Dolar AS Perkasa, Wall Street Tertekan Tarif Trump & Inflasi.

- Fed pertahankan suku bunga, tetap proyeksikan dua kali pemangkasan di 2025 meski inflasi diproyeksi naik.
- Wall Street melemah, tertekan ketidakpastian tarif Trump dan perlambatan ekonomi global.
Indeks S&P 500 ditutup melemah pada Kamis, turun 0,3%, seiring memudarnya optimisme pasca-keputusan Federal Reserve yang mempertahankan proyeksi dua kali pemangkasan suku bunga tahun ini. Dow Jones turun tipis 11 poin atau 0,03%, sementara NASDAQ juga melemah 0,30%. Ketiga indeks utama Wall Street masih berada dekat level terendah enam bulan di tengah kekhawatiran atas tarif Trump dan perlambatan ekonomi.
Data tenaga kerja menunjukkan klaim awal tunjangan pengangguran AS naik tipis menjadi 223.000 pada pekan yang berakhir 15 Maret, mengindikasikan ketahanan pasar tenaga kerja meski ada risiko dari ketegangan dagang dan kebijakan penghematan pemerintah Trump. Sementara itu, The Fed tetap mempertahankan suku bunga di 4,25%-4,5% dan mengonfirmasi proyeksi dua kali pemangkasan hingga akhir 2025, meski menaikkan perkiraan inflasi inti menjadi 2,8%.
Ketua Fed Jerome Powell menyebut masih terlalu dini menilai dampak tarif Trump terhadap inflasi dan pertumbuhan ekonomi. Fed juga memangkas proyeksi PDB 2025 dan menyoroti ketidakpastian dari kebijakan Trump. Di sisi lain, Dolar AS tetap menguat, dengan US Dollar Index bergerak di kisaran 103.00–104.00, mencerminkan ekspektasi pasar terhadap kebijakan Fed.
Analisis Pengaruh Terhadap Indeks Saham AS:
Optimisme Pemangkasan Suku Bunga Mulai Luntur: Meski Fed tetap proyeksikan dua kali pemangkasan suku bunga di 2025, pasar mulai kehilangan momentum positif karena belum ada kepastian waktu pemangkasan.
Kekhawatiran Tarif Trump & Pertumbuhan Ekonomi: Ketidakpastian terkait tarif Trump memicu kekhawatiran pasar akan perlambatan ekonomi global. Fed bahkan memangkas proyeksi PDB 2025, mempertegas potensi risiko pertumbuhan.
Inflasi Diproyeksikan Lebih Tinggi: Fed menaikkan proyeksi inflasi inti menjadi 2,8% di 2025, di atas target 2%. Ini memberi sinyal tekanan harga yang bisa menunda pelonggaran moneter.
Secara keseluruhan berpengaruh terhadap harga indeks saham AS melemah.
Analisis Pengaruh Terhadap Dollar AS:
- Kebijakan Fed Mendukung Dolar: Fed mempertahankan suku bunga di level tinggi 4,25%–4,5% dan tetap proyeksikan hanya dua kali pemangkasan di 2025. Ini membuat imbal hasil Dolar tetap menarik dalam jangka pendek.
Inflasi Diproyeksi Naik: Kenaikan proyeksi inflasi inti menjadi 2,8% menandakan Fed mungkin akan berhati-hati memangkas suku bunga, mendukung kekuatan Dolar.
Ketidakpastian Global: Ketidakpastian terkait tarif Trump dan pertumbuhan ekonomi global meningkatkan permintaan safe haven Dolar AS.
Secara keseluruhan berpengaruh terhadap harga Dollar AS menguat.
Suku Bunga Tetap Tinggi, Gejolak Timur Tengah Tak Mampu Dongkrak Harga.

- Fed tahan suku bunga, proyeksikan dua kali pemangkasan di 2025, namun ketidakpastian ekonomi dan inflasi tetap tinggi.
- Harga emas tertekan di tengah penguatan Dolar AS dan eskalasi konflik Gaza.
Harga emas turun tipis pada Kamis, dengan XAU/USD melemah 0,19% ke $3.042 setelah pasar mencerna keputusan kebijakan moneter terbaru Federal Reserve dan meningkatnya ketegangan di Timur Tengah. Sentimen pasar memburuk, sementara Dolar AS menguat, tercermin dari penguatan US Dollar Index (DXY).
Meskipun The Fed mempertahankan suku bunga di level 4,25%–4,50% dan memperlambat laju quantitative tightening, harga emas gagal menguat. The Fed juga memperkirakan dua kali pemangkasan suku bunga di 2025, menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi, serta memproyeksikan inflasi dan tingkat pengangguran lebih tinggi. Ketua Fed Jerome Powell menyatakan ketidakpastian ekonomi meningkat, sebagian dipicu tarif Trump yang berdampak pada inflasi dan pertumbuhan.
Di sisi geopolitik, ketegangan di Gaza meningkat tajam dengan serangan udara Israel menewaskan sedikitnya 91 warga Palestina, memicu kekhawatiran pasar atas risiko global lebih lanjut.
Analisis Pengaruh Terhadap Harga Emas:
Kuatnya Dolar AS: US Dollar Index (DXY) menguat setelah keputusan Fed, memberi tekanan pada harga emas karena Dolar yang kuat membuat emas lebih mahal bagi pemegang mata uang lain.
Fed Tahan Suku Bunga & Proyeksi Inflasi Tinggi: Fed mempertahankan suku bunga tinggi dan menaikkan proyeksi inflasi serta pengangguran. Pasar menafsirkan bahwa pemangkasan suku bunga tidak akan dilakukan dalam waktu dekat, membatasi upside emas.
Pasar Cerna Sikap Hati-Hati Powell: Powell menyatakan ketidakpastian meningkat, tetapi tetap menekankan kebijakan saat ini cukup memadai menghadapi risiko. Ini membuat pelaku pasar menahan diri untuk masuk ke emas sebagai safe haven lebih jauh.
Secara keseluruhan berpengaruh harga emas melemah.
Sanksi Baru & Konflik Memanas, Harga Minyak Terbang di Tengah Ancaman Dolar Kuat.

- AS keluarkan sanksi baru terhadap Iran & kilang China, memicu kenaikan harga minyak.
- Ketegangan geopolitik Timur Tengah menopang harga, namun penguatan dolar dan ketidakpastian tarif membatasi kenaikan.
Harga minyak naik pada Kamis setelah AS menjatuhkan sanksi baru terkait Iran, memicu ketegangan di Timur Tengah dan menahan dampak penguatan dolar AS. Brent crude ditutup naik 1,72% di $72 per barel, sementara WTI kontrak Mei menguat 1,73% ke $68,07 per barel.
Sanksi baru AS menargetkan entitas, termasuk untuk pertama kalinya kilang independen China atau “teapot refinery,” serta kapal-kapal pengangkut minyak Iran. Ketegangan geopolitik diperburuk dengan serangan baru Israel di Gaza, serta serangan udara AS terhadap target Houthi di Yaman. Di sisi pasokan, OPEC+ menjadwalkan pemangkasan produksi tambahan hingga Juni 2026.
Namun, penguatan dolar AS setelah Fed mempertahankan suku bunga tinggi dan ketidakpastian tarif Trump menahan laju kenaikan harga minyak. Analis memperkirakan harga minyak akan mengalami kenaikan terbatas di tengah stimulus China dan ketegangan geopolitik yang berlanjut.
Analisis Pengaruh Terhadap Harga Minyak:
-
Sanksi Baru AS terhadap Iran & Kilang China: Sanksi ini memperketat suplai minyak global, khususnya karena Iran memproduksi lebih dari 3 juta barel per hari dan China adalah pembeli utama minyak Iran.
-
Eskalasi Ketegangan Geopolitik: Konflik di Gaza, serangan AS ke target Houthi di Yaman, serta ketegangan di Laut Merah meningkatkan risiko pasokan global terganggu, mendukung kenaikan harga.
- OPEC+ Tambah Pemangkasan Produksi: Rencana pemangkasan tambahan produksi minyak oleh Rusia, Kazakhstan, dan Irak hingga Juni 2026 menambah tekanan sisi suplai.
Secara keseluruhan berpengaruh terhadap harga minyak megnuat.
Penggerak Pasar Forex dan Komoditi Hari Ini
Tidak ada laporan data ekonomi hari ini sebagai pendorong harga yang besar dan adanya perubahan sentimen pasar untuk pasar komoditas, forex dan indeks saham AS.