Dolar AS Kembali Menguat, Sinyal Pemotongan Suku Bunga oleh Fed Semakin Kuat.

  • Ketua Federal Reserve, Jerome Powell, mengisyaratkan potensi kebijakan moneter yang lebih longgar.
  • Penurunan imbal hasil obligasi AS.

Dolar AS, yang diukur melalui Indeks Dolar AS (DXY), kembali menguat pada hari Senin, stabil di kisaran 101,00 setelah mengalami penurunan tajam pada minggu sebelumnya. Penurunan ini terjadi setelah pernyataan dovish Ketua Federal Reserve, Jerome Powell, di Simposium Jackson Hole pada hari Jumat. Powell mengisyaratkan kemungkinan perubahan menuju kebijakan moneter yang lebih longgar, yang menekan imbal hasil obligasi AS bertenor 10 tahun hingga turun di bawah 3,8%, memberikan tekanan tambahan pada nilai USD.

Meskipun data menunjukkan pertumbuhan ekonomi yang melebihi ekspektasi, pasar tampaknya terburu-buru dalam mengharapkan pelonggaran moneter yang agresif. Hal ini menimbulkan kekhawatiran akan adanya ketidaksesuaian antara fundamental ekonomi dan harga pasar, sehingga membutuhkan kewaspadaan lebih lanjut.

Pada minggu ini, fokus Fed yang bergantung pada data ekonomi akan tertuju pada beberapa indikator penting, termasuk revisi PDB kuartal kedua dan laporan Pengeluaran Konsumsi Pribadi (PCE), yang mencakup tolok ukur inflasi yang menjadi acuan Fed, yaitu indeks harga PCE.

Morgan Stanley dalam laporannya menyebutkan bahwa proses desinflasi terus berlanjut, dan memproyeksikan inflasi inti PCE pada laju tahunan 3 bulan akan turun menjadi 1,9% hingga Juli, dibandingkan dengan 3,9% pada Mei.

Meskipun demikian, data inflasi tetap menjadi perhatian utama, meskipun ada indikasi dari para pembuat kebijakan Fed bahwa fokus mereka kini telah bergeser ke risiko pasar tenaga kerja. Inflasi yang mendekati target memberikan ruang bagi Fed untuk mulai mempertimbangkan pemotongan suku bunga pada pertemuan mereka di bulan September.

Dalam pernyataannya pada hari Jumat, Powell menyatakan bahwa “waktunya telah tiba” untuk menurunkan suku bunga acuan, dan bahwa “risiko kenaikan inflasi telah berkurang.” Pernyataan ini semakin menguatkan ekspektasi akan penurunan suku bunga pada pertemuan Fed tanggal 18 September mendatang, yang akan menjadi pemotongan pertama dalam lebih dari empat tahun.

Arah fundamental cenderung melemahkan Dollar AS.

Emas Meroket di Tengah Spekulasi Pemotongan Suku Bunga oleh Fed, Ketegangan Timur Tengah Picu Lonjakan Harga.

  • Spekulasi pemotongan suku bunga oleh Fed.
  • Ketegangan geopolitik di Timur Tengah.

Harga emas terus menguat pada hari Senin, diperdagangkan pada $2.516 per troy ounce, di tengah meningkatnya ekspektasi bahwa Federal Reserve AS (Fed) akan melonggarkan kebijakan moneternya pada bulan September. Spekulasi ini menguat setelah pidato Ketua Fed, Jerome Powell, di Jackson Hole, di mana ia menyatakan bahwa “saatnya telah tiba bagi kebijakan untuk beradaptasi.”

Keyakinan pasar bahwa Fed akan segera memangkas suku bunga diperkuat oleh Presiden Fed San Francisco, Mary Daly, yang menegaskan bahwa penyesuaian kebijakan sudah di depan mata. Meski demikian, masih belum ada kejelasan mengenai seberapa besar pemotongan yang akan dilakukan.

Data ekonomi terbaru menunjukkan lonjakan pesanan barang tahan lama di AS sebesar 9,9% pada bulan Juli, peningkatan terbesar sejak Mei 2020. Meskipun ada tanda-tanda perlambatan ekonomi, data ini menunjukkan ketahanan yang masih kuat.

Di sisi lain, harga emas juga didorong oleh meningkatnya ketegangan di Timur Tengah, khususnya konflik antara Israel dan Hizbullah. Ketegangan geopolitik ini menambah daya tarik emas sebagai aset aman bagi investor.

Imbal hasil obligasi Treasury AS sedikit pulih, sementara alat CME FedWatch menunjukkan bahwa pelaku pasar semakin yakin akan adanya pemotongan suku bunga sebesar 25 bps pada pertemuan Fed mendatang, meskipun kemungkinan penurunan yang lebih besar telah menurun. Laporan Nonfarm Payrolls bulan Agustus diperkirakan akan menjadi faktor kunci dalam menentukan arah kebijakan moneter Fed selanjutnya.

Arah fundamental cenderung melemahkan harga emas.

Harga Minyak Melonjak 3% di Tengah Pemotongan Produksi Libya dan Ketegangan Timur Tengah.

  • Penutupan ladang minyak di Libya yang mengancam penurunan produksi secara signifikan.
  • Ketegangan geopolitik di Timur Tengah.

Harga minyak naik signifikan pada hari Senin, dengan Brent mencapai $81,43 per barel dan minyak mentah AS naik menjadi $77,42 per barel, keduanya mencatat kenaikan sekitar 3%. Peningkatan ini didorong oleh kekhawatiran atas gangguan pasokan setelah Libya menghentikan produksi minyaknya, serta meningkatnya konflik di Timur Tengah.

Pemerintah Libya di wilayah timur menghentikan semua ladang minyaknya, yang mengancam akan memangkas produksi minyak negara tersebut secara drastis. Kondisi ini menambah tekanan pada pasar yang sudah waspada terhadap ketegangan geopolitik di Timur Tengah, terutama konflik antara Israel dan Hizbullah yang bisa mempengaruhi stabilitas regional.

Selain itu, persediaan minyak mentah di Cushing, Oklahoma, titik acuan utama harga minyak mentah AS, telah mencapai level terendah dalam enam bulan, semakin memperkuat sentimen bullish di pasar minyak.

Para analis memperingatkan bahwa potensi penurunan produksi minyak Libya bisa menjadi risiko besar bagi pasar, terutama jika ketegangan politik di negara tersebut terus meningkat. Sementara itu, investor tetap memperhatikan tindakan OPEC dan sekutunya, yang berencana meningkatkan produksi pada akhir tahun ini.

Di tengah ketidakpastian ini, para pembuat kebijakan global berkumpul di konferensi Jackson Hole, dengan fokus pada perubahan kebijakan moneter yang mungkin termasuk pemotongan suku bunga oleh Federal Reserve AS dan Bank Sentral Eropa, yang dapat mempengaruhi permintaan energi ke depan.

Arah fundamental cenderung menguatkan harga minyak mentah.

Penggerak Pasar Forex dan Komoditi Hari Ini

ECONOMIC CALENDAR
Real Time Economic Calendar provided by Investing.com.

Terdapat rilis data fundamental hari ini dari EUR dan USD hari ini, yaitu:

Data German GDP (QoQ) (Q2) adalah data untuk mengukur pertumbuhan ekonomi Jerman dari kuartal ke kuartal, memberikan gambaran tentang apakah ekonomi sedang berkembang atau menyusut dalam jangka pendek.

CB Consumer Confidence (Aug) adalah indeks yang mengukur tingkat kepercayaan konsumen di Amerika Serikat pada bulan Agustus, menilai kondisi ekonomi saat ini serta harapan mereka terhadap ekonomi di masa depan.

Dari agenda tersebut dapat memberikan dorongan harga untuk mata uang EUR dan USD.

Pengaruh Data Terhadap Perubahan Harga.

Data German GDP (QoQ) (Q2) rilis lebih tinggi dari forcast positif/optimis untuk EUR. Sedangkan data rilis lebih rendah dari forcast negatif/pesimis untuk EUR.

Data CB Consumer Confidence (Aug) rilis lebih tinggi dari forcast positif/optimis untuk USD. Sedangkan data rilis lebih rendah dari forcast negatif/pesimis untuk USD.

Perkiraan : 

Data German GDP (QoQ) (Q2) rilis lebih rendah dari data sebelumnya.

Data  CB Consumer Confidence (Aug) rilis lebih rendah dari data sebelumnya.

Share on: