Wall Street Bergejolak, Fed & Trump Jadi Biang Ketidakpastian.

- Trump kembali berubah sikap soal tarif, menambah ketidakpastian pasar.
- Fed sinyalkan pemangkasan suku bunga, tetapi proyeksi inflasi tetap tinggi.
Indeks Dow Jones Industrial Average ditutup mendatar di level 42.000 pada Jumat, setelah sesi perdagangan yang volatil. Pasar saham AS goyah di tengah ketidakpastian kebijakan tarif dari Presiden Donald Trump dan masa kadaluarsa opsi senilai lebih dari $4,7 triliun yang memicu lonjakan transaksi. Trump kembali mengubah sikap soal tarif timbal balik yang dijadwalkan berlaku 2 April, dengan menyatakan adanya “fleksibilitas” dalam penerapannya, membuat investor bingung terhadap arah kebijakan perdagangan.
Sementara itu, Federal Reserve mempertahankan suku bunga tidak berubah, namun memberi sinyal beragam. Fed tetap memperkirakan pemangkasan suku bunga sebesar 50 basis poin hingga akhir tahun ini, tetapi juga menaikkan proyeksi inflasi di atas target 2% dan memangkas prospek pertumbuhan ekonomi 2025. Kondisi ini memicu spekulasi pasar, antara ekspektasi pelonggaran moneter versus kekhawatiran inflasi tinggi yang membebani ekonomi.
Dari sisi eksternal, keputusan Uni Eropa untuk menunda tarif balasan terhadap ekspor AS turut mengurangi ketegangan dagang global. Hal ini memberi ruang bagi negosiasi antara Brussels dan Washington, namun sentimen pasar tetap rentan. Investor harus bersiap menghadapi minggu penuh volatilitas, di tengah ketidakpastian arah kebijakan Fed dan Trump.
Analisis Pengaruh Terhadap Indeks Saham AS:
Volatilitas Tinggi DJIA & Opsi Kadaluarsa Besar: Dow Jones Industrial Average mengalami peningkatan volatilitas, ditutup mendekati level 42.000. Salah satu penyebabnya adalah kedaluwarsanya opsi saham, indeks, dan berjangka senilai lebih dari $4,7 triliun pada hari Jumat, yang dikenal sebagai “empat jam penuh keajaiban.”
Ketidakpastian Tarif Trump: Presiden Donald Trump kembali membuat kebijakan tarif menjadi tidak pasti dengan menyatakan adanya “fleksibilitas” pada tarif timbal balik yang direncanakan berlaku 2 April. Ini sudah keenam kalinya Trump mengubah sikap soal tarif dalam kurang dari sepuluh minggu.
- Sikap The Fed Tegas Namun Campur Aduk: Federal Reserve mempertahankan suku bunga tetap dan masih memproyeksikan penurunan suku bunga sebesar 50 basis poin tahun ini. Namun, mereka juga menaikkan proyeksi inflasi dan memangkas prospek pertumbuhan ekonomi untuk tahun 2025, memberikan sinyal yang beragam bagi pasar.
Secara keseluruhan berpengaruh terhadap harga indeks saham AS melemah
Emas Tersungkur, Dolar AS Menguat di Tengah Ketidakpastian Fed dan Geopolitik.

- Dolar AS menguat, menekan harga emas meski ketegangan geopolitik meningkat.
- The Fed tetap mempertahankan suku bunga tinggi, proyeksi pemangkasan baru diundur ke 2025.
Harga emas turun dua hari beruntun, tertekan aksi ambil untung dan penguatan Dolar AS. XAU/USD diperdagangkan di $3.019, turun 0,81%, meski tetap berpeluang mencatat kenaikan mingguan. Minimnya katalis baru membuat pasar fokus pada penguatan Greenback, didorong kebijakan perdagangan Presiden Trump dan ketidakpastian global.
Indeks Dolar AS (DXY) naik ke 104,05, sementara imbal hasil obligasi AS 10 tahun meningkat menjadi 4,246%, menekan harga emas lebih jauh. Pejabat Federal Reserve menegaskan suku bunga tetap tinggi dan belum ada urgensi untuk memangkas, dengan proyeksi dua pemotongan baru pada 2025. Proyeksi pertumbuhan ekonomi juga direvisi lebih rendah, memperkuat sentimen defensif pasar.
Di sisi geopolitik, eskalasi konflik Gaza setelah Israel melancarkan serangan baru belum mampu mengangkat harga emas. Pasar lebih condong pada Dolar AS sebagai aset lindung nilai, mengabaikan ketegangan global demi mencari kejelasan arah kebijakan Fed ke depan.
Analisis Pengaruh Terhadap Harga Emas:
-
Harga emas turun dua hari berturut-turut: XAU/USD melemah ke $3.019 (-0,81%) akibat penguatan Dolar AS dan aksi ambil untung menjelang akhir pekan, meski tetap berpotensi menutup minggu ini di zona hijau.
-
Dolar AS menguat di tengah minimnya katalis: Indeks Dolar AS (DXY) naik ke 104,05 (+0,24%) didukung ketidakpastian geopolitik dan fokus pasar pada kebijakan perdagangan Presiden Trump, sementara komentar pejabat The Fed tidak banyak mempengaruhi pasar emas.
-
The Fed mempertahankan sikap ketat & tidak buru-buru pangkas suku bunga: Komentar pejabat Fed menunjukkan kenyamanan dengan suku bunga tinggi saat ini, sambil mengantisipasi dua kali pemangkasan suku bunga pada 2025 dan merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi AS lebih rendah.
Secara keseluruhan berpengaruh harga emas menguat.
Harga Minyak Naik, Sanksi AS & OPEC+ Picu Ketatnya Pasokan.

- Sanksi baru AS terhadap Iran dan kilang Tiongkok meningkatkan ekspektasi pengetatan pasokan minyak global.
- OPEC+ berkomitmen memangkas produksi tambahan hingga Juni 2026 untuk menstabilkan pasar.
Harga minyak dunia menguat untuk minggu kedua berturut-turut, didorong oleh sanksi baru AS terhadap Iran dan kebijakan produksi ketat dari OPEC+. Brent naik 2,1% menjadi $72,16 per barel, sementara WTI menguat 1,6% ke $68,28. Sanksi Washington kali ini menargetkan kilang minyak independen Tiongkok, pembeli utama minyak Iran, meningkatkan kekhawatiran pasar akan gangguan pasokan global.
Di sisi lain, OPEC+ mengumumkan rencana pemangkasan produksi tambahan antara 189.000 hingga 435.000 barel per hari hingga pertengahan 2026. Langkah ini bertujuan mengatasi produksi berlebih dari anggota seperti Kazakhstan dan Rusia. Namun, pasar masih menunggu bukti kepatuhan penuh dari anggota-anggota tersebut untuk menjaga stabilitas harga.
Meski produksi minyak AS tetap solid dengan peningkatan rig menjadi 593 unit, tren tahunan menunjukkan penurunan akibat harga energi yang rendah. Namun, Badan Informasi Energi AS (EIA) memproyeksikan output minyak mentah tetap mencetak rekor hingga 13,6 juta barel per hari pada 2025, menjaga keseimbangan pasar di tengah ketidakpastian geopolitik.
Analisis Pengaruh Terhadap Harga Minyak:
Ekspektasi Pasokan Ketat: Sanksi baru AS terhadap Iran, khususnya yang menargetkan kilang minyak independen Tiongkok, memicu kekhawatiran gangguan pasokan minyak dari Iran ke pasar global. OPEC+ berencana memangkas produksi tambahan secara bertahap hingga 2026, memperketat pasokan minyak dunia.
Produksi AS Masih Tinggi: Meskipun jumlah rig minyak dan gas AS naik tipis, secara tahunan jumlah rig masih lebih rendah, namun EIA memperkirakan produksi minyak mentah AS tetap mencetak rekor hingga 2025. Hal ini menahan potensi kenaikan harga minyak karena pasokan dari AS tetap kuat.
Secara keseluruhan berpengaruh terhadap harga minyak menguat.
Penggerak Pasar Forex dan Komoditi Hari Ini
Terdapat laporan data fundamental dari AS hari ini yaitu:
1. S&P Global Manufacturing PMI adalah indeks yang mengukur aktivitas bisnis di sektor manufaktur (pabrik, produksi).
2. S&P Global Services PMI adalah indeks yang mengukur aktivitas bisnis di sektor jasa (seperti keuangan, transportasi, perdagangan).
Dari agenda tersebut dapat mendorong perubahan harga signifikan dan sentimen terhadap harga USD.
Pengaruh Data Terhadap Perubahan Harga.
Data S&P Global Manufacturing PMI rilis lebih tinggi dari forecast positif/optimis untuk USD. Sedangkan data rilis lebih rendah dari forecast negatif/pesimis untuk USD.
Data S&P Global Services PMI rilis lebih tinggi dari forecast positif/optimis untuk USD. Sedangkan data rilis lebih rendah dari forecast negatif/pesimis untuk USD.
Perkiraan :
S&P Global Manufacturing PMI (Mar) rilis lebih tinggi dari data sebelumnya
S&P Global Services PMI rilis lebih tinggi dari data sebelumnya.