Wall Street Melonjak di Tengah Gencatan Senjata Iran-Israel dan Sinyal Dovish dari The Fed.

Gencatan senjata Iran-Israel secara resmi dimulai, mendorong Wall Street menguat.
Jerome Powell membuka pintu pemangkasan suku bunga, menenangkan kekhawatiran pasar.
Bursa saham AS ditutup menguat pada Selasa (24/6/2025) setelah Presiden Donald Trump mengumumkan gencatan senjata antara Iran dan Israel secara resmi berlaku. S&P 500 naik 1,1%, Dow Jones menambahkan 507 poin, dan Nasdaq melonjak 1,4%, didorong meredanya ketegangan geopolitik dan komentar dari Ketua The Fed Jerome Powell yang menjaga peluang pemangkasan suku bunga tetap terbuka.
Sentimen risiko membaik setelah Trump menyatakan di media sosial bahwa “CEASEFIRE IS NOW IN EFFECT,” mengisyaratkan bahwa konflik 12 hari yang menegangkan antara Iran dan Israel telah berakhir. Meski demikian, ketegangan tetap ada karena kedua pihak saling menuduh pelanggaran, bahkan Israel mengklaim masih menyerang beberapa target strategis di Iran. Meski demikian, harga minyak langsung anjlok lebih dari 7% karena potensi disrupsi pasokan energi dianggap berkurang.
Sementara itu, dilansir dari investing, Powell menyatakan bahwa kebijakan suku bunga saat ini “berada di posisi yang baik” dan menegaskan The Fed siap untuk menunggu sebelum menyesuaikan kebijakan. Ia juga memperingatkan bahwa tarif baru kemungkinan hanya akan berdampak satu kali terhadap inflasi, bukan menciptakan tekanan yang berkepanjangan.
Kesimpulan Sentimen:
Bullish – Redanya konflik geopolitik dan sinyal dovish dari The Fed memperkuat minat risiko, mendorong saham naik dan menekan harga minyak. Sentimen pasar mengarah pada optimisme jangka pendek.
Emas Anjlok ke Bawah $3.315 di Tengah Gencatan Senjata dan Sinyal Hawkish dari Powell.

Harga emas jatuh karena meredanya konflik Iran-Israel dan sikap hawkish The Fed.
Pelemahan dolar AS dan imbal hasil obligasi gagal menopang permintaan safe haven.
Harga emas (XAU/USD) merosot lebih dari 1,50% pada Selasa (24 Juni 2025), menembus ke bawah $3.315 seiring meredanya ketegangan geopolitik Iran-Israel dan pernyataan hawkish dari Ketua Federal Reserve Jerome Powell. Dilansir dari investing, dalam testimoninya di hadapan DPR AS, Powell menegaskan bahwa suku bunga masih berada pada level yang “moderat ketat” dan belum saatnya untuk pemangkasan, meskipun ia tetap membuka peluang pemotongan jika tekanan inflasi mereda.
Kondisi pasar mencerminkan pergeseran dari aset safe haven ke aset berisiko, setelah Presiden Donald Trump mengumumkan bahwa kedua pihak sepakat untuk menghentikan konflik dan menyatakan keberhasilan AS menghancurkan fasilitas nuklir Iran. Tiga indeks saham utama AS naik lebih dari 1%, sementara imbal hasil obligasi AS 10 tahun turun ke 4,30% dan Dolar AS melemah 0,56% ke 97.79, namun ini gagal menopang harga emas.
Di sisi data ekonomi, kepercayaan konsumen AS turun ke 93,0 dari 98,0, menunjukkan kekhawatiran terhadap prospek ekonomi. Sementara itu, pejabat Fed lainnya menunjukkan sikap hati-hati terkait pemangkasan suku bunga. Fokus investor kini tertuju pada pidato lanjutan Powell di Senat, serta data ekonomi utama seperti Durable Goods, GDP, dan klaim pengangguran.
Kesimpulan Sentimen:
Bearish karena minimnya risiko geopolitik dan prospek suku bunga yang tetap tinggi menekan harga emas secara signifikan, mengindikasikan tekanan turun dalam jangka pendek.
Minyak AS Merosot ke Level Terendah Juni, Meski Data API Tunjukkan Penurunan Stok Tajam.

Harga WTI anjlok 6% ke level $64.37, meskipun API melaporkan penurunan stok 4,3 juta barel.
Pasar menghapus premi risiko konflik Israel-Iran, sementara pasokan global diprediksi meningkat.
Harga minyak mentah AS (WTI) ditutup melemah 6% ke $64.37 per barel pada Selasa (24 Juni 2025), penurunan dua minggu terendah, seiring pasar menghapus premi risiko perang setelah tercapainya gencatan senjata antara Israel dan Iran. Meski begitu, harga sempat naik tipis di sesi larut malam ke $65.03 setelah data dari American Petroleum Institute (API) menunjukkan penurunan stok minyak AS sebesar 4,3 juta barel, jauh lebih besar dari ekspektasi 600.000 barel.
Penurunan harga terjadi meskipun ancaman terhadap aliran minyak di Selat Hormuz belum sepenuhnya hilang. Presiden Trump menuduh kedua belah pihak melanggar kesepakatan damai hanya beberapa jam setelah diumumkan, menciptakan ketidakpastian terhadap kelangsungan gencatan senjata. Namun, pasar tetap fokus pada potensi surplus pasokan global dengan peningkatan produksi dari Kazakhstan, Guyana, dan langkah China melanjutkan impor minyak dari Iran.
Data tambahan menunjukkan stok bensin naik 764.000 barel, sementara stok distilat turun 1 juta barel. Sementara itu, kepercayaan konsumen AS menurun tajam dan Fed memperkirakan pertumbuhan ekonomi melambat akibat tarif baru. Ini memicu keraguan atas prospek pemangkasan suku bunga dalam waktu dekat, turut membebani harga minyak yang sensitif terhadap ekspektasi pertumbuhan permintaan.
Kesimpulan Sentimen:
Sentimen terhadap harga minyak tetap bearish, dipengaruhi meredanya tensi geopolitik dan ekspektasi peningkatan pasokan global, meski stok AS menurun tajam minggu lalu.
Penggerak Pasar Forex dan Komoditi Hari Ini
Pengaruh Data Terhadap Perubahan Harga.
Prediksi USD:
Ketua Fed Powell: Isi keterangan Ketua Fed akan menjadi penggerak pasar utama. Perlu dipantau.
New Home Sales: Perkiraan penurunan dari 743K menjadi 694K, berpotensi menekan USD (⬇️).
Crude Oil Inventories: Perkiraan peningkatan -0.600M dari -11.473M, Berpotensi Naik