Wall Street Tersandung, Kekhawatiran Utang dan Pajak Trump Picu Koreksi.

Pasar saham terkoreksi akibat lonjakan imbal hasil dan kekhawatiran terhadap rencana pemotongan pajak Trump.
Ketegangan perdagangan AS-China kembali meningkat, menambah tekanan pada sentimen global.
Pasar saham AS melemah pada Selasa, menghentikan reli enam hari berturut-turut pada S&P 500 akibat tekanan dari kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah. Indeks Dow Jones turun 114 poin (0,3%), S&P 500 melemah 0,4%, dan Nasdaq juga terkoreksi 0,4%. Delapan dari 11 sektor di S&P 500 mengalami penurunan, terutama sektor energi, komunikasi, dan konsumsi diskresioner, sementara sektor utilitas dan kesehatan mencatatkan penguatan.
Pelemahan pasar turut dipicu oleh kekhawatiran atas proposal pemotongan pajak besar-besaran yang didorong Presiden Donald Trump. RUU tersebut, yang sudah disetujui komite DPR, diprediksi menambah utang nasional sebesar $3–5 triliun dari total saat ini $36,2 triliun. Investor menilai potensi lonjakan defisit fiskal dapat mengguncang stabilitas ekonomi, terlebih saat pendapatan negara sudah terbebani.
Dari sisi kebijakan moneter, pejabat The Fed menyiratkan sikap jeda suku bunga tetap berlanjut, dengan menyebut tekanan inflasi akibat tarif hanya bersifat sementara. Di sisi lain, sentimen eksternal memburuk setelah AS memperingatkan penggunaan chip Huawei, memicu protes keras dari China yang menilai AS merusak konsensus perdagangan yang baru dicapai. Sementara itu, pelaku pasar menanti perkembangan lanjutan dari perundingan dagang AS-Jepang.
Analisis Pengaruh Terhadap Indeks Saham AS:
Lonjakan imbal hasil Treasury AS:
Yield yang naik tajam menandakan tekanan di pasar obligasi, membuat saham menjadi kurang menarik dibanding instrumen pendapatan tetap.Kekhawatiran fiskal akibat rencana pajak Trump:
RUU pemotongan pajak yang diperkirakan menambah utang $3–5 triliun meningkatkan kekhawatiran pasar atas stabilitas fiskal jangka menengah.Tekanan dari sektor teknologi dan konsumsi:
Setelah reli kuat, sektor teknologi sedang mengalami koreksi teknikal, memicu aksi ambil untung yang menyeret indeks lebih luas.
Secara keseluruhan berpengaruh terhadap harga indeks saham AS melemah.
Emas Mengilap! Downgrade Kredit AS & Ancaman Stagflasi Dorong Reli XAU/USD.

Downgrade peringkat kredit AS oleh Moody’s dorong lonjakan permintaan emas.
Ancaman stagflasi dan suku bunga global yang melonggar memperkuat sentimen bullish untuk emas.
Harga emas melonjak lebih dari 1,5% pada Selasa, memperpanjang reli untuk hari kedua berturut-turut. Kenaikan ini terjadi meskipun imbal hasil obligasi AS tetap tinggi, karena investor bereaksi terhadap penurunan peringkat kredit AS oleh Moody’s dari AAA menjadi AA1 dengan outlook negatif. Pelemahan dolar AS dan koreksi di pasar saham turut memperkuat daya tarik emas sebagai aset safe haven.
Nada kehati-hatian dari pejabat Federal Reserve turut memengaruhi sentimen pasar. Raphael Bostic dari Fed Atlanta memperkirakan hanya satu kali pemangkasan suku bunga pada 2025, sementara Beth Hammack dari Fed Cleveland memperingatkan potensi stagflasi akibat kebijakan fiskal pemerintah AS yang dinilai menyulitkan pencapaian mandat ekonomi. Meski demikian, tidak ada sinyal pemangkasan suku bunga dalam waktu dekat.
Secara global, kebijakan pelonggaran moneter dari bank sentral China (PBoC) dan Australia (RBA) turut mendorong permintaan terhadap emas. Ketegangan geopolitik, terutama antara Rusia dan Ukraina serta meningkatnya ketegangan di Timur Tengah, juga mendorong investor beralih ke emas. Ke depan, pelaku pasar akan mencermati data ekonomi AS dan pernyataan lanjutan dari pejabat The Fed.
Analisis Pengaruh Terhadap Harga Emas:
Harga Emas Naik >1.5% Meski Imbal Hasil AS Tetap Tinggi
Emas (XAU/USD) menguat lebih dari 1,5% menjadi $3.289, mencatat kenaikan dua hari berturut-turut, ditopang oleh permintaan safe haven di tengah ketidakpastian fiskal AS dan pelemahan dolar.Moody’s Turunkan Peringkat Kredit AS, Dorong Permintaan Emas
Moody’s menurunkan peringkat kredit AS dari AAA menjadi AA1 dengan outlook negatif, memicu kekhawatiran pasar dan mendorong aliran dana ke aset aman seperti emas.Nada Hati-hati The Fed & Ancaman Stagflasi Tekan Sentimen Risiko
Pejabat The Fed, seperti Bostic dan Hammack, menegaskan belum ada ruang untuk pemangkasan suku bunga dalam waktu dekat, meskipun risiko stagflasi meningkat akibat kebijakan fiskal pemerintah.
Secara keseluruhan berpengaruh harga emas menguat.
Harga Minyak Stagnan: Negosiasi Buntu & Data China Redam Optimisme Pasar.

Ketidakpastian geopolitik dan data lemah dari China membuat harga minyak stagnan.
Potensi peningkatan pasokan dari Iran dan Rusia masih dibayangi hambatan diplomatik.
Harga minyak ditutup nyaris flat pada Selasa karena pasar tertekan oleh ketidakpastian negosiasi nuklir AS-Iran dan minimnya kemajuan dalam pembicaraan damai Rusia-Ukraina. Brent turun 0,2% ke $65,38 per barel, sementara WTI melemah 0,2% menjadi $62,56. Iran menolak tuntutan AS untuk menghentikan pengayaan uranium, memperkecil peluang kesepakatan yang bisa meningkatkan ekspor minyak Iran sebanyak 300.000–400.000 barel per hari.
Sanksi baru Uni Eropa dan Inggris terhadap Rusia, serta permintaan Ukraina agar G7 menurunkan batas harga minyak Rusia menjadi $30, semakin memperkeruh sentimen pasar. Meski ada potensi peningkatan pasokan jika perang mereda, analis menilai resolusi konflik Rusia-Ukraina masih jauh dari harapan. Di sisi lain, Rusia tetap terikat pada kesepakatan OPEC+, yang membatasi ruang ekspansi ekspor.
Sinyal perlambatan ekonomi China turut menekan harga. Data terbaru menunjukkan pelemahan output industri dan penjualan ritel, memicu kekhawatiran akan prospek permintaan minyak dari importir terbesar dunia. Sementara itu, pasar menantikan rilis data stok minyak AS, dengan prediksi penarikan 1,2 juta barel, yang bisa memberikan sentimen positif jika terealisasi.
Analisis Pengaruh Terhadap Harga Minyak:
Harga Minyak Nyaris Tak Bergerak
Brent turun 0,2% menjadi $65,38 dan WTI juga melemah 0,2% ke $62,56 per barel, di tengah ketidakpastian seputar negosiasi AS-Iran dan perdamaian Rusia-Ukraina.Ketegangan AS-Iran Hambat Potensi Ekspor
Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Khamenei, menyebut tuntutan AS soal pengayaan uranium “berlebihan,” memperkecil peluang tercapainya kesepakatan nuklir yang dapat meningkatkan ekspor minyak Iran hingga 400.000 barel per hari.Konflik Rusia-Ukraina Terus Membayangi
Meskipun G7 diharapkan menurunkan batas harga minyak Rusia, resolusi cepat terhadap konflik masih belum terlihat jelas, menjaga pasokan global tetap ketat.
Secara keseluruhan berpengaruh terhadap harga minyak melemah.
Penggerak Pasar Forex dan Komoditi Hari Ini
Terdapat laporan data fundamental dari kawasan AS hari ini yaitu:
CPI (Consumer Price Index) atau Indeks Harga Konsumen dari Inggris (GBP): Ini adalah pengukuran inflasi yang menunjukkan perubahan harga barang dan jasa konsumen.
Crude Oil Inventories atau Persediaan Minyak Mentah dari Amerika Serikat (USD): Ini adalah laporan persediaan minyak mentah yang menunjukkan perubahan dalam jumlah stok minyak
Dari data tersebut dapat mempengaruhi pergerakan harga USD.
Pengaruh Data Terhadap Perubahan Harga.
Data RBA Interest Rate Decision (May) rilis lebih tinggi dari forecast positif/optimis untuk AUD. Sedangkan data rilis lebih rendah dari forecast negatif/pesimis untuk AUD.
Perkiraan :