Donald Trump mengumumkan rencana untuk mengenakan tarif 25% pada impor dari Kanada dan Meksiko, serta tarif tambahan 10% pada impor China, yang meningkatkan kekhawatiran akan terjadinya perang dagang global.
- Indeks Dolar AS tetap menunjukkan bias bullish, dipicu oleh data ekonomi yang kuat dan kebijakan Federal Reserve yang kurang dovish.
Pada perdagangan Selasa, Indeks Dolar AS (DXY) bergerak stabil di dekat level 107,00 setelah rilis data ekonomi utama AS. Pasar juga memantau ancaman tarif impor oleh Presiden terpilih Donald Trump terhadap tiga mitra dagang utama AS dan menunggu petunjuk dari risalah rapat Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) bulan November terkait arah kebijakan moneter Federal Reserve.
Indeks Dolar tetap menunjukkan tren bullish, didukung oleh data ekonomi yang kuat dan sikap Federal Reserve yang cenderung kurang dovish. Namun, aksi ambil untung dan ketidakpastian geopolitik menekan pergerakannya, meski indikator teknis mengisyaratkan konsolidasi karena meredanya kondisi overbought.
Di pasar saham, S&P 500 dan Dow Jones mencetak rekor tertinggi. Dow Jones Industrial Average naik 0,3% ke penutupan tertinggi 44.860,31, S&P 500 menguat 0,6% ke 6.021,80, sementara NASDAQ Composite juga naik 0,6%.
Ancaman Tarif Impor Tekan Sektor Otomotif
Dilansir dari investing.com Presiden terpilih Donald Trump mengumumkan rencana mengenakan tarif 25% pada semua impor dari Kanada dan Meksiko, mengutip masalah imigrasi ilegal dan perdagangan narkoba melalui perbatasan kedua negara. Ia juga mengancam tarif tambahan 10% untuk seluruh impor dari China, menyoroti kurangnya tindakan dari Beijing dalam mengatasi peredaran obat-obatan terlarang ke AS.
Langkah ini memicu kekhawatiran perang dagang global, terutama terhadap negara-negara yang memiliki hubungan dagang besar dengan AS. Sektor otomotif menjadi salah satu yang paling terdampak, dengan saham General Motors (NYSE: GM), Ford Motor Company (NYSE: F), dan Stellantis NV (NYSE: STLA) tertekan.
Risalah Fed: Indikasi Jeda dalam Pemangkasan Suku Bunga
Investor juga mencermati risalah rapat Federal Reserve dari pertemuan 6-7 November yang dirilis Selasa malam. Risalah tersebut mengindikasikan bahwa beberapa anggota mendukung pemangkasan suku bunga lebih lanjut jika data ekonomi mendukung. Namun, mayoritas anggota menyarankan pendekatan bertahap terhadap pelonggaran moneter karena ketidakpastian terkait tingkat suku bunga netral.
Risalah ini memberikan gambaran bahwa peluang jeda dalam siklus pemangkasan suku bunga tetap terbuka, dengan pasar masih menantikan kejelasan pada pertemuan kebijakan berikutnya.
Analisis Pengaruh Terhadap Dollar AS:
- Data Ekonomi yang Kuat: Dolar AS didorong oleh data ekonomi AS yang positif, yang menunjukkan kekuatan ekonomi domestik, serta kebijakan Federal Reserve yang relatif hawkish.
- Ancaman Tarif Trump: Ancaman tarif terhadap Kanada, Meksiko, dan China meningkatkan ketegangan perdagangan global, yang dapat memperkuat permintaan terhadap dolar sebagai aset safe haven di tengah ketidakpastian ekonomi.
Secara keseluruhan berpengaruh terhadap harga Dollar AS menguat.
Analisis Pengaruh Terhadap indeks saham AS.
- Optimisme Ekonomi: Indeks saham AS, seperti Dow Jones dan S&P 500, mencatatkan rekor tertinggi, didorong oleh harapan investor terhadap pertumbuhan ekonomi dan kebijakan fiskal.
- Dukungan dari Sektor Teknologi dan Kesehatan: Kinerja baik di sektor teknologi dan kesehatan juga memberikan kontribusi positif terhadap indeks saham, meskipun kekhawatiran tentang tarif impor dapat memberikan volatilitas jangka pendek pada beberapa sektor, seperti otomotif.
Secara keseluruhan berpengaruh terhadap harga indeks saham AS menguat.
Harga Emas Stabil di $2.625 di Tengah Ketegangan Tarif dan Optimisme Geopolitik.
Harga emas tetap berada di level $2.625 per troy ons meskipun Presiden AS Donald Trump mengancam akan memberlakukan tarif pada Kanada, Meksiko, dan China.
- Pelaku pasar mencermati rilis risalah FOMC terbaru yang mengisyaratkan kemungkinan Federal Reserve mempertahankan suku bunga jika inflasi tetap tinggi.
Harga emas tetap stabil di level $2.625 per troy ons selama dua hari berturut-turut meskipun Presiden AS Donald Trump mengancam akan memberlakukan tarif pada tiga mitra dagang utama—Kanada, Meksiko, dan China—melalui unggahan di media sosial. Biasanya, ketegangan geopolitik seperti ini cenderung meningkatkan daya tarik emas sebagai aset safe haven, namun meredanya konflik di Timur Tengah membatasi pergerakan logam mulia tersebut.
Saat berita ini ditulis, pasangan XAU/USD diperdagangkan di $2.625, dengan pergerakan yang minim. Sementara itu, risalah terbaru dari rapat Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) mengisyaratkan bahwa Federal Reserve dapat mempertahankan suku bunga pada level saat ini jika inflasi tetap tinggi, menghentikan sementara siklus pemotongan suku bunga yang sebelumnya terjadi.
Ancaman tarif dari Trump telah memperkuat dolar AS dan meningkatkan kekhawatiran tentang potensi perang dagang global, menambah tekanan terhadap emas. Selain itu, penurunan harga emas pada awal pekan juga dipengaruhi oleh optimisme terhadap gencatan senjata antara Israel dan Hizbullah, serta pengumuman Scott Bessent sebagai Menteri Keuangan AS dalam pemerintahan Trump yang akan datang. Sentimen pasar yang lebih risk-on ini mengurangi permintaan terhadap emas sebagai aset pelindung nilai.
Namun demikian, tekanan jual terhadap emas terbatas karena meningkatnya eskalasi konflik antara Ukraina dan Rusia, yang membantu menjaga harga emas di atas level psikologis $2.600 per troy ons meskipun dolar AS menunjukkan penguatan.
Dari sisi data ekonomi, Kepercayaan Konsumen Dewan Konferensi (CB) untuk bulan November melampaui ekspektasi pasar dan mencatat kenaikan dibandingkan bulan sebelumnya.
Sepanjang minggu ini, pelaku pasar akan mencermati beberapa data penting dari AS, termasuk Pesanan Barang Tahan Lama, Klaim Pengangguran Awal, dan Indeks Harga Pengeluaran Konsumsi Pribadi (PCE), yang merupakan indikator inflasi pilihan Federal Reserve. Data-data ini akan menjadi acuan untuk memperkirakan arah kebijakan moneter Fed ke depannya.
Analisis Pengaruh Terhadap Harga Emas:
Penguatan Dolar AS: Ancaman tarif oleh Presiden Trump terhadap Kanada, Meksiko, dan China mendorong penguatan dolar AS, yang secara historis membebani harga emas karena emas menjadi lebih mahal bagi pemegang mata uang lain.
Optimisme Geopolitik: Gencatan senjata antara Israel dan Hizbullah serta pengumuman Scott Bessent sebagai Menteri Keuangan dalam pemerintahan Trump yang akan datang meningkatkan sentimen risiko, mengurangi permintaan terhadap emas sebagai aset safe haven.
Secara keseluruhan berpengaruh harga emas melemah.
Harga Minyak Turun, Dipengaruhi Gencatan Senjata Israel-Lebanon dan Perundingan OPEC+.
Penurunan harga minyak dipicu oleh kesepakatan gencatan senjata Israel-Lebanon yang mengurangi ketegangan geopolitik.
- Negara-negara OPEC+ tengah membahas kemungkinan menunda rencana kenaikan produksi minyak yang dijadwalkan mulai Januari 2025 akibat perlambatan permintaan global.
Harga minyak mentah melemah pada perdagangan Selasa, melanjutkan tren penurunan hari sebelumnya, di tengah volatilitas pasar. Penurunan ini terjadi setelah Israel menyetujui kesepakatan gencatan senjata dengan Lebanon, yang mengurangi premi risiko minyak mentah di pasar global.
Gencatan Senjata Israel-Lebanon Mengurangi Ketegangan
Kabinet Keamanan Israel dilaporkan menyetujui kesepakatan gencatan senjata dengan Lebanon, yang dijadwalkan berlaku mulai Rabu, menurut laporan Channel 12. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyatakan bahwa pemerintahnya siap melaksanakan perjanjian tersebut, tetapi menegaskan akan merespons tegas jika terjadi pelanggaran dari Hizbullah.
Pada Senin, harga minyak turun lebih dari $2 setelah laporan awal mengenai tercapainya kesepakatan gencatan senjata. Analis StoneX, Alex Hodes, mencatat bahwa kesepakatan ini dapat menekan harga minyak mentah lebih lanjut, terutama jika pemerintah AS mengurangi sanksi terhadap Iran, yang merupakan pendukung utama Hizbullah.
OPEC+ Pertimbangkan Penundaan Kenaikan Produksi
Di sisi lain, spekulasi mengenai kebijakan OPEC+ sempat mendorong lonjakan harga lebih dari $1 per barel selama sesi perdagangan. Namun, negara-negara anggota OPEC+ dilaporkan tengah mempertimbangkan untuk menunda rencana kenaikan produksi minyak yang dijadwalkan mulai Januari 2025.
Menurut sumber yang dekat dengan kelompok produsen minyak tersebut, perlambatan permintaan global, terutama dari Tiongkok, serta peningkatan produksi di luar OPEC+, menjadi kendala utama.
Tarif Trump Menambah Ketidakpastian
Sementara itu, Presiden terpilih AS Donald Trump mengumumkan rencana mengenakan tarif 25% pada semua produk impor dari Meksiko dan Kanada, termasuk minyak mentah. Kendati demikian, analis memperkirakan tarif pada minyak Kanada tidak mungkin diberlakukan mengingat jenis minyak tersebut sulit digantikan oleh produksi domestik AS.
Minyak mentah Kanada saat ini menyuplai sekitar 4 juta barel per hari ke AS, menjadikannya komoditas vital bagi rantai pasok energi Amerika Utara.
Perhatian Pasar pada Data Persediaan Minyak AS
Pasar juga menantikan data persediaan minyak AS. Menurut survei Reuters, stok minyak mentah dan bensin di AS diperkirakan mengalami penurunan pekan lalu, sementara persediaan sulingan diperkirakan meningkat.
Investor akan memantau data ini untuk melihat indikasi lebih lanjut terkait dinamika pasokan dan permintaan di pasar minyak global.
Analisis Pengaruh Terhadap Harga Minyak:
Gencatan Senjata Israel-Lebanon: Kesepakatan ini mengurangi premi risiko geopolitik pada pasar minyak, menekan harga lebih lanjut. Potensi pelonggaran sanksi AS terhadap Iran, yang dapat meningkatkan pasokan minyak global, juga menambah tekanan bearish.
Permintaan Global yang Lemah: Perlambatan ekonomi global, terutama dari Tiongkok sebagai konsumen minyak utama, mengurangi prospek permintaan dan membebani harga.
Secara keseluruhan berpengaruh terhadap harga minyak melemah.
Penggerak Pasar Forex dan Komoditi Hari Ini
Selamat Pagi Traders!
Terdapat laporan data fundamental dari New Zealand dan AS hari ini yaitu:
RBNZ Interest Rate Decision adalah pengumuman kebijakan suku bunga oleh Reserve Bank of New Zealand (RBNZ), bank sentral Selandia Baru.
Durable Goods Orders (MoM) (Oct) adalah indikator ekonomi yang mengukur persentase perubahan pesanan baru barang tahan lama (durable goods).
Gross Domestic Product (GDP) adalah indikator utama yang digunakan untuk mengukur pertumbuhan ekonomi suatu negara.
Chicago PMI (Purchasing Managers’ Index) adalah indikator ekonomi yang mengukur aktivitas bisnis di wilayah Chicago AS.
Core PCE Price Index (Personal Consumption Expenditures Price Index) adalah indikator ekonomi yang mengukur perubahan harga barang dan jasa konsumsi yang dibeli oleh konsumen di Amerika Serikat.
Crude Oil Inventories adalah laporan mingguan yang mengukur perubahan jumlah persediaan minyak mentah yang disimpan oleh perusahaan di AS.
Dari agenda tersebut dapat mendorong perubahan harga signifikan dan sentimen terhadap harga NZD dan USD.
Pengaruh Data Terhadap Perubahan Harga.
Data RBNZ Interest Rate Decision rilis lebih tinggi dari forcast positif/optimis untuk NZD. Sedangkan data rilis lebih rendah dari forcast negatif/pesimis untuk NZD.
Data Durable Goods Orders (MoM) (Oct) rilis lebih tinggi dari forcast positif/optimis untuk USD. Sedangkan data rilis lebih rendah dari forcast negatif/pesimis untuk USD.
Data GDP (QoQ) (Q3) rilis lebih tinggi dari forcast positif/optimis untuk USD. Sedangkan data rilis lebih rendah dari forcast negatif/pesimis untuk USD.
Data Initial Jobless Claims rilis lebih tinggi dari forcast negatif/pesimis untuk USD. Sedangkan data rilis lebih rendah dari forcast positif/optimis untuk USD.
Data Chicago PMI rilis lebih tinggi dari forcast positif/optimis untuk USD. Sedangkan data rilis lebih rendah dari forcast negatif/pesimis untuk USD.
Data Core PCE Price Index (MoM) (Oct) rilis lebih tinggi dari forcast positif/optimis untuk USD. Sedangkan data rilis lebih rendah dari forcast negatif/pesimis untuk USD.
Data Crude Oil Inventories rilis lebih tinggi dari forcast positif/optimis untuk USD. Sedangkan data rilis lebih rendah dari forcast negatif/pesimis untuk USD.
Perkiraan :
Data RBNZ Interest Rate Decision rilis lebih rendah dari data sebelumnya.
Data Durable Goods Orders (MoM) (Oct) rilis lebih rendah dari data sebelumnya.
Data GDP (QoQ) (Q3) rilis lebih rendah dari data sebelumnya.
Data Initial Jobless Claims rilis lebih tinggi dari data sebelumnya.
Data Chicago PMI rilis lebih tinggi dari data sebelumnya.
Data Core PCE Price Index (MoM) (Oct) rilis sesuai dengan data sebelumnya.