Dolar AS Melonjak di Tengah Keistimewaan Ekonomi dan Ekspektasi Kenaikan Suku Bunga.

  • Dolar AS melonjak melampaui kisaran pasca-2022, didorong oleh ekonomi AS yang kuat, kesenjangan suku bunga yang melebar, dan tarif tinggi. Capital Economics memperkirakan penguatan lebih lanjut tahun depan, meskipun risiko pemulihan global tetap ada.

  • Indeks harga PCE menunjukkan inflasi tetap di atas target Fed, mendorong sikap hati-hati dalam penyesuaian kebijakan. Fed mengindikasikan perlunya stabilitas inflasi sebelum mempertimbangkan pemangkasan suku bunga lebih lanjut.

Dolar AS terus menunjukkan penguatan, menembus kisaran pasca-2022, didukung oleh ekonomi domestik yang solid, kesenjangan suku bunga yang melebar, dan kebijakan tarif yang lebih tinggi. Menurut catatan terbaru Capital Economics, tren ini diperkirakan berlanjut tahun depan seiring AS mempertahankan keunggulannya atas ekonomi G10 lainnya. Meski demikian, potensi pemulihan ekonomi global menjadi salah satu risiko utama terhadap prospek bullish dolar, mengingat pola yang serupa pernah terjadi pada 2016, yang berujung pada pelemahan indeks dolar (DXY) sebesar 10%.

Selain itu, data ekonomi AS yang lebih lambat dari ekspektasi juga menjadi perhatian. Indeks harga PCE, yang menjadi acuan inflasi utama bagi Federal Reserve, hanya naik 0,1% pada November, lebih rendah dibandingkan 0,2% bulan sebelumnya. Tingkat inflasi tahunan sebesar 2,4% masih di atas target Fed, menunjukkan tekanan harga tetap kuat. Meski demikian, Fed mengisyaratkan kehati-hatian dalam menyesuaikan kebijakan moneter, menunggu bukti lebih lanjut mengenai stabilitas inflasi sebelum mempertimbangkan pelonggaran suku bunga.

Sementara itu, pasar saham AS mencatat kenaikan awal pekan ini, dengan Nasdaq memimpin penguatan berkat reli sektor teknologi. Pada Senin sore, Dow Jones Industrial Average naik 0,2%, S&P 500 meningkat 0,7%, dan Nasdaq menguat 1%. Bursa Efek New York akan tutup lebih awal pada malam Natal, dan seluruh pasar libur pada Hari Natal. Fokus pasar tetap tertuju pada langkah kebijakan Fed berikutnya, terutama di tengah ketidakpastian terkait kebijakan fiskal dan dampaknya pada prospek ekonomi jangka panjang.

Analisis Pengaruh Terhadap Dollar AS:

  • Keunggulan Ekonomi AS: Data ekonomi AS yang kuat, seperti inflasi yang tetap tinggi (PCE tahunan 2,4%) dan pasar tenaga kerja yang kokoh, mendukung penguatan dolar.
  • Kesenjangan Suku Bunga: Federal Reserve menunjukkan pendekatan hati-hati terhadap penyesuaian kebijakan, sementara bank sentral lain cenderung lebih dovish, memperlebar kesenjangan suku bunga yang mendukung dolar.
  • Daya Tarik Safe Haven: Ketidakpastian global dan risiko perlambatan ekonomi di kawasan lain, seperti Eropa dan Asia, meningkatkan daya tarik dolar sebagai aset safe haven.

Secara keseluruhan berpengaruh terhadap harga Dollar AS menguat.

Analisis Pengaruh Terhadap Indeks Saham AS:

  • Data Ekonomi AS yang Solid: Inflasi yang melambat (PCE +0,1%) dan kekuatan pasar tenaga kerja menciptakan optimisme bagi investor.
  • Penguatan Sektor Teknologi: Nasdaq dan S&P 500 menguat, dipimpin oleh reli saham semikonduktor, menunjukkan sentimen bullish di sektor pertumbuhan.
  • Ekspektasi Kebijakan Fed Stabil: Federal Reserve memberikan sinyal hati-hati terhadap penyesuaian suku bunga, yang dapat memberikan waktu lebih bagi pasar untuk menyesuaikan.

Secara keseluruhan berpengaruh terhadap harga indeks saham AS menguat.

Harga Emas Mencoba Bangkit di Tengah Dukungan Aset Safe Haven dan Risiko Geopolitik.

  • Harga emas mencoba naik selama tiga hari berturut-turut, didukung oleh arus masuk aset safe haven akibat risiko geopolitik dan kekhawatiran perang dagang, meskipun sentimen pasar risk-on membatasi penguatannya.

  • Kebijakan agresif Fed mendorong imbal hasil Treasury AS dan memperkuat Dolar, menekan daya tarik emas sebagai aset tanpa imbal hasil.

Harga emas (XAU/USD) terus pulih dari level terendah satu bulan yang dicapai pekan lalu, mencatat kenaikan selama tiga hari berturut-turut di awal minggu ini. Komoditas ini tetap dalam bias positif sepanjang sesi Eropa awal, didukung oleh arus masuk ke aset safe haven yang dipicu oleh risiko geopolitik dan kekhawatiran perang dagang. Namun, sentimen pasar yang cenderung risk-on membatasi ruang penguatan lebih lanjut untuk logam mulia.

Di sisi lain, kebijakan agresif Federal Reserve (Fed) mendorong imbal hasil obligasi Treasury AS lebih tinggi, sekaligus memperkuat permintaan Dolar AS. Kondisi ini menekan daya tarik emas sebagai aset tanpa imbal hasil. Meski tren pemulihan masih terlihat, pelaku pasar berhati-hati dan menunggu konfirmasi pembelian lebih kuat sebelum memproyeksikan kenaikan harga yang berkelanjutan.

Fokus pasar kini beralih ke data Indeks Kepercayaan Konsumen dari Conference Board untuk katalis tambahan. Hasil laporan tersebut berpotensi memberikan panduan baru terhadap arah pergerakan emas, terutama di tengah dinamika antara ketegangan geopolitik dan kebijakan moneter AS.

Analisis Pengaruh Terhadap Harga Emas:

  • Arus Safe Haven: Ketegangan geopolitik dan kekhawatiran perang dagang meningkatkan permintaan emas sebagai aset perlindungan.
  • Pemulihan dari Level Rendah: Emas menunjukkan pemulihan bertahap selama tiga hari berturut-turut, mencerminkan minat beli yang tetap ada.
  • Penguatan Dolar AS: Kebijakan agresif Federal Reserve dan kenaikan imbal hasil Treasury AS mendukung dolar, mengurangi daya tarik emas.

Secara keseluruhan berpengaruh harga emas beragam.

Harga Minyak Melemah di Tengah Kekhawatiran Surplus dan Penguatan Dolar.

  • Harga minyak turun tipis akibat kekhawatiran surplus pasokan tahun depan dan penguatan dolar AS, yang membuat minyak lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya.

  • Penurunan mingguan Brent (-2,1%) dan WTI (-2,6%) dipicu oleh prospek permintaan global yang melemah, sinyal kehati-hatian dari Fed, dan ancaman tarif energi oleh Donald Trump terhadap Uni Eropa.

Harga minyak mencatat penurunan tipis pada Senin di tengah perdagangan yang lesu menjelang libur Natal. Minyak mentah Brent turun 0,43% menjadi $72,63 per barel, sementara WTI turun 0,32% menjadi $69,24 per barel. Tekanan utama datang dari kekhawatiran surplus pasokan tahun depan, dengan analis Macquarie memperkirakan harga rata-rata Brent tahun 2024 turun menjadi $70,50 per barel, dibandingkan $79,64 pada tahun ini.

Selain itu, penguatan dolar AS, yang mencapai level tertinggi dua tahun pada Jumat lalu, menambah tekanan pada harga minyak. Dolar yang lebih kuat membuat minyak lebih mahal bagi pemegang mata uang lain, sehingga mengurangi permintaan. “Dengan dolar AS berubah dari melemah menjadi menguat, harga minyak kehilangan sebagian keuntungannya,” ujar Giovanni Staunovo, analis UBS. Kekhawatiran pasokan Eropa mereda setelah jaringan pipa Druzhba kembali beroperasi pasca-gangguan teknis, tetapi sentimen tetap tertekan oleh prospek permintaan global yang lemah.

Harga minyak mentah Brent dan WTI masing-masing turun 2,1% dan 2,6% minggu lalu, dipengaruhi kekhawatiran pertumbuhan ekonomi global setelah sinyal kehati-hatian dari Federal Reserve. Tekanan tambahan muncul dari laporan Sinopec yang memproyeksikan konsumsi minyak China akan mencapai puncaknya pada 2027, serta ancaman Presiden terpilih AS Donald Trump terhadap Uni Eropa terkait tarif energi dan kontrol atas Terusan Panama, yang memicu ketidakpastian lebih lanjut.

Analisis Pengaruh Terhadap Harga Minyak:

  • Kekhawatiran Surplus Pasokan: Analis memperkirakan surplus pasokan meningkat pada 2024, dengan proyeksi harga Brent rata-rata turun menjadi $70,50 per barel.
  • Penguatan Dolar AS: Dolar yang lebih kuat membuat minyak lebih mahal bagi pemegang mata uang lain, menekan permintaan global.
  • Prospek Permintaan yang Lemah: Proyeksi konsumsi minyak China mencapai puncaknya pada 2027 dan sinyal perlambatan ekonomi global membebani harga.

Secara keseluruhan berpengaruh terhadap harga minyak melemah.

Penggerak Pasar Forex dan Komoditi Hari Ini

ECONOMIC CALENDAR
Real Time Economic Calendar provided by Investing.com.

Terdapat laporan data fundamental dari AS hari ini yaitu: 

  • Durable Goods Orders (MoM) (Nov) adalah laporan ekonomi yang mencatat perubahan jumlah pesanan barang tahan lama (durable goods) di bulan November dibandingkan dengan bulan sebelumnya (Month-on-Month / MoM)
  • New Home Sales (Nov) adalah laporan ekonomi yang mencatat jumlah penjualan rumah baru di bulan November. Laporan ini memberikan gambaran tentang kesehatan pasar perumahan, yang merupakan sektor penting dalam ekonomi.

Dari agenda tersebut dapat mendorong perubahan harga signifikan dan sentimen terhadap harga USD.

Pengaruh Data Terhadap Perubahan Harga.

Data Durable Goods Orders (MoM) (Nov) rilis lebih tinggi dari forcast positif/optimis untuk GBP. Sedangkan data rilis lebih rendah dari forcast negatif/pesimis untuk GBP.

Data New Home Sales (Nov) rilis lebih tinggi dari forcast positif/optimis untuk USD. Sedangkan data rilis lebih rendah dari forcast negatif/pesimis untuk USD.

Perkiraan :

Data Durable Goods Orders (MoM) (Nov) lebih rendah dari data sebelumnya.

Data New Home Sales (Nov) lebih tinggi dari data sebelumnya. 

Share on: