Indeks Dolar AS turun 1% setelah data inflasi PCE inti tumbuh 2,8% YoY pada Oktober.
- PDB AS tumbuh 2,8% pada kuartal ketiga, dan klaim pengangguran mingguan turun ke 213.000.
Indeks Dolar AS (DXY) melemah 1% pada sesi Rabu (27/11) setelah rilis data ekonomi utama, termasuk Indeks Harga Pengeluaran Konsumsi Pribadi (PCE), yang menjadi acuan inflasi Federal Reserve (Fed). Penurunan nilai dolar terjadi di tengah ekspektasi bahwa Fed akan memangkas suku bunga pada pertemuan bulan Desember.
Sementara itu, Dow Jones Industrial Average (DJIA) sempat mencapai rekor tertinggi di 45.000 sebelum ditutup di 44.750, di bawah harga pembukaan. Sentimen pasar ekuitas beralih lesu menjelang libur Thanksgiving pada Kamis, dengan jam perdagangan yang lebih pendek pada Jumat semakin membatasi potensi momentum di sisa minggu ini.
Data ekonomi terbaru menunjukkan PDB AS tumbuh 2,8% pada kuartal ketiga, sesuai perkiraan. Indeks PCE inti, yang mencerminkan inflasi inti, naik 2,8% pada Oktober secara tahunan, di atas target 2% Fed, tetapi masih dalam batas yang telah diantisipasi pasar. Angka bulanan PCE tetap di 0,3%, memperkuat pandangan bahwa tekanan inflasi telah stabil.
Meskipun tanda-tanda ekonomi yang kuat, seperti klaim pengangguran mingguan yang turun ke 213.000 dan pertumbuhan PDB yang melampaui tingkat non-inflasi sebesar 1,8%, menimbulkan keraguan mengenai pemangkasan suku bunga yang lebih agresif, pasar tetap yakin dengan skenario pemangkasan 25 basis poin pada Desember. Peluangnya kini mencapai 69%, naik dari 65% sehari sebelumnya, menurut alat pemantauan suku bunga Investing.com.
Dikutip dari investing.com UBS memperkirakan setelah pemangkasan Desember, Fed akan beralih ke laju penurunan suku bunga yang lebih lambat, yaitu satu kali per kuartal mulai 2025. “Meskipun pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan melambat, pemangkasan suku bunga Fed diharapkan dapat mendukung ekspansi ekonomi yang berkelanjutan,” tulis UBS dalam laporannya.
Analisis Pengaruh Terhadap Dollar AS:
- Pelemahan Dolar AS tercermin dari penurunan Indeks Dolar AS (DXY) sebesar 1% karena rilis data inflasi PCE sesuai ekspektasi, meningkatkan peluang penurunan suku bunga Fed pada Desember.
- Data ekonomi yang stabil, seperti klaim pengangguran yang menurun dan pertumbuhan PDB 2,8%, mengurangi kebutuhan mendesak untuk mempertahankan kebijakan moneter yang ketat, menekan daya tarik dolar.
Secara keseluruhan berpengaruh terhadap harga Dollar AS melemah.
Analisis Pengaruh Terhadap indeks saham AS.
- Data ekonomi yang solid, seperti pertumbuhan PDB yang stabil dan pasar tenaga kerja yang kuat, mendukung narasi ekonomi AS yang tetap tangguh.
- Harapan pemangkasan suku bunga Fed pada Desember dapat mendorong minat terhadap ekuitas, terutama di sektor-sektor yang sensitif terhadap suku bunga.
Secara keseluruhan berpengaruh terhadap harga indeks saham AS menguat.
Harga Emas Pulih, Dolar AS Melemah Setelah Data Ekonomi AS.
Harga emas menguat ke $2.636, naik 0,13%, didukung pelemahan Dolar AS.
- Konflik Rusia-Ukraina dan kemungkinan penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin.
Harga emas kembali menguat pada Rabu (27/11) setelah sempat menyentuh level terendah mingguan di $2.605. Pelemahan Dolar AS akibat rilis data ekonomi menjadi pendorong utama kenaikan tersebut, ditambah dengan turunnya imbal hasil obligasi Treasury AS. Hingga berita ini ditulis, XAU/USD diperdagangkan di $2.636, naik 0,13%.
Sentimen pasar cenderung suram jelang libur Thanksgiving, sementara data inflasi Indeks Harga Pengeluaran Konsumsi Pribadi (PCE) inti, yang menjadi acuan Federal Reserve (Fed), mendukung ekspektasi penurunan suku bunga pada pertemuan bulan Desember. Rilis estimasi kedua untuk Produk Domestik Bruto (PDB) kuartal ketiga menunjukkan ekonomi tetap kuat, sementara klaim tunjangan pengangguran mingguan turun lebih rendah dari estimasi, mengindikasikan pasar tenaga kerja yang solid.
Imbal hasil obligasi Treasury AS yang melemah menyeret Indeks Dolar AS (DXY) turun 0,78% ke level 106,04, memberikan dukungan lebih lanjut pada harga emas.
Di tengah pemulihan harga emas, Lebanon dan Israel sepakat melakukan gencatan senjata. Namun, eskalasi konflik Rusia-Ukraina tetap menjadi faktor yang mendorong minat investor pada emas sebagai aset aman. Meski demikian, emas masih mencatatkan penurunan mingguan lebih dari 2,90% meski berhasil menguat pada sesi perdagangan Rabu.
