Tingkat Kepercayaan Konsumen AS Melesat, Meredakan Kekhawatiran Resesi!
- Peningkatan keyakinan konsumen di AS.
- Prediksi pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve.
Kepercayaan konsumen di Amerika Serikat melonjak ke titik tertinggi dalam enam bulan terakhir pada bulan Agustus, seiring dengan meredanya kekhawatiran akan resesi. Laporan dari Conference Board pada hari Selasa menunjukkan bahwa optimisme konsumen semakin menguat, memberikan sinyal positif bagi perekonomian.
Dilansir dari investing.com Jefferies menegaskan bahwa data terbaru ini menambah bukti bahwa ekonomi AS telah cukup melambat untuk mendukung penurunan inflasi. Analis tetap pada prediksi bahwa Federal Reserve akan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin pada bulan September.
Pasar keuangan merespons dengan stabilitas, di mana Dolar AS bertahan setelah pemulihan dari penurunan tajam minggu sebelumnya. Penguatan Dolar AS juga terlihat terhadap sebagian besar mata uang utama Asia, meski sentimen risiko tampaknya kembali mendominasi pasar global. Arus masuk ke aset safe haven berkurang di tengah meredanya ketegangan di Timur Tengah, dengan bursa saham di Asia, Eropa, dan kontrak berjangka AS berada di zona hijau.
Sementara itu, data ekonomi lainnya, termasuk Indeks Harga Perumahan untuk bulan Juni, menunjukkan penurunan moderat tanpa tanda-tanda krisis. Semua mata kini tertuju pada laporan Keyakinan Konsumen untuk bulan Agustus, yang dianggap sebagai indikator utama kondisi ekonomi di masa depan.
Arah fundamental cenderung menguatkan USD.
Harga Emas Melonjak, Didukung Ketegangan Global dan Ekspektasi Penurunan Suku Bunga Fed!
- Meskipun data ekonomi AS yang dirilis lebih baik dari perkiraan, ini tidak cukup untuk menguatkan Dolar AS yang sudah terpukul.
- Ekspektasi bahwa Federal Reserve mungkin menurunkan suku bunga sebesar 50 basis poin pada pertemuan bulan September memberikan dorongan positif bagi emas.
Harga emas mencatat kenaikan signifikan selama sesi perdagangan Amerika pada hari Selasa, dengan XAU/USD diperdagangkan di $2.524, naik lebih dari 0,20%. Peningkatan ini terjadi di tengah sentimen pasar yang berisiko dan imbal hasil Treasury AS yang stabil, sementara Dolar AS terus melemah meski ada data ekonomi yang lebih baik dari perkiraan.
Sejak Ketua Federal Reserve, Jerome Powell, menyatakan bahwa waktu untuk penurunan suku bunga telah tiba, Dolar AS mencapai level terendah baru dalam 12 bulan, dan imbal hasil obligasi AS merosot. Sementara itu, kepercayaan konsumen AS sedikit meningkat pada bulan Agustus, namun perhatian pasar kini beralih pada data inflasi Indeks Harga Pengeluaran Konsumsi Pribadi (PCE) yang akan dirilis pada hari Jumat, serta laporan Klaim Pengangguran Awal pada 29 Agustus.
Ekspektasi pasar menunjukkan bahwa Federal Reserve mungkin akan menurunkan suku bunga sebesar 50 basis poin pada pertemuan September mendatang, yang bisa semakin melemahkan Dolar AS dan mendukung kenaikan harga emas. Selain itu, meningkatnya ketegangan di Timur Tengah, terutama konflik antara Israel dan Hizbullah, juga memberikan dorongan positif bagi logam mulia ini.
Arah fundamental cenderung menguatkan harga emas saat ini.
Harga Minyak Merosot Setelah Reli, Goldman Sachs Pangkas Proyeksi di Tengah Ketidakpastian Global.
- Harga minyak turun tajam setelah reli tiga sesi sebelumnya.
- Goldman Sachs memangkas proyeksi harga minyak Brent.
Harga minyak turun tajam pada hari Selasa, menghentikan reli tiga sesi sebelumnya. Minyak mentah Brent turun 2,3% menjadi $79,55 per barel, sementara West Texas Intermediate (WTI) merosot 2,4% dan ditutup pada $75,53 per barel. Penurunan ini terjadi saat para pedagang terus menilai prospek permintaan menjelang rilis data inventaris minyak AS yang baru minggu ini.
Sebelumnya, kedua patokan minyak ini telah pulih sekitar 7% setelah mencapai level terendah sejak Januari, didorong oleh harapan pemotongan suku bunga AS yang diharapkan dapat meningkatkan permintaan bahan bakar, serta kekhawatiran mengenai potensi gangguan pasokan dari Timur Tengah dan Libya.
Dilansir dari investing.com Goldman Sachs baru-baru ini memangkas proyeksi harga minyak Brent menjadi $70-$85 per barel, mencerminkan pandangan hati-hati terhadap pasar minyak global. Stabilitas tak terduga dalam persediaan komersial OPEC, ditambah dengan pasokan minyak AS yang meningkat dan permintaan yang lemah dari Tiongkok, menjadi faktor utama di balik revisi ini.
Ketegangan yang berlanjut di Timur Tengah, khususnya antara Israel dan Hizbullah, juga turut membatasi penurunan harga minyak, meskipun upaya menuju gencatan senjata di Gaza masih menemui jalan buntu. Sementara itu, pasar menantikan data persediaan minyak AS terbaru yang akan dirilis dalam waktu dekat, yang diperkirakan menunjukkan penurunan 3 juta barel.
Arah fundamental cenderung melemahkan harga minyak.
Penggerak Pasar Forex dan Komoditi Hari Ini
Terdapat rilis data fundamental hari ini dari OIL hari ini, yaitu:
Crude Oil Inventories merujuk pada jumlah cadangan minyak mentah yang disimpan dalam tangki penyimpanan oleh negara atau perusahaan minyak pada waktu tertentu. Kenaikan dalam cadangan minyak mentah dapat menunjukkan bahwa pasokan melebihi permintaan, yang bisa menekan harga minyak. Sebaliknya, penurunan cadangan bisa menunjukkan bahwa permintaan lebih tinggi dibandingkan pasokan, yang dapat mendorong harga minyak naik.
Dari agenda tersebut dapat memberikan dorongan harga untuk komoditas OIL.
Pengaruh Data Terhadap Perubahan Harga.
Data Crude Oil Inventories rilis lebih tinggi dari forcast negatif/pesimis untuk OIL. Sedangkan data rilis lebih rendah dari forcast positif/optimis untuk OIL.
Perkiraan :
Data Crude Oil Inventories rilis lebih rendah dari sebelumnya.