Dolar AS Melemah Akibat Ketidakpastian Kebijakan Tarif Trump.

- Indeks dolar AS turun 1,2% akibat ketidakpastian kebijakan tarif baru Trump, sementara euro dan yuan Tiongkok mencatat penguatan signifikan.
- Pasar masih mengamati dampak kebijakan perdagangan dan imigrasi terhadap inflasi serta rantai pasokan global.
Dolar AS melemah tajam pada Selasa setelah Presiden Donald Trump tidak jadi mengenakan tarif baru secara langsung, sementara laporan menunjukkan bahwa tarif akan diterapkan secara “terukur.” Langkah ini menenangkan pasar yang khawatir terhadap kebijakan perdagangan Trump. Indeks dolar turun 1,2% pada Senin, penurunan harian terbesar sejak akhir 2023, sebelum stabil di level 108,060. Sementara itu, euro naik ke $1,0416 dan dolar Australia serta Selandia Baru menguat masing-masing 1,5%.
Dalam pidato pelantikannya, Trump lebih banyak membahas isu imigrasi, energi, dan kebijakan luar negeri ekspansionis seperti rencana mengambil kembali kendali atas Terusan Panama, tanpa rincian konkret mengenai tarif. Pasar merespons ketidakpastian ini dengan menjual dolar, terutama terhadap yuan Tiongkok, yang naik 1% menjadi 7,2642 dalam perdagangan luar negeri. Pasar suku bunga AS tetap tenang akibat libur Martin Luther King Jr., namun imbal hasil obligasi 10 tahun diperkirakan turun ke 4,59%.
Analis memprediksi bahwa jika kebijakan perdagangan dan imigrasi Trump tidak mengganggu rantai pasokan dan tenaga kerja, pasar keuangan dapat meredakan kekhawatiran inflasi yang meningkat. Namun, risiko tetap ada, terutama dengan ancaman tarif besar terhadap Uni Eropa dan Tiongkok yang bisa memengaruhi perdagangan global.
Analisis Pengaruh Terhadap Indeks Saham AS:
Ketidakpastian terkait kebijakan tarif baru Presiden Trump, yang dianggap “terukur” dan tanpa rincian jelas, memicu pelemahan dolar AS hingga 1,2%. Pasar menilai pendekatan ini sebagai indikasi kurangnya agresivitas dalam kebijakan perdagangan.
Secara keseluruhan berpengaruh terhadap harga Dollar AS melemah.
Harga Emas Naik Moderat di Tengah Pelemahan Dolar Pasca Pelantikan Trump.

- Harga emas naik 0,27% ke $2.709 di tengah pelemahan dolar pasca pelantikan Trump yang mengesampingkan kebijakan tarif agresif.
- Indeks Dolar AS (DXY) turun ke level terendah dalam sembilan hari sebelum pulih, di tengah kekhawatiran baru terkait hubungan dagang AS.
Harga emas naik moderat pada Senin di tengah likuiditas rendah pasca pelantikan Donald Trump sebagai Presiden AS ke-47. Pidato Trump yang mengesampingkan kebijakan tarif agresif melemahkan dolar AS, memberikan dukungan pada emas. Pada saat penulisan, XAU/USD diperdagangkan di $2.709, naik 0,27%. Trump juga mengumumkan keadaan darurat nasional untuk memperkuat cadangan energi strategis dan mengekspor minyak, serta kebijakan imigrasi untuk memulangkan jutaan imigran ilegal.
Pidato Trump cenderung meredakan kekhawatiran terkait retorika perdagangan, tetapi ia mengarahkan lembaga federal untuk meninjau hubungan dagang dengan China, Kanada, dan Meksiko melalui memorandum luas. Langkah ini memicu kekhawatiran pasar terkait kebijakan yang masih dapat memengaruhi perdagangan global, meskipun tanpa langkah-langkah konkret langsung.
Dolar AS melemah selama pidato, dengan Indeks Dolar AS (DXY) turun ke 107,95, level terendah dalam sembilan hari, sebelum pulih di atas 108,00. Pelemahan dolar ini menguntungkan emas, yang biasanya bergerak berlawanan dengan kinerja greenback.
Analisis Pengaruh Terhadap Harga Emas:
- Harga emas mendapat dukungan dari pelemahan dolar AS, yang terjadi setelah Donald Trump mengesampingkan kebijakan tarif agresif dalam pidatonya. Pelemahan greenback meningkatkan daya tarik emas sebagai aset safe haven.
Secara keseluruhan berpengaruh harga emas beragam.
Harga Minyak Turun Pasca Pelantikan Trump dan Rencana Keadaan Darurat Energi.

- Harga minyak Brent turun 0,8% ke $80,15 di tengah rencana Trump mengumumkan keadaan darurat energi dan kebijakan perdagangan baru.
- Sanksi AS terhadap Rusia memperketat pasokan minyak global, namun fokus pasar kini pada langkah Trump untuk mempercepat proyek energi dan mendukung perdamaian di Ukraina.
Harga minyak turun pada Senin pasca pelantikan Presiden AS Donald Trump untuk periode kedua. Trump mengumumkan rencana keadaan darurat energi nasional untuk mempercepat persetujuan proyek minyak, gas, dan listrik, termasuk fokus pada eksplorasi di Alaska. Brent menetap lebih rendah 64 sen (0,8%) di $80,15, sementara WTI untuk pengiriman Februari turun $1,30 (1,7%) menjadi $76,58, tertekan oleh ketidakpastian kebijakan dan likuiditas rendah akibat libur Martin Luther King Jr.
Trump juga mengisyaratkan kebijakan ekspansif untuk meningkatkan ekspor energi AS dan merombak sistem perdagangan global dengan mengenakan tarif baru. Meski demikian, fokus pasar kini tertuju pada kebijakan yang akan diumumkan dalam 24 jam ke depan, termasuk kemungkinan dicabutnya moratorium ekspor LNG. Ketegangan geopolitik yang mereda di Timur Tengah serta janji Trump untuk mengakhiri perang Rusia-Ukraina memberikan tekanan tambahan pada harga.
Sanksi AS terhadap Rusia terus memengaruhi pasokan global, dengan pembeli utama seperti China dan India berebut kargo minyak. Namun, dampak penurunan pasokan Rusia hingga 1 juta barel per hari bisa berumur pendek jika Trump mengambil langkah-langkah untuk mendorong perdamaian dan melonggarkan pembatasan tertentu.
Analisis Pengaruh Terhadap Harga Minyak:
- Harga minyak tertekan oleh ketidakpastian kebijakan energi Donald Trump, yang meskipun menjanjikan percepatan proyek energi, tidak memberikan rincian konkret, sehingga pasar bersikap hati-hati.
Secara keseluruhan berpengaruh terhadap harga minyak menguat.
Penggerak Pasar Forex dan Komoditi Hari Ini
Tidak ada rilis laporan data ekonomi hari ini yang mempengaruhi pergerakan harga.