan : 

1. Data Initial Jobless Claims rilis lebih tinggi dari data sebelumnya.

2.Data S&P Global Services PMI (Sep) rilis lebih rendah dari data sebelumnya.

3. Data ISM Non-Manufacturing PMI (Sep) rilis lebih tinggi dari perkiraan.

Share on: