Dolar Tertekan di Tengah Lonjakan Utang dan Ancaman Tarif Trump.

  • Dolar melemah seiring kekhawatiran atas lonjakan utang AS dan penurunan peringkat utang oleh Moody’s.

  • Ancaman tarif Trump terhadap Apple dan Uni Eropa memicu kekhawatiran perang dagang dan memperburuk arus keluar dari aset AS.

Dolar AS melemah tajam pada hari Jumat, mencatat penurunan mingguan sekitar 1,6% setelah indeks DXY turun ke 99.295. Pelemahan ini dipicu kekhawatiran pasar terhadap memburuknya kondisi fiskal AS, menyusul lolosnya RUU pajak dan belanja Presiden Donald Trump di DPR, yang diperkirakan akan menambah $3,8 triliun ke utang nasional. Penurunan nilai dolar ini juga terjadi setelah Moody’s menurunkan peringkat utang AS karena tingginya beban fiskal.

Di sisi lain, pasar obligasi AS menunjukkan sinyal kegelisahan. Imbal hasil obligasi 30 tahun naik hingga 5,161%, tertinggi sejak Oktober 2023, sementara imbal hasil 10 tahun sempat menembus 4,6%. Namun, ancaman Trump terhadap Apple dan Uni Eropa – berupa tarif 25% untuk iPhone buatan luar negeri dan 50% untuk seluruh impor dari UE – kembali menekan yield obligasi dan memperburuk sentimen risiko global. Retorika agresif ini meningkatkan kekhawatiran terhadap perang dagang lanjutan dan mempercepat arus keluar dari aset-aset AS.

Dengan memburuknya kombinasi kondisi fiskal dan ancaman proteksionisme, investor kini mengalihkan fokus pada data ekonomi penting pekan depan, seperti notulen FOMC, inflasi PCE inti, GDP kuartal I, dan belanja konsumen, untuk petunjuk arah kebijakan suku bunga selanjutnya. Pasar akan mencari sinyal apakah The Fed akan tetap hawkish atau mulai mengakomodasi perlambatan akibat tekanan fiskal dan ketidakpastian global.

 

Kesimpulan Sentimen Dolar AS:
Negatif (Bearish): Sentimen terhadap Dolar AS memburuk akibat kombinasi tekanan fiskal, meningkatnya risiko perang dagang, dan penurunan peringkat utang, yang mendorong investor menghindari aset berbasis dolar.

Emas Melesat di Tengah Ancaman Tarif Trump dan Krisis Utang AS.

  • Emas naik 5% dalam sepekan, didorong oleh kekhawatiran utang AS dan eskalasi perang dagang Trump dengan Uni Eropa.

  • Dolar AS melemah tajam setelah DPR menyetujui RUU fiskal besar yang memperburuk prospek fiskal negara.

Harga emas melonjak hampir 2% pada hari Jumat dan mencatatkan kenaikan mingguan sebesar 5%, didorong oleh melemahnya Dolar AS dan meningkatnya ketegangan geopolitik serta kekhawatiran fiskal dalam negeri. Logam mulia ini diperdagangkan di kisaran $3.359 setelah menyentuh level terendah harian di $3.287. Ancaman tarif 50% terhadap impor Uni Eropa yang dilontarkan Presiden Donald Trump semakin meningkatkan minat investor terhadap aset safe haven seperti emas.

Di sisi fiskal, DPR AS telah meloloskan paket anggaran besar bernama “One Big Beautiful Bill” yang berpotensi menambah hampir $4 triliun ke utang nasional AS. Kebijakan ini memperparah pandangan negatif terhadap kesehatan fiskal Amerika, terutama setelah Moody’s menurunkan peringkat utang pemerintah AS. Sementara itu, pejabat The Fed masih bersikap hati-hati terhadap prospek ekonomi, menambah tekanan pada ekspektasi suku bunga.

Yield obligasi AS menurun di seluruh kurva, seiring dengan menurunnya imbal hasil surat utang 10 tahun menjadi 4,505% dan turunnya real yield ke 2,165%. Di sisi lain, Indeks Dolar AS (DXY) anjlok 0,66% ke level 99,24. Pelemahan dolar dan meningkatnya kecemasan global menjadi pendorong utama penguatan emas jelang rilis data ekonomi penting AS pekan depan, termasuk inflasi PCE dan revisi PDB.

Negatif (Bearish): Sentimen terhadap Dolar AS memburuk karena meningkatnya risiko fiskal domestik dan ketidakpastian geopolitik, diperparah oleh penurunan yield obligasi dan ekspektasi pelonggaran moneter dari The Fed.

Minyak Naik Tipis di Tengah Ketegangan Nuklir dan Ancaman Tarif Trump.

  • Harga minyak naik tipis akibat aksi short-covering dan kekhawatiran atas perundingan nuklir AS-Iran.

  • Trump ancam tarif besar atas barang EU, dan OPEC+ diperkirakan tambah pasokan mulai Juli.

Harga minyak dunia mencatat kenaikan tipis pada akhir pekan, didorong oleh aksi short-covering menjelang libur Memorial Day di Amerika Serikat. Brent ditutup menguat 0,54% di $64,78 per barel, sementara WTI AS naik 0,54% ke $61,53. Penguatan ini terjadi di tengah kekhawatiran pasar atas potensi kegagalan perundingan nuklir antara AS dan Iran di Roma, yang bisa memicu gangguan pasokan dan eskalasi ketegangan geopolitik di kawasan.

Selain faktor geopolitik, pasar juga dihadapkan pada risiko kebijakan perdagangan proteksionis setelah Presiden Donald Trump merekomendasikan tarif 50% terhadap barang-barang dari Uni Eropa. Sementara itu, investor mencermati kemungkinan OPEC+ menaikkan produksi hingga 411.000 barel per hari untuk Juli, dan laporan Reuters yang menyebutkan potensi berakhirnya pemangkasan sukarela sebesar 2,2 juta barel per hari pada Oktober.

Situasi ini membuat pasar energi bergerak hati-hati. Ketidakpastian dari sisi pasokan dan permintaan – baik akibat risiko geopolitik maupun dampak kebijakan proteksionis global – menciptakan tekanan ganda bagi pelaku pasar. Hal ini turut membayangi sentimen investor di pasar saham, yang makin sensitif terhadap risiko global.

 

Negatif – Ancaman tarif baru oleh Trump terhadap Uni Eropa dan potensi eskalasi konflik dengan Iran meningkatkan ketidakpastian global. Hal ini memperburuk sentimen risiko dan menambah tekanan terhadap indeks saham AS, terutama di sektor energi dan teknologi global yang sensitif terhadap ketegangan perdagangan dan geopolitik.

Penggerak Pasar Forex dan Komoditi Hari Ini

ECONOMIC CALENDAR
Real Time Economic Calendar provided by Investing.com.

Pada hari ini, tidak terdapat jadwal rilis data ekonomi utama dari negara manapun. Dengan demikian, aktivitas pasar diperkirakan akan berlangsung relatif tenang, tanpa adanya katalis fundamental yang signifikan untuk mendorong volatilitas harga.

Share on: