S&P 500 Terkoreksi Tipis Meski The Fed Dovish, Ketidakpastian Trump & Iran Bayangi Pasar.

The Fed mempertahankan suku bunga namun memberi sinyal pelonggaran yang lebih lambat pada 2026–2027.
Ketegangan antara AS dan Iran meningkat setelah Khamenei menolak permintaan Trump, meningkatkan risiko geopolitik.
Indeks S&P 500 menutup perdagangan Rabu dengan koreksi tipis, menyerahkan keuntungan awal setelah Federal Reserve mempertahankan suku bunga dan mengisyaratkan perlambatan laju pemangkasan suku bunga ke depan. The Fed tetap menargetkan dua kali pemangkasan suku bunga pada 2025, tetapi merevisi ke atas proyeksi suku bunga untuk 2026 dan 2027. Arah kebijakan ini memperkuat nada hawkish, di tengah ketidakpastian ekonomi akibat kebijakan tarif Presiden Trump dan meningkatnya risiko geopolitik.
Di sisi ekonomi, data perumahan AS menunjukkan peningkatan tipis dalam pembangunan rumah tunggal, namun penurunan signifikan izin bangun menandakan sektor perumahan tetap lemah. Data klaim pengangguran mingguan menurun menjadi 245.000, tapi tetap mencerminkan perlambatan pasar tenaga kerja. Ketegangan geopolitik makin intens setelah Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Khamenei, menolak permintaan AS untuk menyerah dan memperingatkan bahwa intervensi militer AS akan berakibat fatal, mendorong kekhawatiran pasar akan eskalasi konflik lebih lanjut.
Di sektor perbankan, rencana regulator AS untuk menurunkan buffer modal ESLR memberi dukungan pada saham-saham bank besar. Sementara itu, pasar saham tetap sensitif terhadap berita geopolitik dan kebijakan domestik, termasuk laporan bahwa Trump tengah mengevaluasi opsi militer terhadap Iran. Ketidakpastian arah kebijakan Trump dan reaksi pasar terhadap sinyal campuran dari The Fed membuat investor tetap berhati-hati.
Kesimpulan Sentimen:
Bearish – Pasar saham tertekan oleh kombinasi kebijakan moneter yang lebih hati-hati, ancaman geopolitik yang meningkat, dan ketidakpastian arah ekonomi akibat kebijakan Trump.
Emas Bertahan di Tengah Nada Dovish The Fed dan Ketegangan Iran.

The Fed mempertahankan suku bunga dan tetap memproyeksikan dua kali pemangkasan 25 bps pada 2025.
Geopolitik dan data ekonomi AS yang melemah mendukung harga emas bertahan di atas $3.300.
Harga emas bertahan mendekati $3.390 pada Rabu setelah Federal Reserve memutuskan untuk mempertahankan suku bunga di kisaran 4.25%–4.50% dalam pertemuan 18 Juni. Meski keputusan ini sesuai ekspektasi, pasar lebih tertarik pada isi Summary of Economic Projections (SEP) yang menegaskan proyeksi dua kali pemangkasan suku bunga sebesar total 50 basis poin pada 2025. Proyeksi PDB diturunkan, inflasi inti direvisi naik, namun nada kebijakan masih mengarah pada pelonggaran ke depan.
Emas bergerak datar selama sesi perdagangan Amerika meskipun terjadi pernyataan campuran dari Presiden Trump terkait kemungkinan dialog dengan Iran. Meskipun sempat melemah karena rumor tersebut, harga XAU/USD kembali naik setelah sumber dari Kementerian Luar Negeri Iran membantah pengiriman delegasi. Selain geopolitik, data ekonomi AS mendukung harga emas: klaim pengangguran naik sesuai ekspektasi dan data perumahan mengecewakan, memperkuat sinyal pelemahan ekonomi.
Sinyal dovish dari The Fed, ditambah ketegangan geopolitik yang tetap tinggi, menjaga harga emas tetap stabil dan siap reli jika ekspektasi pemangkasan suku bunga makin menguat. Meski inflasi masih menjadi perhatian dan pasar waspada terhadap potensi hawkish twist, pasar logam mulia tetap mendapat dukungan dari perlambatan ekonomi dan prospek moneter yang lebih longgar.
Kesimpulan Sentimen:
Sentimen emas saat ini Bullish – sinyal pelonggaran kebijakan moneter The Fed dan tensi geopolitik menopang potensi kenaikan lebih lanjut harga emas.
Minyak Bangkit di Tengah Ketegangan Timur Tengah dan Penurunan Stok AS yang Mengejutkan.

Stok minyak mentah AS turun drastis 11,5 juta barel, jauh di bawah ekspektasi.
Risiko keterlibatan militer AS dalam konflik Iran-Israel memperbesar ancaman terhadap pasokan global, khususnya di Selat Hormuz.
Harga minyak dunia berakhir lebih tinggi pada Rabu setelah sesi yang penuh volatilitas, seiring investor menimbang ancaman konflik Israel-Iran yang makin memanas serta kemungkinan keterlibatan langsung Amerika Serikat. Brent ditutup naik 25 sen menjadi $76,70 per barel, sementara WTI naik 30 sen menjadi $75,14 per barel. Meskipun sempat turun hingga 2% di awal sesi, harga pulih karena risiko geopolitik tetap tinggi, terutama setelah Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Khamenei, menolak tuntutan AS dan Trump menyatakan “kesabarannya telah habis.”
Potensi AS ikut bergabung dalam kampanye pengeboman terhadap fasilitas nuklir Iran menambah ketidakpastian dan meningkatkan risiko terhadap infrastruktur energi regional. Para analis menyebut bahwa jika Selat Hormuz terganggu—jalur penting bagi sepertiga perdagangan minyak global—harga bisa melonjak hingga $120 per barel. Sementara itu, pernyataan resmi dari Duta Besar Iran di PBB menegaskan bahwa setiap keterlibatan militer AS akan mendapat balasan tegas dari Teheran. Kondisi ini membuat pasar tetap waspada terhadap lonjakan risiko pasokan.
Di sisi fundamental, data dari EIA menunjukkan penurunan stok minyak mentah AS sebesar 11,5 juta barel—jauh di atas ekspektasi pasar sebesar 1,8 juta barel—yang memperkuat harga. Selain itu, kebijakan The Fed yang tetap mempertahankan suku bunga namun masih membuka ruang pemangkasan hingga 50 bps tahun ini, memberi dukungan tambahan pada prospek permintaan. Meski laju penurunan suku bunga setelah 2025 diperlambat, tingkat bunga yang lebih rendah secara umum mendukung pertumbuhan dan konsumsi energi.
Kesimpulan Sentimen:
Sentimen minyak saat ini Bullish – Harga minyak mendapat dukungan dari risiko geopolitik yang meningkat dan kejutan penurunan stok besar di AS, memperkuat prospek kenaikan harga dalam jangka pendek.
Penggerak Pasar Forex dan Komoditi Hari Ini
Pengaruh Data Terhadap Perubahan Harga.
Prediksi CHF dan GBP:
Keputusan Suku Bunga SNB (CHF): Jika suku bunga diturunkan seperti yang diperkirakan, CHF berpotensi Turun.
Keputusan Suku Bunga BoE (GBP): Perlu dipantau. Jika BoE mengisyaratkan potensi pelonggaran kebijakan (easing), GBP berpotensi Turun.