Dolar Melemah, Trump Dorong RUU Pajak Jumbo di Tengah Ketidakpastian Ekonomi.

  • UBS perkirakan pelemahan dolar berlanjut hingga 2026 akibat perlambatan ekonomi dan kebijakan fiskal AS yang tidak pasti.

  • RUU pajak Trump berisiko menambah utang besar, memicu tekanan pada pasar obligasi dan menekan daya tarik dolar AS.

Dolar AS terus tertekan di tengah kekhawatiran perlambatan ekonomi dan ketidakpastian kebijakan fiskal. Dilansir dari investing.com, UBS memperkirakan tren pelemahan dolar akan berlanjut hingga 2026, seiring ekspektasi penurunan suku bunga The Fed dan berkurangnya daya tarik aset dolar. Indeks Dolar turun ke 99,595—lebih dari 8% lebih rendah sepanjang 2025—sementara EUR/USD naik lebih dari 9% tahun ini, didorong oleh optimisme pertumbuhan zona euro.

Pemerintahan Trump mendorong pengesahan RUU “One Big Beautiful Bill Act” yang mencakup pemotongan pajak besar-besaran dan potensi penambahan utang federal hingga $5 triliun dalam 10 tahun. Meski bertujuan mendorong pertumbuhan, pengurangan belanja federal yang diperlukan berpotensi memperlambat investasi dan aktivitas ekonomi dalam jangka pendek. Penurunan peringkat utang AS oleh Moody’s semakin memperparah sentimen investor terhadap dolar dan obligasi pemerintah.

Sementara itu, Eropa menunjukkan sinyal kebangkitan ekonomi. Kebijakan fiskal Jerman yang lebih ekspansif dan peningkatan belanja pertahanan mendukung prospek pertumbuhan zona euro lebih dari 1% tahun ini. Dengan suku bunga yang diperkirakan stabil di 1,75%, kombinasi ini menciptakan dasar bagi penguatan euro terhadap dolar dalam beberapa kuartal ke depan.

Analisis Pengaruh Terhadap Indeks Saham AS:

  • Dolar AS Tertekan oleh Prospek Pertumbuhan Lemah & Ketidakpastian Kebijakan: UBS memproyeksikan pelemahan lanjutan dolar AS hingga 2026 karena kombinasi perlambatan ekonomi dan ketidakpastian fiskal/moneter. Indeks Dolar turun 0,4% ke 99,595, lebih dari 8% turun sejak awal 2025, mencerminkan tren pelemahan struktural.

  • Kebijakan Trump Diperkirakan Timbulkan Risiko Jangka Pendek: Pemerintahan Trump berjanji memangkas pengeluaran dan menggantinya dengan pemotongan pajak, yang dapat menimbulkan rasa sakit jangka pendek sebelum manfaat jangka panjang terasa. RUU anggaran “One Big Beautiful Bill Act” diperkirakan menambah utang $3T–$5T dalam 10 tahun, memperparah tekanan fiskal setelah penurunan peringkat kredit oleh Moody’s.

  • Eropa Bersiap Tumbuh Lebih Stabil Seiring Pergeseran Kebijakan: Jerman mencabut pembatasan utang (debt brake), memicu ekspansi fiskal terbesar sejak reunifikasi. Eurozone diperkirakan tumbuh >1% dengan stimulus fiskal, sementara suku bunga kemungkinan distabilkan di 1,75%.

Secara keseluruhan berpengaruh terhadap harga dollar AS melemah.

Emas Melejit ke Atas $3.300, Ketegangan Timur Tengah dan RUU Pajak Trump Jadi Pemicu.

  • Harga emas menguat ke atas $3.300 di tengah ketegangan Timur Tengah dan ketidakpastian fiskal AS.

  • Moody’s menurunkan peringkat kredit AS, melemahkan dolar dan menopang permintaan aset lindung nilai.

Harga emas melonjak lebih dari 0,50% ke $3.307 per troy ounce, terdorong oleh kekhawatiran pasar terhadap pemungutan suara RUU pemotongan pajak AS yang kontroversial dan meningkatnya ketegangan geopolitik di Timur Tengah. Sebelumnya, XAU/USD sempat menyentuh level terendah harian di $3.285 sebelum berbalik naik, mencerminkan meningkatnya permintaan terhadap aset safe haven.

Sentimen pasar secara keseluruhan tetap negatif. Indeks saham utama AS mencatat penurunan, imbal hasil obligasi AS naik, dan indeks dolar (DXY) turun 0,52% ke 99,49 setelah pemangkasan peringkat kredit AS oleh Moody’s. Meski pengesahan RUU pajak berpotensi mendorong pasar saham lebih tinggi, ketidakpastian fiskal dan dampaknya terhadap utang nasional membuat arah dolar tetap tidak pasti.

Ketegangan geopolitik turut memperkuat harga emas, sementara konflik dagang antara AS dan China mulai mereda setelah kedua negara sepakat mengurangi tarif selama 90 hari untuk memulai negosiasi. Fokus pelaku pasar pekan ini tertuju pada pidato pejabat The Fed, data PMI awal, perumahan, dan klaim tunjangan pengangguran mingguan.

Analisis Pengaruh Terhadap Harga Emas:

  • Harga Emas Tembus $3.300 di Tengah Ketegangan Politik dan Geopolitik: Harga emas naik lebih dari 0,50% ke $3.307, ditopang oleh kekhawatiran pasar atas pemungutan suara RUU pemotongan pajak AS dan meningkatnya ketegangan di Timur Tengah.

