Morgan Stanley Prediksi Dolar AS Tergelincir Hingga 9%: Era Rate Cut Mendalam Dimulai.

  • Morgan Stanley prediksi DXY turun 9% ke level 91 pada pertengahan 2026, dipicu rate cut Fed yang lebih dalam dari ekspektasi pasar.

  • Proyeksi pertumbuhan ekonomi AS melambat tajam ke 1% pada 2025–2026, dengan inflasi inti tetap tinggi karena beban tarif.

Dolar AS anjlok lebih cepat dari perkiraan Morgan Stanley (investing.com), dan potensi penurunan yang lebih tajam masih terbuka lebar. Dalam proyeksi tengah tahun, bank investasi ini memprediksi indeks dolar (DXY) akan turun hingga 91 pada pertengahan 2026, atau merosot sekitar 9% dari level saat ini, terutama terhadap mata uang safe haven seperti euro, yen, dan franc Swiss. Hal ini terjadi setelah DXY mencapai target akhir tahun di 101 lebih awal dari jadwal.

Pandangan bearish ini didorong oleh ekspektasi penurunan suku bunga yang lebih agresif dari Federal Reserve dibanding harga pasar saat ini. Morgan Stanley memperkirakan The Fed akan memangkas suku bunga sebesar 175 basis poin mulai akhir 2025, akibat melemahnya pertumbuhan ekonomi riil dan inflasi yang kembali ke target. Proyeksi ini juga akan menyeret imbal hasil obligasi 10 tahun AS turun ke kisaran 3,00% pada akhir 2026.

Selain faktor suku bunga, penguatan mata uang rival juga akan didorong oleh konvergensi pertumbuhan dan tingkat suku bunga global. EUR/USD diprediksi naik ke 1.25 dan GBP/USD ke 1.45. Morgan Stanley juga memperkirakan pertumbuhan ekonomi AS akan melambat tajam menjadi hanya 1% pada 2025 dan 2026, tertekan oleh tarif, pembatasan imigrasi, dan minimnya dukungan kebijakan fiskal. Sementara inflasi diperkirakan tetap tinggi karena beban tarif, bahkan saat tekanan harga global mulai mereda.

Kesimpulan Sentimen:
Bearish untuk dolar AS dalam jangka menengah hingga panjang, karena ekspektasi pelonggaran moneter agresif oleh The Fed dan perlambatan ekonomi domestik yang signifikan.

Emas Melejit ke Puncak Baru: Ketegangan Geopolitik dan Sinyal Dovish Picu Aksi Beli.

  • Harga emas melonjak 2,7% ke $3.377 akibat ketegangan geopolitik Rusia-Ukraina dan kebijakan tarif Trump terhadap Tiongkok.

  • Peluang pemangkasan suku bunga The Fed dan pelemahan dolar AS memperkuat daya tarik emas sebagai aset lindung nilai.

Harga emas melonjak tajam pada hari Senin ke level tertinggi dalam lebih dari empat minggu, didorong oleh meningkatnya ketegangan geopolitik dan kekhawatiran terhadap hubungan dagang global. Konflik Rusia-Ukraina kembali memanas setelah serangan udara Ukraina menghancurkan pesawat militer Rusia, sementara Presiden AS Donald Trump menaikkan tarif baja dan aluminium menjadi 50% mulai 4 Juni. Ketegangan dagang AS-Tiongkok juga memburuk, mendorong investor mencari perlindungan pada emas. XAU/USD diperdagangkan naik 2,70% di $3.377.

Di sisi makro, data ISM Manufacturing PMI Mei menunjukkan aktivitas bisnis melemah ke 48,5, namun beberapa sub-indeks seperti harga dan ketenagakerjaan menunjukkan perbaikan. Meskipun begitu, angka tersebut masih menunjukkan sektor manufaktur dalam fase kontraksi. Sementara itu, pidato dari Gubernur The Fed Christopher Waller bernada sedikit dovish, membuka peluang pemangkasan suku bunga akhir tahun ini, meskipun fokus utama tetap pengendalian inflasi.

Dampaknya, indeks dolar AS (DXY) jatuh 0,72% ke 98,71, membuat harga emas semakin menarik secara relatif. Imbal hasil obligasi AS 10 tahun naik 6 basis poin ke 4,458%, namun tetap tidak mampu membendung minat beli terhadap logam mulia. Pasar uang kini memperkirakan sekitar 51 basis poin pemangkasan suku bunga The Fed pada akhir 2025, memberikan dukungan tambahan bagi harga emas di tengah tekanan global dan perlambatan ekonomi.

Kesimpulan Sentimen:
Bullish untuk emas karena meningkatnya ketegangan geopolitik, pelemahan dolar AS, ekspektasi penurunan suku bunga, serta kebutuhan lindung nilai terhadap risiko global.

 

 

 

Minyak Naik Tajam: OPEC+ Tahan Laju Produksi, Kebakaran Kanada Ganggu Pasokan

  • Harga minyak naik hampir 3% akibat kebakaran di Kanada dan keputusan OPEC+ yang tidak mempercepat kenaikan produksi.

  • Pelemahan dolar AS dan ketegangan geopolitik turut memperkuat sentimen bullish di pasar minyak.

Harga minyak mentah melonjak hampir 3% pada hari Senin karena kekhawatiran pasokan yang dipicu oleh keputusan OPEC+ untuk tidak mempercepat peningkatan produksi, serta gangguan output akibat kebakaran hutan di Alberta, wilayah penghasil minyak utama Kanada. Brent ditutup naik $1,85 (2,95%) ke $64,63 per barel, sementara WTI naik $1,73 (2,85%) ke $62,52. Setidaknya dua operator pasir minyak di Alberta menghentikan produksi dan mengevakuasi pekerja sebagai langkah pencegahan.

Dari sisi fundamental global, pelemahan dolar AS akibat kekhawatiran tarif baru dari Trump turut mendukung harga minyak. Dolar yang lebih lemah membuat minyak menjadi lebih murah bagi pembeli dengan mata uang lain. Di sisi lain, sentimen risiko meningkat setelah serangan drone Ukraina ke Rusia, serta ketidakpastian dari negosiasi nuklir Iran-AS yang masih belum menunjukkan titik terang.

Meskipun OPEC+ mengumumkan kenaikan produksi 411.000 barel per hari untuk Juli—kenaikan bulanan ketiga berturut-turut—pasar kecewa karena sebelumnya ada ekspektasi peningkatan lebih besar. Investor yang sudah mengantisipasi suplai tambahan tampaknya “tertangkap basah”, menurut analis Phil Flynn. Baik Goldman Sachs maupun Morgan Stanley memproyeksikan penambahan pasokan serupa tiap bulan hingga total 2,2 juta barel per hari pada Oktober, namun laju ini belum cukup menekan kekhawatiran pasokan dalam jangka pendek.

 

Kesimpulan Sentimen:
Bullish untuk minyak dalam jangka pendek karena gangguan pasokan fisik, ketegangan geopolitik, dan dukungan dari pelemahan dolar AS, meskipun tekanan dari proyeksi kenaikan produksi OPEC+ bisa menahan reli lebih lanjut ke depan.

Penggerak Pasar Forex dan Komoditi Hari Ini

ECONOMIC CALENDAR
Real Time Economic Calendar provided by Investing.com.

Pengaruh Data Terhadap Perubahan Harga.

Prediksi EUR dan USD:

  1. CPI (YoY) (Mei) (Pendahuluan) (EUR): CPI (Consumer Price Index) adalah ukuran inflasi. Perkiraan menunjukkan penurunan dari 2.2% menjadi 2.0%. Jika data aktual lebih tinggi dari perkiraan (misalnya, tetap di 2.2% atau lebih tinggi), ini bisa mendorong EUR menguat (Naik) karena mengindikasikan tekanan inflasi yang berkelanjutan di zona Euro.
  2. Lowongan Pekerjaan JOLTS (Apr) (USD): JOLTS (Job Openings and Labor Turnover Survey) mengukur jumlah lowongan pekerjaan. Perkiraan menunjukkan penurunan dari 7.192M menjadi 7.100M. Jika data aktual sesuai atau lebih rendah dari perkiraan, ini bisa diinterpretasikan sebagai perlambatan pasar tenaga kerja AS dan berpotensi melemahkan USD (Turun).

Share on: