Dolar AS Diperkirakan Terus Menguat pada Paruh Pertama 2025, Risiko Tarif dan Inflasi Mengintai.

- UBS memprediksi penguatan dolar di semester pertama 2025, diikuti potensi pembalikan di semester kedua karena valuasi USD yang sudah tinggi.
- Tarif AS yang lebih besar diperkirakan berdampak negatif pada pertumbuhan dan meningkatkan tekanan inflasi. Namun, efeknya belum sepenuhnya tercermin di pasar valuta asing.
Dolar AS telah menguat hampir 4% sejak akhir September 2024, dan UBS memperkirakan penguatan ini akan berlanjut pada paruh pertama 2025, didorong oleh data ekonomi AS yang lebih baik dan divergensi kebijakan moneter. Dengan imbal hasil AS yang meningkat, dolar mendapat dukungan luas dari penggajian nonpertanian dan indeks manajer pembelian yang kuat. Namun, meskipun ada optimisme, ketegangan perdagangan dan tarif AS yang lebih tinggi diperkirakan dapat menambah tekanan inflasi dan membebani pertumbuhan ekonomi.
Dilansir dari investing.com UBS juga memperkirakan bahwa meskipun kebijakan suku bunga AS tetap ketat, bank sentral utama lainnya, seperti di Eropa, kemungkinan akan memangkas suku bunga lebih lanjut, memperkuat posisi dolar. Namun, mereka memperingatkan bahwa pada semester kedua 2025, nilai tukar USD yang sudah diperdagangkan di level tinggi dapat memicu koreksi. Di tengah proyeksi ini, ketidakpastian mengenai dampak kebijakan tarif AS yang lebih besar tetap menjadi faktor penting yang menghalangi potensi penguatan dolar lebih lanjut.
Dengan prospek yang beragam, UBS memperkirakan tahun 2025 akan menjadi kisah dua bagian: penguatan USD pada semester pertama, diikuti oleh potensi pembalikan di semester kedua. Risiko inflasi yang dipicu oleh tarif dan ketegangan perdagangan global dapat memengaruhi sentiment pasar, meskipun masih ada keyakinan pada kekuatan dolar dalam jangka pendek.
Analisis Pengaruh Terhadap Dollar AS:
- Tarif AS yang lebih besar diperkirakan berdampak negatif pada pertumbuhan dan meningkatkan tekanan inflasi. Namun, efeknya belum sepenuhnya tercermin di pasar valuta asing.
- Federal Reserve cenderung mempertahankan suku bunga tinggi pada 2025, sementara bank sentral lain, khususnya di Eropa, kemungkinan akan melanjutkan pemotongan suku bunga.
- Data penggajian nonpertanian (NFP) dan indeks manajer pembelian (PMI) yang solid, bersama dengan kenaikan imbal hasil obligasi AS, memperkuat posisi USD.
Secara keseluruhan berpengaruh terhadap harga Dollar AS menguat.
Emas Terus Menguat, Didukung Kelemahan Dolar dan Kebijakan Trump

- Harga emas terus menguat, diperkirakan menantang level tertinggi sepanjang masa, didorong oleh pernyataan Trump dan pelemahan dolar.
- Pernyataan Trump mengenai penurunan suku bunga dan penundaan tarif terhadap China memberikan dorongan tambahan bagi harga emas.
Harga emas terus menguat, bergerak menuju level tertinggi sepanjang masa di $2.790, dengan XAU/USD diperdagangkan pada $2.772, naik 0,60%. Kenaikan harga emas ini didorong oleh pernyataan Presiden AS Donald Trump yang mengejutkan pasar, dengan indikasi bahwa ia akan menahan diri dari penerapan tarif baru terhadap produk-produk China. Selain itu, Trump juga menyerukan penurunan suku bunga, yang menyebabkan pelemahan dolar AS, memberikan dorongan tambahan bagi harga emas.
Meskipun aktivitas manufaktur AS menunjukkan perbaikan pada bulan Desember, sentimen pasar sedikit terganggu oleh penurunan dalam Sentimen Konsumen yang dilaporkan pada Januari. Dolar AS, yang turun 0,62% menjadi 107,44, diperkirakan akan mengakhiri minggu dengan kerugian sekitar 1,77%, setelah pernyataan Trump tersebut. Penurunan dolar memperkuat daya tarik emas sebagai aset aman, sementara sentimen pasar masih terjaga pada ketidakpastian terkait kebijakan ekonomi AS.
Minggu depan, pasar akan memantau sejumlah rilis data ekonomi AS, termasuk Pesanan Barang Tahan Lama, keputusan suku bunga Federal Reserve, dan data Produk Domestik Bruto (PDB) serta inflasi, yang dapat memberikan petunjuk lebih lanjut tentang arah kebijakan ekonomi dan dampaknya terhadap pasar emas.
Analisis Pengaruh Terhadap Harga Emas:
- Komentar Presiden AS Donald Trump yang mungkin menahan diri dari mengenakan tarif terhadap produk China dan seruan untuk penurunan suku bunga menyebabkan pelemahan dolar AS, yang memberikan dukungan bagi harga emas.
- Aktivitas manufaktur AS membaik pada Desember, namun Sentimen Konsumen memburuk pada Januari, menurut survei dari University of Michigan.
- Agenda ekonomi AS minggu iniakan mencakup rilis Pesanan Barang Tahan Lama, keputusan suku bunga Federal Reserve, serta data PDB dan inflasi (PCE).
Secara keseluruhan berpengaruh harga emas menguat.
Trump Tekan OPEC, Harga Minyak Terperosok Akibat Kenaikan Produksi AS dan Ketegangan Tarif.