  • Sentimen Pasar Melemah: Yield Naik, Dolar Turun: Pasar saham AS melemah dan imbal hasil obligasi naik, sementara indeks dolar (DXY) turun 0,52% ke 99,49 setelah pemangkasan peringkat utang oleh Moody’s, mendukung penguatan harga emas.

  • Ketidakpastian Kebijakan AS Dorong Permintaan Safe Haven: RUU pajak Trump berpotensi menambah utang $3,8 triliun, memicu ketidakpastian arah dolar. Di sisi lain, meredanya ketegangan dagang AS-China belum cukup mengimbangi tekanan geopolitik dan fiskal terhadap pasar.

Secara keseluruhan berpengaruh harga emas menguat.

Harapan Damai Tekan Harga Minyak, Ancaman Hormuz Masih Membayangi.

  • Pembicaraan damai AS-Iran menekan harga minyak meski risiko geopolitik tetap tinggi.

  • Lonjakan stok minyak dan produksi Kazakhstan memperparah tekanan pada pasar energi.

Harga minyak dunia melemah pada Rabu setelah Menteri Luar Negeri Oman menyatakan bahwa Amerika Serikat dan Iran akan melanjutkan pembicaraan nuklir pekan ini. Pernyataan ini langsung meredam kekhawatiran pasar atas potensi konflik militer yang sempat mencuat setelah laporan CNN menyebut Israel tengah bersiap menyerang fasilitas nuklir Iran. Brent ditutup turun 0,7% di $64,91 per barel, sementara WTI juga turun 0,7% ke $61,57.

Meski ekspektasi perundingan menenangkan pasar, risiko geopolitik tetap tinggi. Iran sebagai produsen minyak OPEC terbesar ketiga masih berpotensi membalas lewat penutupan Selat Hormuz—jalur vital ekspor minyak dari Timur Tengah. Analis Rystad Energy memperkirakan bahwa eskalasi konflik bisa mengganggu suplai sekitar 500.000 barel per hari, meski potensi ini dinilai masih bisa diimbangi oleh OPEC+.

Di sisi lain, laporan Energy Information Administration (EIA) memperburuk tekanan harga dengan menunjukkan lonjakan stok minyak mentah AS sebanyak 1,3 juta barel, bersama kenaikan stok bensin dan distilat. Tambahan tekanan datang dari produksi Kazakhstan yang naik 2% pada Mei, melawan upaya pengurangan produksi OPEC+.

Analisis Pengaruh Terhadap Harga Minyak:

  • Harga Minyak Turun Setelah Pengumuman Perundingan Nuklir AS-Iran: Harga minyak melemah setelah Menteri Luar Negeri Oman mengungkapkan bahwa AS dan Iran akan menggelar putaran baru pembicaraan nuklir pekan ini, meredakan kekhawatiran pasar akan konflik langsung.

  • Ketegangan Geopolitik Masih Bayangi Pasar: Sebelumnya, harga sempat menguat karena laporan intelijen AS yang menyebut Israel mungkin menyerang fasilitas nuklir Iran. Meski belum ada keputusan akhir dari Israel, potensi eskalasi tetap menjadi risiko terhadap pasokan minyak, terutama dari Selat Hormuz.

  • Tekanan Tambahan dari Kenaikan Stok Minyak AS dan Produksi Kazakhstan: Laporan EIA menunjukkan kenaikan tak terduga pada stok minyak, bensin, dan distilat di AS. Selain itu, produksi minyak Kazakhstan naik 2% di bulan Mei, berlawanan dengan komitmen OPEC+, menambah tekanan ke harga minyak global.

Secara keseluruhan berpengaruh terhadap harga minyak melemah.

Penggerak Pasar Forex dan Komoditi Hari Ini

ECONOMIC CALENDAR
Real Time Economic Calendar provided by Investing.com.

Terdapat laporan data fundamental dari kawasan Amerika hari ini yaitu: 

  • Initial Jobless Claims
    Definisi: Jumlah orang yang pertama kali mengajukan klaim tunjangan pengangguran selama pekan lalu.

  • S&P Global Manufacturing PMI
    Definisi: Indeks aktivitas manufaktur yang disusun berdasarkan survei manajer pembelian.
  • S&P Global Services PMI
    Definisi: Indeks aktivitas sektor jasa, juga disusun dari survei terhadap manajer pembelian.
  • Existing Home Sales
    Definisi: Jumlah rumah bekas yang dijual selama sebulan terakhir.

Dari data tersebut dapat mempengaruhi pergerakan harga USD.

Pengaruh Data Terhadap Perubahan Harga.

Data Initial Jobless Claims rilis lebih rendah dari forecast positif/optimis untuk USD. Sedangkan data rilis lebih tinggi dari forecast negatif/pesimis untuk USD.

Data S&P Global Manufacturing/Services rilis lebih tinggi dari forecast positif/optimis untuk USD. Sedangkan data rilis lebih rendah dari forecast negatif/pesimis untuk USD.

Data Existing Home Sales rilis lebih tinggi dari forecast positif/optimis untuk USD. Sedangkan data rilis lebih rendah dari forecast negatif/pesimis untuk USD.

Perkiraan :

Initial Jobless Claims rilis lebih tinggi dari data sebelumnya
S&P Global Manufacturing PMI (May) rilis lebih rendah dari data sebelumnya
S&P Global Services PMI (May) rilis lebih tinggi dari data sebelumnya
Existing Home Sales rilis lebih tinggi dari data sebelumnya

Share on: