Dolar AS Melemah Tajam Akibat Tekanan Politik terhadap The Fed.

  • Trump akan umumkan pengganti Jerome Powell lebih cepat, memicu kekhawatiran terhadap independensi The Fed.

  • PDB AS kuartal I berkontraksi -0,5%, memperkuat ekspektasi pemangkasan suku bunga dan pelemahan dolar.

Dolar AS tertekan ke level terendah dalam lebih dari tiga tahun setelah Presiden Donald Trump kembali menyerang Ketua The Fed Jerome Powell dan menyatakan akan segera menggantikannya, dengan beberapa nama calon baru yang dinilai pro terhadap kebijakan pelonggaran suku bunga. Ketidakpastian politik ini memicu kekhawatiran pasar terhadap independensi bank sentral, yang menjadi landasan stabilitas ekonomi AS.

Komentar dari pejabat Fed seperti Michelle Bowman, yang mengatakan bahwa waktu pemangkasan suku bunga “semakin dekat”, memperkuat ekspektasi pasar terhadap pelonggaran kebijakan moneter, dengan peluang pemangkasan pada Juli naik menjadi 25%. Dolar makin terbebani oleh data ekonomi yang lemah, termasuk kontraksi PDB kuartal I sebesar -0,5%, menambah tekanan terhadap outlook ekonomi AS ke depan.

Investor global mulai mengurangi eksposur terhadap dolar AS, dengan survei OMFIF mencatat 70% manajer cadangan devisa bank sentral enggan berinvestasi di dolar karena ketidakpastian politik di AS. Kombinasi dari melemahnya kepercayaan institusional, potensi pemangkasan suku bunga, dan tekanan dari Trump menjadikan dolar sebagai aset yang semakin rentan.

 

Kesimpulan Sentimen:

Bearish terhadap Dolar AS muncul karena pasar melihat meningkatnya risiko politisasi kebijakan moneter.

Harga Emas Melemah di Tengah Dolar Lesu dan Ketidakpastian Suksesi Ketua The Fed.

  • Data tenaga kerja dan pesanan barang tahan lama AS menunjukkan ketahanan ekonomi, membatasi reli harga emas.

  • Ketidakpastian politik terkait suksesi pimpinan The Fed menambah volatilitas jangka pendek.

Harga emas melemah tipis pada sesi perdagangan Kamis di Amerika Utara meski Dolar AS berada di titik terlemahnya sejak Februari 2022. XAU/USD diperdagangkan di sekitar $3,331, turun 0,05%. Melemahnya Dolar dan turunnya imbal hasil obligasi seharusnya menjadi angin segar bagi emas, namun tekanan datang dari data ekonomi AS yang solid, terutama klaim pengangguran yang lebih rendah dari perkiraan dan lonjakan pesanan barang tahan lama (durable goods).

Meskipun data akhir GDP Q1 2025 menunjukkan kontraksi yang lebih besar dari estimasi awal, pasar menanggapi lebih fokus pada kekuatan data tenaga kerja dan belanja barang modal. Sentimen pasar sedikit goyah seiring laporan dari Wall Street Journal yang menyebutkan bahwa Presiden Donald Trump mempertimbangkan untuk mengumumkan pengganti Ketua The Fed Jerome Powell lebih awal, yakni pada September atau Oktober, yang berpotensi memicu ketidakpastian arah kebijakan moneter ke depan.

Pernyataan sejumlah pejabat Fed yang senada dengan Powell, seperti Susan Collins, Thomas Barkin, dan Michael Barr, turut memperkuat ekspektasi bahwa suku bunga masih akan ditahan dalam waktu dekat. Meskipun tekanan inflasi tetap dalam pantauan, kekuatan pasar tenaga kerja memberi ruang bagi The Fed untuk menunda pemangkasan suku bunga secara agresif.

Kesimpulan Sentimen:

Sentimen cenderung Bearish, minat pasar terhadap emas melemah karena ketahanan ekonomi AS menahan ekspektasi penurunan suku bunga agresif, meskipun Dolar sedang tertekan.

Harga Minyak Bangkit: Stok AS Turun, Dolar Melemah.

  • Penurunan stok minyak AS sebesar 5,8 juta barel menjadi sinyal kuat bahwa permintaan meningkat.

  • Pelemahan dolar AS dan meredanya ketegangan Israel-Iran mendorong stabilitas harga minyak.

Harga minyak sedikit menguat pada Kamis setelah laporan EIA menunjukkan penurunan besar dalam stok minyak mentah AS sebesar 5,8 juta barel, jauh melebihi ekspektasi. Permintaan meningkat seiring dengan memanasnya musim mengemudi musim panas di AS, yang memberi sinyal bahwa konsumsi energi domestik mulai pulih. Selain itu, pelemahan dolar AS ke level terendah dalam tiga tahun turut mendorong permintaan minyak global, karena harga minyak menjadi lebih murah bagi negara pemegang mata uang lain.

Meskipun ada dukungan dari sisi fundamental, pasar juga menilai bahwa risiko pasokan dari Timur Tengah mulai mereda. Pernyataan dari PM Israel Netanyahu dan Presiden AS Donald Trump yang menyoroti peluang perdamaian serta dimulainya pembicaraan dengan Iran mengurangi ketegangan geopolitik yang sebelumnya menyulut reli harga. Ini membatasi kenaikan harga minyak yang seharusnya bisa lebih tinggi.

Komentar dari Citi menyiratkan bahwa Trump kemungkinan tetap akan menjaga harga minyak tetap rendah menjelang pemilu, sehingga respons kebijakan AS terhadap konflik Timur Tengah juga akan menyesuaikan untuk meredam harga energi. Dengan keseimbangan antara peningkatan permintaan dan meredanya ketegangan geopolitik, harga minyak saat ini terlihat stabil di kisaran $65–$68 per barel.

Kesimpulan Sentimen:

Sentimen harga minyak saat ini Bullish karena didukung oleh, penurunan stok minyak AS yang signifikan sebesar 5,8 juta barel, menandakan lonjakan permintaan domestik. Pelemahan dolar AS juga turut membuat minyak lebih murah bagi pembeli global, meningkatkan permintaan.

Penggerak Pasar Forex dan Komoditi Hari Ini

ECONOMIC CALENDAR
Real Time Economic Calendar provided by Investing.com.

Pengaruh Data Terhadap Perubahan Harga.

Prediksi USD:

  1. Core PCE Price Index (MoM): Perkiraan tetap sama di 0.1%, dampaknya mungkin Netral.
  2. Core PCE Price Index (YoY): Perkiraan sedikit meningkat dari 2.5% ke 2.6%, yang bisa mendukung USD (Naik).

Share on: