Wall Street Bangkit, Tapi Ancaman Inflasi dan Sentimen Konsumen Membayangi.

- Wall Street Rebound – Dow Jones naik 520 poin, didorong oleh saham teknologi dan perbankan.
- Ancaman Inflasi & Sentimen Konsumen – Ekspektasi inflasi meningkat dan sentimen konsumen melemah, memicu ketidakpastian pasar.
Dow Jones Industrial Average (DJIA) berhasil rebound 520 poin pada hari Jumat setelah mengalami tekanan jual selama dua minggu terakhir yang menyebabkan penurunan 3.373 poin (-7,66%). Pemulihan ini didorong oleh reli saham teknologi dan sektor perbankan, dengan Nvidia (NVDA) naik 4,5% setelah koreksi tajam sebelumnya. Indeks S&P 500 dan NASDAQ juga menguat masing-masing 2% dan 2,6%, menandakan minat beli yang kembali meningkat di Wall Street.
Namun, data ekonomi menunjukkan risiko baru bagi pasar. Indeks Sentimen Konsumen University of Michigan (UoM) anjlok ke level 57,9, terendah dalam lebih dari dua tahun, mencerminkan ketidakpastian ekonomi akibat perang dagang. Selain itu, ekspektasi inflasi lima tahun melonjak ke 3,9%, sementara ekspektasi inflasi satu tahun naik ke 4,9%, jauh di atas target tahunan Federal Reserve sebesar 2%.
Di tengah ketidakpastian ini, investor masih menaruh harapan pada potensi pemangkasan suku bunga oleh The Fed. Berdasarkan CME FedWatch Tool, peluang pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis poin pada bulan Juni hampir mencapai 80%. Namun, dengan inflasi yang tetap tinggi dan kepercayaan konsumen melemah, pasar masih menghadapi risiko volatilitas dalam beberapa pekan mendatang.
Analisis Pengaruh Terhadap Indeks Saham AS:
- Pemulihan Dow Jones: DJIA naik 520 poin setelah mengalami penurunan tajam dalam dua minggu sebelumnya.
- Kenaikan Saham Teknologi: Saham Nvidia (NVDA) melonjak 4,5%, mendorong reli di sektor teknologi.
- Penurunan Sentimen Konsumen: Indeks Sentimen Konsumen UoM turun ke 57,9, terendah dalam lebih dari dua tahun, yang bisa melemahkan pengeluaran dan pertumbuhan ekonomi.
Secara keseluruhan berpengaruh terhadap harga indeks saham AS melemah.
Emas Sentuh Rekor Baru $3.000 di Tengah Ketidakpastian Perdagangan.

- Jeffrey Gundlach memproyeksikan harga emas bisa mencapai $4.000 per ons, didukung oleh pelemahan Dolar AS dan ketidakpastian ekonomi.
- Bank Sentral Tiongkok terus menambah cadangan emasnya, sementara ketegangan geopolitik Rusia-Ukraina meningkatkan permintaan terhadap emas sebagai aset safe-haven.
Harga emas terus menunjukkan tren bullish setelah mencapai rekor tertinggi $3.004 per ons sebelum terkoreksi ke $2.982. Dilansir dari investing, Jeffrey Gundlach, CEO DoubleLine Capital, memproyeksikan emas dapat melonjak hingga $4.000 per ons, didukung oleh pelemahan Dolar AS dan ketidakpastian ekonomi global. Kekhawatiran resesi di AS serta spekulasi bahwa Federal Reserve akan melonggarkan kebijakan moneternya semakin memperkuat daya tarik emas sebagai aset safe-haven.
Selain itu, Bank Rakyat Tiongkok (PBoC) terus menambah cadangan emasnya selama empat bulan berturut-turut, menunjukkan meningkatnya permintaan global. Sementara itu, perundingan gencatan senjata antara Rusia dan Ukraina masih belum menemukan titik terang, menambah ketidakpastian geopolitik yang mendorong harga emas. Di sisi lain, meskipun emas mengalami reli, koreksi teknikal tetap terjadi karena para investor menunggu keputusan kebijakan Federal Reserve minggu depan.
Dengan berbagai faktor fundamental yang mendukung kenaikan harga, emas tetap menjadi pilihan utama bagi investor di tengah gejolak ekonomi dan geopolitik. Namun, potensi koreksi masih terbuka, terutama jika kebijakan The Fed atau perkembangan geopolitik memberikan kejutan bagi pasar.
Analisis Pengaruh Terhadap Harga Emas:
- Kekhawatiran resesi di AS menyebabkan penurunan Dolar AS, meningkatkan daya tarik emas sebagai aset safe-haven.
- Ekspektasi bahwa The Fed akan melonggarkan kebijakan moneter semakin mendukung emas.
- Bank Rakyat Tiongkok (PBoC) terus meningkatkan kepemilikan emas selama empat bulan berturut-turut, menambah permintaan pasar.
Secara keseluruhan berpengaruh harga emas melemah.
Harga Minyak Naik 1%, Ketidakpastian Gencatan Senjata Rusia-Ukraina Jadi Fokus.

