Klarifikasi Iran dan Proyeksi Fed, Pasar Beradu Sentimen.

Iran membantah laporan ingin berdamai, menjaga ketidakpastian geopolitik tetap tinggi.
Barclays memperkirakan The Fed tetap hawkish karena tekanan inflasi akibat tarif akan segera muncul.
Pada 17 Juni 2025, laporan yang menyebut Iran ingin menghentikan konflik dengan Israel sempat memicu optimisme pasar dan menekan harga minyak. Namun, pemerintah Iran membantah laporan tersebut, menegaskan tidak ada permintaan resmi ke negara-negara Arab untuk menengahi gencatan senjata. Klarifikasi itu menahan sentimen risk-on dan mengembalikan ketidakpastian geopolitik ke pasar, meski awalnya memberi dorongan bagi indeks saham, termasuk Nasdaq.
Fokus pasar kini beralih ke pertemuan dua hari Federal Reserve yang dimulai Selasa ini. The Fed diperkirakan akan mempertahankan suku bunga acuan di level 4,5%, tetapi perhatian tertuju pada proyeksi dan nada pernyataan Jerome Powell. Data inflasi yang melandai serta perlambatan ekonomi AS mendorong ekspektasi bahwa bank sentral akan memberi sinyal pemangkasan suku bunga pada kuartal mendatang. Namun, Barclays memperingatkan bahwa tekanan inflasi dari tarif Presiden Trump hanya tinggal menunggu waktu sebelum benar-benar muncul.
Dilansir dari investing, laporan Barclays menyebutkan bahwa efek tarif terhadap biaya produksi dan harga konsumen dapat memuncak pada awal musim gugur 2025, membatasi ruang gerak The Fed untuk segera melonggarkan kebijakan. Meskipun core CPI dan PPI menunjukkan pelambatan inflasi dalam tiga bulan terakhir, tekanan biaya dari rantai pasok akibat tarif belum sepenuhnya tercermin dalam harga akhir. Oleh karena itu, Barclays memperkirakan The Fed tetap mempertahankan sikap hawkish, bertolak belakang dengan prediksi pelaku pasar lainnya seperti Citi yang memperkirakan pemangkasan hingga 125 basis poin mulai September.
Kesimpulan Sentimen:
BULLISH pasar saham AS, meskipun ada ketidakpastian geopolitik, ekspektasi pemangkasan suku bunga dan pelemahan inflasi jangka pendek memberi dorongan positif untuk saham teknologi. Sentimen pasar terhadap Nasdaq saat ini tetap bullish, didukung oleh harapan akan kebijakan moneter yang lebih longgar.
Harga Emas Tersandung di Bawah $3.400 Meski Konflik Israel-Iran Meningkat.

Emas tergelincir karena kabar Iran bersedia meredakan konflik dan kembali ke meja perundingan.
Investor mengalihkan fokus ke keputusan suku bunga dan data ekonomi AS pasca-Fed.
Harga emas (XAU/USD) jatuh di bawah level kunci $3.400 selama sesi Amerika, turun lebih dari 1% meskipun konflik Israel-Iran masih memanas. Emas sempat menyentuh level tertinggi delapan pekan di $3.452 sebelum berbalik melemah. Saat ini, XAU/USD diperdagangkan di $3.399, mencerminkan meningkatnya tekanan jual seiring kabar terbaru dari kawasan Timur Tengah.
Israel menyerang fasilitas militer dan nuklir Iran serta menargetkan pejabat tinggi Teheran, dengan alasan bahwa Iran mampu memproduksi senjata nuklir dalam hitungan hari — klaim yang bertentangan dengan intelijen AS. Meski ketegangan meningkat, laporan Wall Street Journal menyebut Iran membuka kemungkinan untuk mengakhiri permusuhan dan melanjutkan pembicaraan nuklir. Pernyataan ini memicu kembalinya selera risiko dan mendorong aksi ambil untung di pasar emas.
Selain perkembangan geopolitik, pelaku pasar kini bersiap menantikan keputusan suku bunga dari The Fed, BoJ, dan BoE. The Fed diproyeksikan akan menahan suku bunga, namun fokus akan tertuju pada nada kebijakan dan data lanjutan dari sektor ritel, perumahan, dan aktivitas bisnis di AS yang dirilis pekan ini.
Kesimpulan Sentimen:
Sentimen emas saat ini bearish dalam jangka pendek, dipicu kombinasi aksi profit-taking, meredanya kekhawatiran geopolitik, dan potensi data ekonomi AS yang solid.
Harga Minyak Tergelincir di Tengah Spekulasi Damai dan Posisi Jenuh Beli.

Harga minyak turun setelah Iran dilaporkan mencari gencatan senjata, mengurangi kekhawatiran gangguan pasokan.
Lonjakan sebelumnya dinilai terlalu spekulatif dan memasuki kondisi overbought, rentan terhadap aksi jual tajam
Harga minyak tergelincir sekitar $1 per barel pada Senin, setelah laporan bahwa Iran membuka peluang gencatan senjata dengan Israel memicu harapan meredanya risiko gangguan pasokan energi dari kawasan Teluk. Brent ditutup turun 1,35% menjadi $73,23 per barel, sementara WTI jatuh 1,66% ke $71,77. Langkah diplomatik Iran yang melibatkan Qatar, Saudi, dan Oman untuk meminta Presiden Trump menekan Israel menjadi sorotan utama pasar.
Sebelumnya, harga minyak melonjak lebih dari 7% pada Jumat setelah Israel mulai menggempur Iran dengan tuduhan bahwa Teheran hampir memiliki senjata nuklir. Namun, analis menyebut lonjakan tersebut sebagian besar dipicu oleh spekulasi berlebihan dan posisi beli jenuh secara teknikal. Ketika pasar berada dalam kondisi seperti itu, harga sangat rentan terhadap aksi jual tajam — dan itulah yang terjadi begitu kabar tentang upaya damai mulai muncul.
Meski serangan udara masih terjadi, fasilitas ekspor utama seperti Pulau Kharg belum tersentuh, menjaga pasokan tetap stabil. Jalur vital seperti Selat Hormuz juga belum terganggu meskipun ada gangguan elektronik terhadap kapal dagang. Untuk saat ini, cadangan kapasitas produksi OPEC+ dinilai cukup untuk mengimbangi potensi gangguan dari Iran. Namun, ketegangan tetap menjadi risiko jika eskalasi mengenai infrastruktur energi benar-benar terjadi.
Kesimpulan Sentimen:
Sentimen minyak saat ini bearish karena pasar mulai mendiskon potensi risiko konflik dan fokus kembali ke kondisi teknikal serta fundamental pasokan yang tetap stabil.
Penggerak Pasar Forex dan Komoditi Hari Ini
Pengaruh Data Terhadap Perubahan Harga.
Prediksi GBP dan USD:
BoJ: Suku Bunga diperkirakan tetap di 0.50%, dampak JPY kemungkinan Netral.
Core Retail Sales (USD): Jika aktual lebih tinggi dari perkiraan 0.2%, USD berpotensi Naik.
Retail Sales (USD): Perkiraan kontraksi -0.6%. Jika aktual sesuai atau lebih buruk, USD berpotensi Turun.