Produksi domestik yang meningkat dan kebijakan tarif yang memperburuk ketegangan pasar menghambat prospek kenaikan harga minyak.
Potensi sanksi terhadap Rusia dan Iran menjadi hambatan besar bagi upaya menurunkan harga minyak, mengingat kedua negara merupakan produsen utama.
Harga minyak mencatatkan penurunan mingguan setelah empat pekan berturut-turut menguat, dengan minyak mentah Brent turun 2,8% dan WTI merosot 4,1%. Meskipun ada kenaikan ringan pada hari Jumat, harga minyak tetap tertekan oleh kebijakan Presiden AS Donald Trump yang menuntut OPEC menurunkan harga minyak mentah untuk merugikan Rusia dan membantu mengakhiri perang di Ukraina. Selain itu, Trump menegaskan akan meningkatkan produksi domestik AS, yang semakin menambah tekanan pada harga global.
Terkait dengan kebijakan energi, Trump juga mengumumkan darurat energi nasional dan pembebasan pembatasan lingkungan untuk memaksimalkan produksi domestik. Namun, meskipun produksi AS bertambah, ketegangan dengan OPEC dan kebijakan tarif yang diberlakukan pada negara-negara seperti China, Uni Eropa, dan Meksiko, menambah ketidakpastian pada pasar. OPEC+ sendiri masih menunjukkan keteguhan pada rencananya untuk meningkatkan produksi mulai April 2025.
Analis memperingatkan bahwa sanksi terhadap Rusia dan Iran, yang merupakan pemain besar dalam produksi minyak, bisa merusak upaya Trump dalam menurunkan harga. Ketidakpastian mengenai kebijakan tarif juga menambah kekhawatiran pasar, yang diperkirakan akan mengalami tekanan lebih lanjut, khususnya terkait dengan prospek permintaan minyak global yang terancam.
Analisis Pengaruh Terhadap Harga Minyak:
- Presiden AS Donald Trump menegaskan kembali seruannya agar OPEC menurunkan harga minyak untuk merugikan Rusia dan membantu mengakhiri perang di Ukraina.
- Harga minyak Brent dan WTI mengalami penurunan minggu ini setelah kenaikan empat minggu berturut-turut, dengan Brent turun 2,8% dan WTI turun 4,1%.Â
- Analis memperingatkan bahwa ancaman sanksi AS terhadap Rusia dan Iran dapat merusak upaya Trump untuk menurunkan harga energi, dengan implikasi jangka panjang pada pasokan global.Â
Secara keseluruhan berpengaruh terhadap harga minyak melemah.
Penggerak Pasar Forex dan Komoditi Hari Ini
Terdapat laporan data fundamental dari AS hari ini yaitu:Â
New Home Sales (Dec) mengacu pada laporan ekonomi bulanan yang mengukur jumlah penjualan rumah baru untuk satu unit keluarga selama bulan Desember.
Dari agenda tersebut dapat mendorong perubahan harga signifikan dan sentimen terhadap harga USD.
Pengaruh Data Terhadap Perubahan Harga.
Data New Home Sales rilis lebih tinggi dari forcast positif/optimis untuk USD. Sedangkan data rilis lebih rendah dari forcast negatif/pesimis untuk USD.
Perkiraan :
Data New Home Sales rilis lebih tinggi dari data sebelumnya.