- Ketidakpastian gencatan senjata Rusia-Ukraina dapat memperpanjang sanksi terhadap minyak Rusia, mendukung harga.
- IEA memperkirakan kelebihan pasokan minyak global, yang berpotensi menekan harga dalam jangka panjang.
Harga minyak naik 1% pada hari Jumat, dengan Brent ditutup di $70,58 per barel dan WTI di $67,18 per barel, meskipun secara mingguan hampir tidak berubah. Investor masih mencermati ketidakpastian mengenai kemungkinan berakhirnya perang Rusia-Ukraina yang dapat mempengaruhi pasokan energi global. Sementara Presiden Rusia Vladimir Putin menyatakan dukungan terhadap usulan gencatan senjata dari AS, ia juga mengajukan persyaratan tambahan yang dapat menunda kesepakatan.
Di sisi lain, ketegangan geopolitik semakin kompleks setelah Tiongkok dan Rusia menyatakan dukungan terhadap Iran dalam negosiasi nuklir, menentang tekanan dari AS. Selain itu, perusahaan-perusahaan Tiongkok mulai membatasi impor minyak Rusia karena risiko sanksi, yang dapat berdampak pada dinamika perdagangan energi. Sementara itu, laporan Badan Energi Internasional (IEA) memperkirakan pasokan minyak global dapat melebihi permintaan sekitar 600.000 barel per hari tahun ini, yang berpotensi menekan harga minyak dalam jangka panjang.
Meskipun ketegangan geopolitik masih dapat memicu volatilitas harga, prospek pasokan yang melimpah dan permintaan yang lebih lemah membuat analis lebih berhati-hati terhadap reli harga minyak. Analis ANZ dan Commerzbank memperkirakan harga minyak masih cenderung turun dalam jangka pendek, meskipun risiko ketegangan geopolitik tetap menjadi faktor utama dalam pergerakan pasar energi.
Analisis Pengaruh Terhadap Harga Minyak:
- Harga minyak naik 1% pada hari Jumat, tetapi secara mingguan tetap hampir tidak berubah karena ketidakpastian terkait perang Ukraina dan pasokan energi Rusia.
- Presiden Rusia Vladimir Putin menyatakan dukungan terhadap usulan gencatan senjata AS, tetapi persyaratan tambahan dapat memperpanjang konflik, menjaga minyak Rusia di bawah sanksi lebih lama.
- Perusahaan-perusahaan Tiongkok mulai membatasi impor minyak Rusia karena risiko sanksi AS, yang dapat mempengaruhi keseimbangan pasokan global.
Secara keseluruhan berpengaruh terhadap harga minyak melemah.
Penggerak Pasar Forex dan Komoditi Hari Ini
Terdapat laporan data fundamental dari AS hari ini yaitu:
Retail Sales (Penjualan Ritel) (MoM)
Pengertian: Mengukur total penjualan barang dan jasa di tingkat ritel dalam satu bulan dibandingkan bulan sebelumnya (Month-over-Month/MoM). Data ini mencerminkan tingkat konsumsi masyarakat, yang merupakan komponen utama dalam pertumbuhan ekonomi suatu negara.
Dari agenda tersebut dapat mendorong perubahan harga signifikan dan sentimen terhadap harga USD.
Pengaruh Data Terhadap Perubahan Harga.
Data Retail Sales dan Core Retail Sales rilis lebih tinggi dari forecast positif/optimis untuk USD. Sedangkan data rilis lebih rendah dari forecast negatif/pesimis untuk USD.
Perkiraan :
Retail Sales rilis lebih tinggi dari sebelumnya.
Core Retail Sales rilis lebih tinggi dari sebelumnya.