Saham AS Diperdagangkan Bervariasi, Investor Menunggu Keputusan Federal Reserve.
- Dow Jones Industrial Average mencetak rekor baru dengan kenaikan 228 poin, sementara Nasdaq Composite turun 90 poin.
- Pasar terbagi terkait skala pemotongan suku bunga oleh Federal Reserve yang diperkirakan akan diumumkan minggu ini.
Indeks Dolar AS (DXY), yang mengukur nilai USD terhadap sekeranjang enam mata uang utama, memperpanjang penurunan korektifnya di tengah meningkatnya ekspektasi kebijakan dovish dari Federal Reserve pada pertemuan Rabu mendatang. DXY telah turun selama tiga hari berturut-turut, mendekati level 100,70, seiring pasar memperkirakan kemungkinan tinggi pemotongan suku bunga sebesar 50 basis poin.
Dengan tanda-tanda melambatnya inflasi dan melemahnya pasar tenaga kerja, para investor semakin yakin bahwa penurunan suku bunga 50 bps akan terjadi, dan memperkirakan total pelonggaran lebih dari 100 bps hingga akhir tahun.
Sementara itu saham-saham AS diperdagangkan bervariasi pada Senin karena investor menanti pertemuan Federal Reserve yang akan diadakan minggu ini. Bank sentral diharapkan memulai siklus penurunan suku bunga untuk meredakan kekhawatiran atas perlambatan ekonomi dan pasar tenaga kerja.
Indeks Dow Jones Industrial Average, yang terdiri dari 30 saham unggulan, naik 228 poin atau 0,55%, mencatat rekor tertinggi baru. Di sisi lain, indeks S&P 500 menguat tipis sebesar 5 poin atau 0,1%, sedangkan Nasdaq Composite yang didominasi saham teknologi mengalami penurunan 90 poin atau 0,51%.
Kekhawatiran di pasar juga dipicu oleh laporan percobaan pembunuhan kedua terhadap calon presiden Partai Republik, Donald Trump, meskipun mantan presiden tersebut dilaporkan tidak terluka.
Pasar Terbelah Menjelang Pertemuan Federal Reserve.
Menjelang pertemuan Federal Reserve, para pelaku pasar terbelah mengenai potensi besarnya pemotongan suku bunga. Menurut CME Fedwatch, para pedagang memperkirakan peluang sebesar 50% untuk pemotongan 50 basis poin dan peluang yang sama untuk pemotongan sebesar 25 basis poin.
Keputusan yang akan diambil oleh Fed pada Rabu ini diperkirakan akan memberikan panduan lebih jelas mengenai kebijakan moneter ke depan. Meskipun inflasi terbaru masih stabil, bank sentral dihadapkan pada tantangan melambatnya ekonomi dan pasar tenaga kerja.
Brad Case, Kepala Ekonom di Middleburg Communities, mengatakan, “Ekonomi yang sebelumnya berada dalam tekanan inflasi yang kuat kini mulai beralih ke kisaran yang lebih moderat.”
Indeks Saham Mendekati Rekor Tertinggi.
Saham-saham AS menunjukkan performa yang kuat pekan lalu meskipun inflasi tetap tinggi. Indeks S&P 500 melonjak 4%, sementara Dow Jones Industrial Average naik 2,6%, mendekati level tertinggi sepanjang masa. Saham teknologi kelas berat, yang sempat jatuh, mengalami kebangkitan berkat minat yang meningkat pada kecerdasan buatan.
Nasdaq Composite melonjak hampir 6%, meski tetap jauh di bawah puncaknya yang tercapai di awal tahun ini. Sektor-sektor yang sensitif terhadap ekonomi juga naik, dipicu oleh ekspektasi pemangkasan suku bunga.
Pengaruh fundamental cenderung menguatkan harga indeks saham AS.
Pengaruh fundamental cenderung melemahkan harga Dollar AS.
Harga Emas Naik Seiring Pelemahan Dolar, Investor Fokus pada Keputusan Federal Reserve.
- Harga emas menguat 0,18% di tengah ekspektasi pemotongan suku bunga yang lebih besar dari perkiraan oleh Federal Reserve.
- Dolar AS melemah, dengan Indeks Dolar AS (DXY) turun 0,36% ke level 100,74, memberikan dorongan tambahan bagi emas.
Harga emas mencatat kenaikan lebih dari 0,18% selama sesi perdagangan Amerika pada hari Senin, didukung oleh pelemahan Dolar AS. Para pedagang memperhatikan keputusan kebijakan moneter Federal Reserve yang akan diumumkan pada hari Rabu, di mana ekspektasi terhadap pemotongan suku bunga yang lebih besar dari perkiraan semakin menguat. XAU/USD diperdagangkan di $2.582 setelah sempat turun ke level terendah harian di $2.579.
Data menunjukkan peluang meningkat bahwa Federal Reserve akan memangkas suku bunga sebesar 50 basis poin (bps), dengan probabilitas pemotongan tersebut naik dari 50% menjadi 59%, menurut CME FedWatch Tool. Sementara itu, peluang pemotongan suku bunga sebesar 25 bps tercatat sebesar 41%. Penurunan imbal hasil obligasi pemerintah AS juga turut mendorong harga emas, dengan imbal hasil obligasi 10 tahun turun 2,5 basis poin menjadi 3,631%.
Selain itu, pelemahan Dolar AS semakin membebani Greenback, tercermin dari penurunan Indeks Dolar AS (DXY) sebesar 0,36% ke level 100,74.
Dari sisi geopolitik, potensi eskalasi konflik di Timur Tengah dan laporan percobaan pembunuhan terhadap mantan Presiden AS Donald Trump turut memperlemah posisi Dolar AS, menurut laporan Bloomberg.
Ke depan, investor akan mencermati data Penjualan Ritel AS untuk bulan Agustus yang akan dirilis pada hari Selasa. Penjualan ini diharapkan memberikan petunjuk lebih lanjut terkait besarnya pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve. Selain itu, data perumahan AS juga akan dirilis sebelum konferensi pers Ketua Federal Reserve Jerome Powell pada akhir minggu ini.
Pengaruh fundamental cenderung menguatkan harga emas saat ini.
Harga Minyak Naik di Tengah Dampak Badai Francine dan Kekhawatiran Permintaan Tiongkok.
Badai Francine mempengaruhi produksi minyak di Teluk Meksiko.
Kekhawatiran pasar mengenai permintaan minyak dari Tiongkok berlanjut, terutama setelah data ekonomi yang lemah memperburuk prospek pertumbuhan.
Harga minyak mengalami kenaikan pada hari Senin seiring dampak Badai Francine yang mengganggu produksi minyak di Teluk Meksiko AS, meskipun kekhawatiran permintaan dari Tiongkok terus membebani pasar menjelang keputusan Federal Reserve minggu ini. Minyak mentah Brent untuk pengiriman November naik 1,59% menjadi $72,75 per barel, sementara minyak mentah AS untuk Oktober naik 2,1% menjadi $70,09 per barel.
Dilansir dari investing.com badai Francine telah menghentikan lebih dari 12% produksi minyak dan 16% produksi gas alam di Teluk Meksiko, menurut Biro Keselamatan dan Penegakan Lingkungan AS. Meskipun demikian, pasar tetap berhati-hati menjelang keputusan Fed, dengan spekulasi bahwa bank sentral AS akan memangkas suku bunga hingga 50 basis poin. Suku bunga yang lebih rendah biasanya mendukung aktivitas ekonomi yang pada gilirannya meningkatkan permintaan minyak.
Namun, data ekonomi yang lemah dari Tiongkok, termasuk penurunan produksi industri dan melemahnya penjualan ritel, meningkatkan kekhawatiran atas prospek permintaan minyak global, memperlemah sentimen positif di pasar minyak.
Pengaruh fundamental cenderung beragam terhadap harga minyak mentah.
Penggerak Pasar Forex dan Komoditi Hari Ini
Terdapat rilis data fundamental hari ini dari USD hari ini, yaitu:
Data Retail Sales dan Core Retail Sales adalah indikator ekonomi yang mengukur perubahan total penjualan ritel. Data penjualan ritel merupakan indikator penting untuk mengevaluasi kesehatan ekonomi, karena belanja konsumen merupakan komponen utama dari produk domestik bruto (PDB). Angka positif menunjukkan peningkatan dalam belanja konsumen, sementara angka negatif menunjukkan penurunan.
Dari agenda tersebut dapat memberikan dorongan harga untuk mata uang USD.
Pengaruh Data Terhadap Perubahan Harga.
Data Core Retail Sales dan Retail Sales rilis lebih tinggi dari forcast positif/optimis untuk USD. Sedangkan data rilis lebih rendah dari forcast negatif/pesimis untuk USD.
Perkiraan :
USD
Data Core Retail Sales (MoM) (Aug) rilis lebih rendah dari data sebelumnya.
Data Retail Sales (MoM) (Aug) rilis lebih rendah dari data sebelumnya.