S&P 500 Ditutup Melemah Tertekan Kenaikan Imbal Hasil Treasury, Saham Teknologi Menahan Kerugian Lebih Lanjut.

- Imbal hasil Treasury naik setelah pejabat The Fed menyarankan perlunya penurunan suku bunga yang lebih bertahap.
- Dolar AS menguat didukung oleh data ekonomi yang kuat dan peningkatan imbal hasil obligasi AS.
Indeks S&P 500 berakhir melemah pada hari Senin akibat kenaikan imbal hasil Treasury, di tengah komentar dari para pejabat Federal Reserve yang terus mendukung perlunya laju penurunan suku bunga yang lebih bertahap. Namun, saham teknologi yang dipimpin oleh Nvidia berhasil menahan kerugian pasar secara keseluruhan.
Pada penutupan pukul 4:00 sore waktu ET (2000 GMT), Dow Jones Industrial Average turun 344 poin atau 0,8%, S&P 500 melemah 0,2%, sementara NASDAQ Composite naik 0,3%.
Imbal hasil Treasury meningkat seiring pernyataan pejabat The Fed yang berhati-hati terhadap penurunan suku bunga yang agresif. Imbal hasil Treasury bertenor 2 tahun, yang sensitif terhadap kebijakan Fed, naik 7 basis poin menjadi 4,025%, dan imbal hasil 10 tahun menembus di atas 4%, mencerminkan meningkatnya kehati-hatian investor terhadap jalur penurunan suku bunga di masa depan.
Kenaikan imbal hasil terjadi di tengah komentar para pejabat The Fed yang menekankan perlunya laju penurunan suku bunga yang lebih lambat. “Saat ini, saya mengantisipasi penurunan yang moderat dalam beberapa kuartal ke depan,” kata Presiden The Fed Minneapolis Neel Kashkari. Dolar AS menguat pada hari Senin, didukung oleh peningkatan imbal hasil obligasi AS dan serangkaian data ekonomi yang kuat, menunjukkan bahwa Fed dapat lebih bersabar dalam menyesuaikan suku bunga. Investor juga mulai bersiap menghadapi pemilihan presiden pada 5 November mendatang.
Dolar AS telah menguat selama tiga minggu berturut-turut, naik dalam 14 dari 16 sesi perdagangan terakhir, karena laporan ekonomi yang positif telah mengurangi ekspektasi terkait ukuran dan kecepatan penurunan suku bunga oleh The Fed.
Menurut alat FedWatch dari CME, pasar saat ini memperkirakan 87% kemungkinan terjadinya penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin pada pertemuan The Fed di bulan November, dengan 13% kemungkinan suku bunga tetap tidak berubah. Sebulan yang lalu, pasar sepenuhnya memperkirakan setidaknya penurunan 25 basis poin, dengan peluang 50,4% untuk penurunan 50 basis poin.
Dikutip dari investing.com “Ini lebih terkait dengan pasar yang menyesuaikan kembali untuk sejalan dengan pandangan The Fed,” kata Marc Chandler, kepala strategi pasar di Bannockburn Global Forex, New York. “Data ekonomi cukup kuat dan angka PDB minggu depan akan semakin mengkonfirmasinya.”
Imbal hasil Treasury AS 10 tahun melonjak 10,5 basis poin menjadi 4,18% setelah mencapai level tertinggi dalam tiga bulan di 4,186%.
Pekan lalu, The Fed Atlanta menaikkan perkiraan pertumbuhan PDB kuartal ketiga menjadi 3,4%.
Dilansir dari investing.com Presiden The Fed Dallas Lorie Logan menyatakan pada hari Senin bahwa ia memperkirakan penurunan suku bunga yang bertahap ke depan dan tidak melihat adanya hambatan bagi The Fed untuk melanjutkan pengurangan neraca. Selain itu, Presiden The Fed Minneapolis Neel Kashkari kembali menyatakan harapan untuk penurunan suku bunga yang “moderat” dalam beberapa kuartal ke depan, meskipun penurunan tajam di pasar tenaga kerja dapat mendorong penurunan yang lebih cepat.
Indeks dolar, yang mengukur nilai dolar AS terhadap sekeranjang mata uang utama, naik 0,53% menjadi 104,01, mencatatkan kenaikan persentase harian terbesar sejak 4 Oktober. Euro melemah 0,5% ke $1,0811, sementara pound Inggris turun 0,54% ke $1,2977.
Pengaruh fundamental cenderung menguatkan harga Dollar AS.
Pengaruh fundamental cenderung melemahkan harga indeks saham AS.
Harga Emas Mencapai Rekor Baru, Namun Tertekan Kenaikan Imbal Hasil dan Penguatan Dolar AS.