Berdasarkan alat pemantauan CME FedWatch Tool, pasar melihat peluang sebesar 70% untuk penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin pada pertemuan Fed bulan Desember. Lingkungan suku bunga yang lebih rendah biasanya mendukung performa emas, mengingat logam mulia ini tidak menawarkan imbal hasil langsung namun tetap menjadi aset yang diminati dalam kondisi pasar yang tidak pasti.
Analisis Pengaruh Terhadap Harga Emas:
Pelemahan Dolar AS: Data ekonomi terbaru melemahkan Dolar AS, yang biasanya meningkatkan daya tarik emas sebagai aset alternatif.
Ekspektasi Penurunan Suku Bunga Fed: Pasar memperkirakan peluang 70% untuk penurunan suku bunga pada Desember, menciptakan lingkungan yang mendukung logam mulia.
Secara keseluruhan berpengaruh harga emas menguat.
Harga Minyak Turun, Dipengaruhi Gencatan Senjata Israel-Lebanon dan Perundingan OPEC+.
Gencatan senjata antara Israel dan Hizbullah meredakan kekhawatiran gangguan pasokan minyak dari Timur Tengah.
- Kekhawatiran tentang potensi kelebihan pasokan jika OPEC+ mempercepat peningkatan produksi.
Harga minyak mentah AS ditutup sedikit lebih rendah pada Rabu (27/11) karena pelaku pasar mencermati perkembangan gencatan senjata antara Israel dan Hizbullah serta laporan penurunan persediaan minyak AS yang lebih besar dari perkiraan. Pasar juga mulai mengalihkan perhatian ke pertemuan OPEC+ yang dijadwalkan berlangsung akhir pekan ini.
Gencatan Senjata Kurangi Kekhawatiran Pasokan Minyak
Dilansir dari investing.com Presiden AS Joe Biden mengumumkan gencatan senjata antara Israel dan Hizbullah pada Selasa. Kesepakatan ini mencakup penarikan pasukan Israel dari Lebanon dalam 60 hari dan penarikan Hizbullah dari wilayah perbatasan “Garis Biru”. Perjanjian ini meredakan kekhawatiran pasar tentang potensi gangguan pasokan minyak dari Timur Tengah setelah 13 bulan konflik sengit.
Meski demikian, ketegangan tetap ada, terutama dengan konflik Rusia-Ukraina yang meningkat pekan lalu, memicu kekhawatiran terhadap stabilitas produksi minyak mentah dari Rusia.
Penurunan Persediaan Minyak AS Dorong Optimisme Permintaan
Laporan Badan Informasi Energi (EIA) menunjukkan persediaan minyak AS turun sebesar 1,8 juta barel dalam pekan yang berakhir 22 November, lebih besar dari perkiraan penurunan 1,3 juta barel. Angka ini memperkuat ekspektasi bahwa permintaan bahan bakar AS tetap solid meskipun musim liburan mulai mendekati akhir.
OPEC+ Bahas Produksi Minyak
Pertemuan OPEC+ pada awal Desember menjadi sorotan pasar. Kelompok produsen minyak terbesar dunia ini diperkirakan akan membahas kemungkinan menunda peningkatan produksi minyak yang direncanakan pada Januari, mengingat melemahnya permintaan global dan meningkatnya pasokan dari negara-negara non-OPEC.
Dikutip dari investing.com menurut analis ING, pasar minyak mentah masih menghadapi tekanan di sekitar level $75 per barel. “Kenaikan produksi yang terlalu cepat dapat memicu kelebihan pasokan yang lebih dalam,” tulis ING dalam catatannya.
Pasar minyak diperkirakan akan tetap tenang pada sisa pekan ini karena libur Thanksgiving di AS pada Kamis dan sesi perdagangan yang lebih pendek pada Jumat.
Analisis Pengaruh Terhadap Harga Minyak:
Gencatan Senjata Israel-Hizbullah: Perjanjian gencatan senjata antara Israel dan Hizbullah meredakan kekhawatiran akan gangguan pasokan minyak dari Timur Tengah, meskipun ketegangan lainnya di wilayah tersebut tetap ada.
Penurunan Persediaan Minyak AS: Penurunan persediaan minyak AS yang lebih besar dari perkiraan menunjukkan bahwa permintaan tetap kuat, yang mendukung pandangan bahwa pasokan minyak akan semakin ketat dalam beberapa bulan mendatang.
Secara keseluruhan berpengaruh terhadap harga minyak menguat.
Penggerak Pasar Forex dan Komoditi Hari Ini
Terdapat laporan data fundamental dari German hari ini yaitu:
German CPI (MoM) (Nov) adalah singkatan dari Indeks Harga Konsumen Jerman (Month-over-Month) untuk bulan November. Ini merupakan angka yang mengukur perubahan inflasi bulanan di Jerman.
Dari agenda tersebut dapat mendorong perubahan harga signifikan dan sentimen terhadap harga EUR.
Pengaruh Data Terhadap Perubahan Harga.
Data German CPI rilis lebih tinggi dari forcast positif/optimis untuk EUR. Sedangkan data rilis lebih rendah dari forcast negatif/pesimis untuk EUR.
Perkiraan :
Data German CPI (MoM) (Nov) rilis lebih rendah dari data sebelumnya.