Inflasi Mendingin, Dow Jones Melonjak – Tarik Nafas di Tengah Ketidakpastian Tarif.

Inflasi PPI dan CPI April turun lebih dari perkiraan, dorong harapan pemangkasan suku bunga oleh The Fed.
Penangguhan tarif AS-Tiongkok selama 90 hari memberi jeda ketegangan dagang, namun risiko tetap ada.
Dow Jones Industrial Average (DJIA) bangkit dan mencatat kenaikan sekitar 250 poin pada Kamis, didorong oleh data inflasi produsen (PPI) dan konsumen (CPI) yang lebih rendah dari ekspektasi. PPI inti untuk April turun 0,4% dan inflasi tahunan melambat ke 2,4%, sementara CPI naik hanya 2,3% YoY — level terendah sejak Februari 2021. Data ini memicu ekspektasi kuat bahwa The Fed berpeluang memangkas suku bunga karena tekanan inflasi mulai mereda.
Optimisme pasar juga diperkuat oleh langkah pemerintahan Trump yang menangguhkan tarif 145% terhadap barang-barang asal Tiongkok selama 90 hari, yang dibalas oleh Tiongkok dengan pencabutan tarif serupa. Meski bersifat sementara, perkembangan ini dianggap sebagai peluang emas untuk mendorong kesepakatan dagang yang lebih permanen dan menghindari eskalasi lebih lanjut.
Namun, sentimen positif ini dibayangi oleh data penjualan ritel yang turun 1,0% pada Maret, melebihi ekspektasi penurunan 0,5%. Sinyal pelemahan daya beli konsumen dan potensi lonjakan harga akibat tarif tetap menjadi kekhawatiran pasar, meskipun investor kini melihat ruang untuk bernafas di tengah ketidakpastian kebijakan dan arah inflasi.
Analisis Pengaruh Terhadap Indeks Saham AS:
Data inflasi yang menurun (CPI & PPI): Menunjukkan tekanan harga mulai mereda, memberi harapan The Fed tidak akan menaikkan suku bunga lagi, bahkan mungkin memangkasnya.
Rebound indeks Dow Jones (DJIA): Investor merespons positif data ekonomi dan perkembangan negosiasi dagang.
Ekspektasi pemangkasan suku bunga meningkat: Pasar obligasi mengindikasikan optimisme bahwa The Fed akan lebih dovish ke depan.
Secara keseluruhan berpengaruh terhadap harga indeks saham AS menguat.
Emas Berkilau Lagi: Dolar Melemah, Fed Diprediksi Pangkas Suku Bunga.

Data PPI AS yang melemah dorong ekspektasi pemangkasan suku bunga oleh The Fed.
Konflik Rusia-Ukraina dan pelemahan dolar bantu menopang reli emas.
Harga emas melonjak lebih dari 1,4% ke level $3.228 pada Kamis setelah sempat menyentuh titik terendah mingguan di $3.120. Kenaikan ini didorong oleh pelemahan dolar AS menyusul rilis data inflasi produsen (PPI) yang turun lebih besar dari perkiraan, serta penurunan imbal hasil obligasi AS.
Data ekonomi AS menunjukkan pelambatan penjualan ritel dan PPI yang lebih rendah dari ekspektasi, mengindikasikan tekanan harga mereda. Hal ini mendorong pelaku pasar memproyeksikan dua kali pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve pada 2025, dengan pemotongan pertama diperkirakan terjadi pada September. Implikasi dovish ini memberikan angin segar bagi emas sebagai aset lindung nilai.
Di sisi geopolitik, kegagalan Rusia dan Ukraina untuk mengadakan pertemuan damai menambah dukungan terhadap permintaan emas sebagai safe haven. Namun, penguatan harga emas masih diimbangi oleh kabar positif dari meredanya ketegangan dagang antara AS dan China yang sempat menekan harga emas lebih dari $120 awal pekan ini.
Analisis Pengaruh Terhadap Harga Emas:
Penjualan Ritel dan Data Pengangguran AS Melemahkan Dolar
Penjualan ritel melambat dan klaim pengangguran tetap sesuai ekspektasi, memperkuat ekspektasi bahwa ekonomi sedang mendingin — kondisi yang positif bagi emas.Ekspektasi Pemangkasan Suku Bunga Fed Menguat
Pasar kini sepenuhnya memproyeksikan dua kali pemangkasan suku bunga oleh The Fed pada 2025, dengan pemangkasan pertama diprediksi pada bulan September.Geopolitik dan Perundingan Damai Rusia-Ukraina Masih Suram
Penolakan Putin untuk bertemu Zelenskyy menjadi faktor tambahan yang mendorong permintaan safe haven emas, meski ada tekanan dari meredanya ketegangan dagang AS-China.
Secara keseluruhan berpengaruh harga emas menguat.
Minyak Tertekan Damai: Iran Siap Deal, Stok AS Naik, Harga Turun Tajam.

Ekspektasi deal nuklir AS-Iran picu kekhawatiran lonjakan pasokan baru ke pasar minyak.
Stok minyak AS melonjak 3,5 juta barel, berlawanan dari prediksi penurunan.
Harga minyak global jatuh lebih dari 2% pada Kamis setelah muncul ekspektasi kuat bahwa Amerika Serikat dan Iran akan mencapai kesepakatan nuklir yang dapat meringankan sanksi dan membuka kembali pasokan hingga 0,8 juta barel per hari dari Iran ke pasar dunia. Presiden AS Donald Trump menyatakan bahwa kesepakatan sudah mendekati final, dan Iran “secara garis besar” menyetujuinya. Hal ini langsung menekan harga Brent ke $64,53 dan WTI ke $61,62 per barel.
Tekanan pada harga semakin dalam setelah data dari Energy Information Administration (EIA) menunjukkan lonjakan persediaan minyak mentah AS sebesar 3,5 juta barel—berbanding terbalik dari ekspektasi penurunan. Di sisi lain, Organisasi Energi Internasional (IEA) merevisi naik proyeksi permintaan minyak tahun 2025, tetapi memperkirakan pertumbuhan permintaan tahun ini melambat akibat tekanan ekonomi dan melonjaknya penjualan kendaraan listrik.
Meskipun sentimen bearish mendominasi, ketegangan geopolitik tetap menjadi faktor penahan. Gagalnya pertemuan damai Rusia-Ukraina membuat pelaku pasar ragu akan segera kembalinya pasokan penuh dari wilayah konflik. Hal ini menjaga harga minyak dari potensi penurunan yang lebih tajam di tengah gelombang sentimen negatif terkait pasokan.
Analisis Pengaruh Terhadap Harga Minyak:
Ketegangan Rusia-Ukraina Menahan Tekanan Bearish
Gagalnya pertemuan damai antara Putin dan Zelenskiy dianggap mendukung harga minyak, karena potensi peningkatan pasokan dari Rusia tertunda.Data EIA: Persediaan Minyak AS Naik Tajam
Stok minyak mentah AS naik 3,5 juta barel dalam seminggu terakhir, jauh di atas ekspektasi penurunan 1,1 juta barel — memberi tekanan tambahan pada harga.IEA Revisi Naik Proyeksi Permintaan 2025, Tapi Revisi Turun untuk Sisa 2024
IEA menaikkan proyeksi permintaan minyak tahun 2025, namun memperkirakan pertumbuhan permintaan tahun 2024 akan melambat karena ekonomi global dan penjualan kendaraan listrik meningkat.
Secara keseluruhan berpengaruh terhadap harga minyak melemah.
Penggerak Pasar Forex dan Komoditi Hari Ini
Terdapat laporan data fundamental dari Jepang hari ini yaitu:
GDP adalah nilai pasar total dari semua barang dan jasa yang diproduksi dalam suatu negara pada periode tertentu. GDP merupakan indikator utama kesehatan ekonomi suatu negara.
Dari data – data tersebut dapat mempengaruhi pergerakan harga JPY.
Pengaruh Data Terhadap Perubahan Harga.
Data GDP rilis lebih tinggi dari forecast positif/optimis untuk GBP Sedangkan data rilis lebih rendah dari forecast negatif/pesimis untuk GBP.
Data Retail Sales/Core Retail Sales rilis lebih tinggi dari forecast positif/optimis untuk USDSedangkan data rilis lebih rendah dari forecast negatif/pesimis untuk USD.
Data Philadelphia Fed Manufacturing Index rilis lebih tinggi dari forecast positif/optimis untuk USDSedangkan data rilis lebih rendah dari forecast negatif/pesimis untuk USD.
Data PPI (MoM) (Apr) rilis lebih tinggi dari forecast positif/optimis untuk USDSedangkan data rilis lebih rendah dari forecast negatif/pesimis untuk USD.
Data Initial Jobless Claims rilis lebih rendah dari forecast positif/optimis untuk USD Sedangkan data rilis lebih tinggi dari forecast negatif/pesimis untuk USD.
Perkiraan :