- Ketegangan geopolitik dan ketidakpastian pemilu AS mendorong permintaan emas sebagai aset safe haven.
- Imbal hasil Treasury yang meningkat dan penguatan dolar membatasi kenaikan harga emas.
Harga emas mencapai rekor tertinggi baru selama sesi perdagangan Amerika Utara pada hari Senin, namun kenaikan tersebut tertahan oleh lonjakan imbal hasil obligasi Treasury AS dan penguatan dolar AS. Ketidakpastian seputar pemilihan presiden AS dan ketegangan di Timur Tengah telah meningkatkan permintaan aset safe haven selama lima hari terakhir. Saat ini, XAU/USD diperdagangkan di level $2.718, sedikit melemah 0,09%.
Pasar semakin berhati-hati di tengah persaingan ketat dalam pemilihan presiden AS. Menurut laporan Reuters, Wakil Presiden Kamala Harris unggul tipis dengan 45% suara dibandingkan mantan Presiden Donald Trump yang mendapatkan 42%. Meskipun demikian, hasil pemilu akan ditentukan oleh perolehan suara di Electoral College pada negara-negara bagian kunci. “Harris dan Trump bersaing ketat di negara-negara bagian medan pertempuran, dengan banyak hasil yang masih berada dalam margin kesalahan,” ungkap Reuters.
Imbal hasil Treasury AS mengalami lonjakan lebih dari sepuluh basis poin, dengan imbal hasil obligasi 10 tahun mencapai 4,192%. Kenaikan ini berdampak pada Indeks Dolar AS (DXY), yang naik 0,50% dan mencapai puncak dua bulan di 104,01.
Ketegangan di Timur Tengah terus memanas. Israel melaporkan serangan proyektil dari Lebanon yang menghantam wilayah tengah negara tersebut, sementara utusan Iran untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa menyebut pernyataan Presiden Joe Biden di Berlin terkait rencana Israel sebagai tindakan “provokatif.”
Dari sisi kebijakan moneter, pejabat Federal Reserve turut berkomentar. Presiden Fed Dallas, Lorie Logan, menyoroti perlunya pendekatan kebijakan yang fleksibel, yang menunjukkan bahwa penurunan suku bunga akan dilakukan secara bertahap.
Dilansir dari fxstreet,com Presiden Fed Minneapolis, Neel Kashkari, menyampaikan pandangan serupa, memperkirakan penurunan suku bunga yang moderat dalam beberapa kuartal mendatang. Ia menambahkan, jika terjadi pelemahan signifikan di pasar tenaga kerja, pemangkasan suku bunga dapat berlangsung lebih cepat. Kashkari menegaskan bahwa The Fed “pasti” ingin menghindari resesi.
Namun demikian, pasar memperkirakan kemungkinan sebesar 87% bahwa The Fed akan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin pada pertemuan November mendatang, berdasarkan data dari CME FedWatch Tool.
Pengaruh fundamental cenderung melemahkan harga emas.

- Produksi minyak yang meningkat di AS.
- Kekhawatiran permintaan global.
Harga minyak naik hampir 2% pada hari Senin, pulih sebagian setelah penurunan lebih dari 7% minggu lalu, didorong oleh kekhawatiran terkait konflik Timur Tengah dan potensi balasan Israel terhadap Iran yang dapat mengganggu pasokan. Harga minyak mentah Brent naik menjadi $74,29 per barel, sementara WTI meningkat menjadi $70,56 per barel.
Ketegangan geopolitik terus berlanjut dengan operasi militer Israel di Gaza dan serangan ke lokasi Hizbullah di Lebanon, sementara upaya diplomatik dilakukan untuk mencapai gencatan senjata. Di sisi lain, Tiongkok menurunkan suku bunga pinjaman untuk menstimulasi ekonomi yang pertumbuhannya melambat, menambah kekhawatiran terhadap permintaan minyak global.
Meskipun permintaan minyak Tiongkok diperkirakan akan tetap lemah hingga 2025, CEO Saudi Aramco tetap optimis dengan adanya kebijakan stimulus. Penurunan suku bunga yang diharapkan di AS juga dapat memacu permintaan, meskipun produksi minyak mingguan di AS meningkat ke rekor 13,5 juta barel per hari.
Pengaruh fundamental cenderung menguatkan harga minyak mentah.
Penggerak Pasar Forex dan Komoditi Hari Ini
Tidak ada rilis data ekonomi hari ini sebagai pendorong harga dari sisi fundamental analisis dan perubahan sentimen pasar.
Diperkirakan pergerakan besar atau pergerakan market yang signifikan dapat terjadi di sesi pembukaan pasar Eropa dan Amerika.