Dolar AS Terperosok, Ekspektasi Pemangkasan Suku Bunga Fed di Tengah Tekanan Pasar Tenaga Kerja.

  • Angka Indeks Sentimen Konsumen Universitas Michigan dan data pasar perumahan mempengaruhi sentimen pasar.
  • Ketidakpastian mengenai arah kebijakan moneter Fed, terutama terkait dengan pasar tenaga kerja, menambah tekanan pada Dolar AS.

Pada hari Jumat, Dolar AS (USD) mengalami penurunan tajam setelah rilis data yang menunjukkan angka Indeks Sentimen Konsumen Universitas Michigan dan pasar perumahan lebih rendah dari perkiraan. Indeks Dolar AS (DXY), yang mengukur kekuatan Greenback terhadap enam mata uang utama, turun mendekati level 102,75, memperlihatkan pelemahan signifikan setelah pulih dari level terendah dalam 10 hari pada hari sebelumnya.

Pasar global merespons dengan skeptis terhadap kemungkinan pemangkasan suku bunga agresif oleh Federal Reserve (Fed) pada pertemuan September. Sebelumnya, spekulasi mengenai penurunan suku bunga sebesar 50 basis poin (bps) menguat di tengah kekhawatiran resesi, tetapi data ekonomi terbaru yang lebih optimis membuat ekspektasi ini menurun.

Pasar tenaga kerja kini menjadi penentu utama kebijakan moneter Fed, dengan laporan pekerjaan bulan Agustus diprediksi akan menjadi faktor kunci dalam keputusan suku bunga. Jika data menunjukkan peningkatan signifikan dalam pengangguran, pemangkasan suku bunga besar kemungkinan akan terjadi, namun jika pasar tenaga kerja tetap stabil, penurunan suku bunga bisa lebih moderat.

Ketua Fed Jerome Powell diperkirakan akan tetap berhati-hati dalam mengungkapkan kebijakan pada pertemuan di Jackson Hole minggu depan, dengan fokus utama pada kondisi pasar tenaga kerja yang masih menjadi perhatian utama.

Para analis memprediksi bahwa arah kebijakan Fed pada September akan sangat bergantung pada data yang akan dirilis, terutama terkait inflasi dan ketenagakerjaan, yang akan menentukan apakah pemangkasan suku bunga akan terjadi secara moderat atau agresif.

Arah fundamental cenderung melemahkan harga Dollar AS.

Emas Cetak Rekor Tertinggi di Tengah Spekulasi Pemangkasan Suku Bunga Fed September.

  • Pasar memperkirakan Federal Reserve akan memangkas suku bunga pada bulan September.
  • Emas mencapai rekor tertinggi baru di atas $2.500, menunjukkan bahwa permintaan logam mulia ini meningkat di tengah ketidakpastian ekonomi.

Harga emas mencapai rekor baru di atas $2.500 per ons pada hari Jumat, didorong oleh ekspektasi bahwa Federal Reserve (Fed) akan memangkas suku bunga pada bulan September. Lonjakan ini terjadi meskipun data Penjualan Ritel AS yang dirilis sebelumnya menunjukkan hasil yang lebih kuat dari perkiraan, yaitu peningkatan 1,0% pada bulan Juli.

Sebelumnya, emas sempat terkoreksi dari level resistensi di sekitar $2.470 setelah data ekonomi yang positif memperkuat Dolar AS dan meredam kekhawatiran tentang resesi. Namun, spekulasi pasar mengenai langkah Fed yang mungkin hanya menurunkan suku bunga sebesar 25 basis poin memberikan dorongan baru bagi harga emas.

Pandangan para analis terbagi: sementara beberapa memperingatkan agar tidak terlalu optimis terhadap data Penjualan Ritel yang sering kali tertinggal, yang lain melihatnya sebagai tanda kekuatan konsumen AS dan peluang bagi Fed untuk memulai siklus pelonggaran yang lebih moderat. Selain itu, data Klaim Pengangguran Awal yang turun juga memperlihatkan tanda-tanda pemulihan di pasar tenaga kerja, menambah optimisme terhadap prospek ekonomi AS.

Arah fundamental cenderung menguatkan harga emas.

Harga Minyak Anjlok, Kekhawatiran Perlambatan Ekonomi Tiongkok dan Ketegangan Timur Tengah Guncang Pasar.

  • Kekhawatiran tentang perlambatan ekonomi di Tiongkok.
  • Revisi turun dalam perkiraan permintaan minyak oleh OPEC dan Badan Energi Internasional (IEA).

Harga minyak turun hampir 2% pada hari Jumat, dengan minyak mentah Brent jatuh di bawah $80 per barel, mencerminkan minggu yang penuh gejolak di pasar energi. Penurunan ini didorong oleh meredanya ekspektasi pertumbuhan permintaan dari Tiongkok, salah satu importir minyak terbesar, setelah data ekonomi terbaru menunjukkan perlambatan signifikan dalam ekonomi negara tersebut.

Minyak mentah Brent turun 1,7% menjadi $79,68 per barel, sementara West Texas Intermediate (WTI) AS turun 1,9% menjadi $76,65 per barel. Data dari Tiongkok mengungkapkan bahwa produksi industri melambat, harga rumah baru turun pada laju tercepat dalam sembilan tahun, dan pengangguran meningkat, memicu kekhawatiran tentang penurunan permintaan minyak.

Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan Badan Energi Internasional (IEA) telah memangkas perkiraan permintaan minyak untuk tahun ini, mengutip melemahnya ekonomi Tiongkok sebagai faktor utama. Di sisi lain, ketegangan di Timur Tengah menambah volatilitas pasar, meskipun kekhawatiran tentang gangguan pasokan mulai mereda karena belum ada tindakan signifikan dari Iran.

Rilis data ekonomi dari Amerika Serikat, seperti penjualan ritel yang lebih tinggi dari ekspektasi dan penurunan klaim pengangguran, membantu menstabilkan harga minyak. Namun, ketidakpastian tetap tinggi menjelang keputusan Federal Reserve AS mengenai suku bunga pada bulan September, yang diperkirakan akan menjadi faktor kunci bagi arah pasar minyak selanjutnya.

Arah fundamental cenderung melemahkan harga minyak.

Penggerak Pasar Forex dan Komoditi Hari Ini

ECONOMIC CALENDAR
Real Time Economic Calendar provided by Investing.com.

Tidak ada agenda rilis data fundamental yang berpengaruh besar hari ini sebagai pendorong harga besar dari sisi fundamental analisis.

Perkiraan : 

Pergerakan besar dapat terjadi umumnya disesi pembukaan Eropa (siang hari) dan Amerika (Malam hari).

Share on: