Dolar AS Menguat Tipis Menjelang Natal, Didukung Proyeksi Suku Bunga Fed.
Dolar AS naik tipis di tengah ekspektasi penurunan suku bunga Fed yang lebih lambat dibandingkan bank sentral global lainnya, didukung oleh imbal hasil obligasi yang tinggi dan proyeksi pertumbuhan ekonomi AS di bawah kepemimpinan Presiden terpilih Donald Trump.
Dengan mendekati akhir tahun, volume perdagangan tetap tipis, dan perhatian pasar terfokus pada dinamika suku bunga serta laporan ketenagakerjaan AS yang akan dirilis pada 10 Januari.
Dolar AS (USD) mencatat sedikit keuntungan pada perdagangan Selasa, dengan Indeks DXY bertahan di atas level 108,00. Pasar terlihat tenang menjelang liburan Natal, meskipun terdapat laporan bahwa pembuat kebijakan Tiongkok merencanakan penerbitan obligasi pemerintah senilai hampir 3 triliun Yuan pada tahun 2025 untuk mendorong perekonomian yang melambat. Kalender ekonomi AS hari itu cukup sepi, dengan hanya data minor seperti Indeks Aktivitas Non-Manufaktur Philadelphia Fed dan survei Indeks Manufaktur Richmond Fed yang dirilis. Namun, data manufaktur terbaru menggarisbawahi kondisi yang terus memburuk di sektor ini, menambah perhatian terhadap arah ekonomi AS.
Dolar tetap menguat di tengah ekspektasi bahwa Federal Reserve akan menurunkan suku bunga lebih lambat dibandingkan bank sentral global lainnya. Kenaikan ini juga didukung oleh proyeksi pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat di bawah kepemimpinan Presiden terpilih Donald Trump. Minggu lalu, The Fed memproyeksikan jalur pemangkasan suku bunga yang lebih terukur, yang mendorong imbal hasil obligasi AS. Imbal hasil obligasi acuan 10 tahun, misalnya, mencapai level tertinggi dalam tujuh bulan di 4,629%. Harapan bahwa struktur suku bunga AS akan tetap kompetitif memberikan dorongan tambahan bagi dolar, yang telah naik lebih dari 7% sejak akhir September.
Pada Selasa, Indeks DXY naik 0,14% menjadi 108,24, sementara euro melemah 0,15% ke $1,0389. Volume perdagangan diperkirakan tetap rendah hingga akhir tahun, dengan perhatian pasar kini berfokus pada laporan ketenagakerjaan AS yang akan dirilis pada 10 Januari. Menurut analis, dinamika suku bunga akan terus menjadi faktor utama dalam menggerakkan pasar valuta asing. Dikutip dari fxstreet.com “Struktur suku bunga antara bank sentral adalah pendorong utama pasar mata uang,” kata Joseph Trevisani, analis senior di FX Street.
Analisis Pengaruh Terhadap Dollar AS:
- Ekspektasi penurunan suku bunga Federal Reserve yang lebih lambat dibandingkan bank sentral lainnya mendukung penguatan dolar AS. Ditambah dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi yang lebih baik dan imbal hasil obligasi yang meningkat, sentimen terhadap dolar tetap optimis.
Secara keseluruhan berpengaruh terhadap harga Dollar AS menguat.
Harga Emas Menguat Tipis di Tengah Tekanan Suku Bunga Federal Reserve.
Tekanan Kebijakan Fed: Harga emas tertekan oleh ekspektasi suku bunga tinggi yang berkepanjangan, yang meningkatkan daya tarik aset berbunga seperti obligasi dibandingkan emas.
Penguatan Dolar: Dolar AS yang kuat, didukung oleh imbal hasil obligasi yang tinggi, membuat emas lebih mahal bagi pembeli asing, membatasi ruang kenaikan harga logam mulia.
Harga emas bergerak naik tipis pada Selasa, dengan harga emas spot naik 0,2% menjadi $2.616,95 per ons dan emas berjangka Februari juga naik 0,2% menjadi $2.633,89 per ons. Namun, logam kuning tetap tertekan oleh prospek kebijakan Federal Reserve yang mempertahankan suku bunga tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama. Sikap agresif Fed memberikan tekanan ke bawah pada emas, karena suku bunga yang lebih tinggi meningkatkan biaya peluang untuk menyimpan aset tanpa hasil seperti emas.
Dolar AS yang kuat semakin menekan harga emas, dengan Indeks Dolar AS naik 0,1% pada perdagangan Asia dan mendekati level tertinggi dua tahun. Penguatan dolar membuat emas lebih mahal bagi pembeli yang menggunakan mata uang lain. Ketidakpastian tentang kebijakan suku bunga, disinflasi yang lambat, dan ekspektasi kebijakan ekonomi Presiden terpilih Donald Trump turut menambah volatilitas di pasar logam mulia. Data ekonomi mendatang, termasuk Klaim Pengangguran Awal dan Nonfarm Payrolls, diharapkan memberikan arahan lebih lanjut untuk harga emas.
Secara keseluruhan, pergerakan emas tetap terbatas di kisaran $2.611 hingga $2.633, mencerminkan sentimen hati-hati pasar terhadap perubahan suku bunga AS. Imbal hasil Treasury AS yang lebih tinggi dan ekspektasi penurunan suku bunga yang lebih lambat dari perkiraan awal memperkuat tekanan pada logam kuning. Hingga prospek kebijakan moneter menjadi lebih jelas, harga emas kemungkinan tetap dalam tren yang relatif stabil.
Analisis Pengaruh Terhadap Harga Emas:
- Sikap agresif Federal Reserve yang mempertahankan suku bunga tinggi memberikan tekanan ke bawah pada harga emas (XAU/USD). Suku bunga yang lebih tinggi meningkatkan daya tarik aset berbunga seperti obligasi dibandingkan emas, yang tidak memberikan imbal hasil.
Secara keseluruhan berpengaruh harga emas melemah.
Harga Minyak Naik 1% di Tengah Prospek Pasokan yang Ketat.
Kenaikan Harga Didukung Pasokan Ketat: Prospek pasokan yang lebih ketat, terutama dengan aktivitas perdagangan yang menurun selama liburan, memberikan dukungan pada harga minyak mentah.
Stimulus Tiongkok dan Data AS Positif: Stimulus fiskal Tiongkok serta data ekonomi AS yang kuat, seperti lonjakan pesanan barang modal, turut menopang harga minyak.
Harga minyak mentah mencatat kenaikan lebih dari 1% pada Selasa, didukung oleh prospek pasokan yang sedikit mengetat menjelang liburan. Minyak Brent ditutup di $73,58 per barel, naik 1,3%, sementara WTI AS berakhir di $70,10, naik 1,2%. Aktivitas perdagangan yang menurun selama musim liburan membuat harga minyak diperkirakan tetap stabil dalam jangka pendek, menurut analis FGE.
Faktor lain yang mendukung harga termasuk rencana Tiongkok untuk menerbitkan obligasi pemerintah khusus senilai $411 miliar untuk mendukung ekonominya, serta tanda-tanda permintaan minyak yang lebih tinggi dalam beberapa bulan mendatang. Sementara itu, stok minyak mentah dan sulingan AS diperkirakan turun masing-masing sebesar 3,2 juta barel dan 2,5 juta barel, yang semakin memperkuat sentimen pasar.
Meski demikian, pasar tetap berhati-hati menghadapi data ekonomi global. Di AS, pesanan barang modal melonjak pada November, menunjukkan pijakan ekonomi yang kuat, tetapi keyakinan konsumen melemah pada Desember. Faktor-faktor ini, bersama dengan perhatian terhadap neraca minyak global untuk 2024-2025, akan menentukan pergerakan harga lebih lanjut setelah liburan.
Analisis Pengaruh Terhadap Harga Minyak:
- Kenaikan harga minyak didukung oleh ekspektasi pasokan yang lebih ketat, rencana stimulus fiskal Tiongkok, dan tanda-tanda permintaan minyak yang meningkat dalam beberapa bulan mendatang. Penurunan stok minyak mentah dan sulingan AS juga memperkuat sentimen bullish.
Secara keseluruhan berpengaruh terhadap harga minyak menguat.
Penggerak Pasar Forex dan Komoditi Hari Ini
Terdapat laporan data fundamental dari AS hari ini yaitu:
Initial Jobless Claims adalah laporan mingguan yang dirilis oleh Departemen Tenaga Kerja AS, yang mengukur jumlah orang yang mengajukan klaim pertama kali untuk tunjangan pengangguran. Data ini memberikan gambaran tentang kondisi pasar tenaga kerja, khususnya tingkat pengangguran dan kekuatan ekonomi.
Dari agenda tersebut dapat mendorong perubahan harga signifikan dan sentimen terhadap harga USD.
Pengaruh Data Terhadap Perubahan Harga.
Data Initial Jobless Claims rilis lebih tinggi dari forcast negatif/pesimis untuk USD. Sedangkan data rilis lebih rendah dari forcast positif/optimis untuk USD.
Perkiraan :
Data Initial Jobless Claims rilis lebih tinggi dari data sebelumnya.