- Data ekonomi kuat, termasuk penjualan ritel yang melampaui ekspektasi, mempertegas ketahanan ekonomi AS dan mengurangi peluang pemangkasan suku bunga dalam waktu dekat.
- Indeks Dolar AS turun dari puncaknya, tetapi tetap kuat karena dukungan dari retorika Federal Reserve dan data ekonomi yang mendukung.
Indeks S&P 500 mencatat penurunan mingguan pada hari Jumat, mengakhiri reli pasca-pemilu yang sebelumnya menguat. Kekhawatiran meningkat setelah data ekonomi terbaru menunjukkan kekuatan yang tak terduga, memicu spekulasi bahwa Federal Reserve mungkin menunda pemangkasan suku bunga lebih lanjut.
Pada penutupan perdagangan, Dow Jones Industrial Average turun 305 poin atau 0,7%, sementara S&P 500 melemah 1,4%, dan NASDAQ Composite tertekan lebih tajam, turun 2,3%.
Data ekonomi menunjukkan penjualan ritel AS tumbuh 0,4% di Oktober, melebihi perkiraan 0,3%, meskipun lebih rendah dibandingkan kenaikan 0,8% pada September. Hal ini mencerminkan ketahanan belanja konsumen, yang menopang pertumbuhan ekonomi di kuartal terakhir. Sementara itu, harga impor AS melonjak 0,3%, setelah sebelumnya turun 0,4% pada September, menambah kekhawatiran tentang lambatnya penurunan inflasi.
Ketua Federal Reserve Jerome Powell menegaskan bahwa kekuatan ekonomi memungkinkan bank sentral untuk mempertimbangkan waktu dan strategi terkait suku bunga, menimbulkan keraguan atas potensi pemangkasan pada bulan Desember. Hal ini menyebabkan Indeks Dolar AS (DXY) turun dari level tertingginya tahun ini, meskipun secara keseluruhan masih dalam tren naik berkat data ekonomi solid dan pandangan hati-hati dari Fed.
Analisis Pengaruh Terhadap Dollar AS:
Dolar AS menunjukkan kekuatan meskipun mengalami penurunan dari puncaknya. Retorika hati-hati dari Ketua Federal Reserve, Jerome Powell, dan data ekonomi yang solid mendukung prospek mata uang ini untuk tetap dalam tren naik.
Secara keseluruhan berpengaruh terhadap harga Dollar AS menguat.
Analisis Pengaruh Terhadap indeks saham AS.
Indeks saham AS, termasuk S&P 500, mengalami penurunan mingguan yang signifikan, dipicu oleh kekhawatiran pasar mengenai kemungkinan penundaan pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve.
Secara keseluruhan berpengaruh terhadap harga indeks saham AS melemah.
- Pandangan hawkish Ketua Federal Reserve Jerome Powell dan data ekonomi AS yang solid mengurangi peluang penurunan suku bunga dalam waktu dekat.
- Pelaku pasar emas akan memantau data AS minggu depan untuk mencari petunjuk baru terkait arah kebijakan moneter Federal Reserve.
Harga emas mencatat penurunan selama enam hari berturut-turut dan diperkirakan akan mencatat penurunan mingguan lebih dari 4%, yang menjadi pelemahan terbesar sejak September 2023. Nada hawkish dari Ketua Federal Reserve Jerome Powell mendukung penguatan dolar AS, yang menekan minat terhadap emas. Saat ini, harga emas (XAU/USD) diperdagangkan di level $2.564 per troy ounce, turun 0,17%.
Dalam pernyataannya pada Kamis, Powell menegaskan bahwa Federal Reserve tidak terburu-buru untuk menurunkan suku bunga, mengingat kondisi ekonomi yang tetap kuat, pasar tenaga kerja yang solid, dan inflasi yang masih berada di atas target 2%. Setelah pernyataan tersebut, ekspektasi pasar untuk penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin pada pertemuan Fed bulan Desember turun dari 72% menjadi 62%.
Data ekonomi AS sebelumnya menunjukkan penjualan ritel Oktober tumbuh baik secara bulanan maupun tahunan, meskipun lebih rendah dibandingkan kenaikan September. Selain itu, produksi industri AS juga meningkat, meskipun masih berada di zona kontraksi.
Meski data positif, aksi ambil untung menjelang akhir pekan melemahkan dolar AS. Indeks Dolar AS (DXY), yang mengukur kekuatan dolar terhadap enam mata uang utama, turun 0,10% ke 106,76. Penurunan ini membantu membatasi kerugian harga emas, setelah sempat mencapai level terendah dua bulan di $2.536.
Imbal hasil obligasi Treasury AS sedikit tertekan, dengan obligasi acuan tenor 10 tahun tetap stabil di 4,43%. Selain pernyataan Powell, beberapa pejabat Fed, seperti Susan Collins dan Austan Goolsbee, menegaskan pentingnya kebijakan suku bunga yang hati-hati, dengan menekankan bahwa pemotongan suku bunga tidak perlu dilakukan secara terburu-buru.
Namun, kekhawatiran pasar meningkat terkait potensi kebijakan tarif Donald Trump yang dapat memicu inflasi, sementara Fed masih berupaya mengendalikan tekanan harga tanpa memicu perlambatan ekonomi yang lebih dalam.
Minggu depan, perhatian pelaku pasar emas akan tertuju pada data perumahan AS, klaim pengangguran awal, dan rilis PMI Flash Global S&P untuk mendapatkan petunjuk lebih lanjut tentang arah kebijakan moneter.
Analisis Pengaruh Terhadap Harga Emas:
Nada hawkish Ketua Federal Reserve Jerome Powell memperkuat spekulasi bahwa suku bunga tidak akan segera dipangkas, membebani daya tarik emas sebagai aset tanpa imbal hasil.
Data ekonomi AS yang solid, termasuk penjualan ritel yang lebih tinggi dari ekspektasi, mendukung penguatan dolar AS, yang cenderung melemahkan harga emas.
Secara keseluruhan berpengaruh harga emas melemah.
Harga Minyak Anjlok, Tekanan Permintaan Tiongkok dan Kelebihan Pasokan AS Membayangi Pasa.
- Kekhawatiran melambatnya permintaan dari Tiongkok, ditambah peningkatan persediaan minyak mentah AS yang jauh melebihi ekspektasi, menyebabkan harga minyak Brent dan WTI mencatatkan penurunan mingguan lebih dari 4%.
- IEA menaikkan perkiraan permintaan minyak 2024, tetapi memperingatkan potensi kelebihan pasokan pada 2025.
Harga minyak mencatat penurunan pada hari Jumat, mengakhiri pekan dengan kerugian yang signifikan akibat kekhawatiran permintaan dari Tiongkok yang melambat dan peningkatan persediaan minyak mentah AS yang melampaui ekspektasi.
Minyak mentah Brent turun 2,1% menjadi $71,04 per barel, sementara West Texas Intermediate (WTI) merosot 2,5% menjadi $67,02 per barel pada penutupan perdagangan. Kedua kontrak mencatat penurunan mingguan lebih dari 4%, didorong oleh langkah-langkah stimulus Tiongkok yang dianggap tidak memadai, khususnya karena Beijing enggan mengeluarkan kebijakan fiskal yang lebih terarah untuk mendukung pengeluaran domestik dan pasar properti.
Proyeksi Permintaan 2024 dan Risiko Kelebihan Pasokan
DIlansir dari investing.com badan Energi Internasional (IEA) pada Kamis menaikkan perkiraan pertumbuhan permintaan minyak untuk 2024 menjadi 920.000 barel per hari, terutama karena permintaan gasoil yang lebih kuat di beberapa wilayah. Namun, badan tersebut memperingatkan potensi kelebihan pasokan pada 2025, terutama jika produksi tetap tinggi meskipun OPEC mempertahankan pemotongan produksi saat ini.
UBS Pangkas Proyeksi Harga, Namun Tetap Optimistis
DIlansir dari investing.com, UBS menurunkan perkiraan harga minyak Brent untuk 2025 menjadi $80 per barel, lebih rendah dari target sebelumnya. Namun, bank tersebut percaya bahwa pasar terlalu pesimis, mencatat bahwa harga minyak memiliki ruang untuk pulih jika disiplin modal tetap terjaga di kalangan produsen minyak.
Meski Trump diperkirakan akan mendorong kebijakan pro-pengeboran, UBS menyatakan bahwa harga pasar yang berlaku, bukan kebijakan Gedung Putih, akan menjadi faktor utama yang menentukan produksi minyak AS dalam jangka panjang.
Dengan posisi investor yang rendah di tengah kekhawatiran kelebihan pasokan, UBS memproyeksikan bahwa harga minyak akan kembali stabil atau bahkan menguat dalam beberapa bulan mendatang.
Analisis Pengaruh Terhadap Harga Minyak:
- Kekhawatiran Permintaan Tiongkok: Langkah stimulus yang tidak memadai dari Tiongkok dan prospek perlambatan ekonominya menekan ekspektasi permintaan minyak global.
- Peningkatan Persediaan AS: Kenaikan besar persediaan minyak mentah AS di tengah produksi yang mendekati rekor memperkuat kekhawatiran kelebihan pasokan.
- Ketidakpastian Geopolitik: Potensi perang dagang baru antara AS dan Tiongkok menyusul kemenangan Donald Trump meningkatkan risiko terhadap permintaan minyak jangka panjang.
Secara keseluruhan berpengaruh terhadap harga minyak melemah.
Penggerak Pasar Forex dan Komoditi Hari Ini
Tidak ada rilis data ekonomi fundamental hari ini sebagai faktor perubahan harga atau sentimen.
Perkiraan:
Terdapat potensi pergerakan besar di setiap sesi pembukaan pasar Asia (pagi hari), Eropa (siang hari) dan AS (malam hari).