Dolar Melemah Setelah Data Inflasi AS, Yen dan Pound Menguat di Tengah Perubahan Sentimen.

- Data inflasi AS yang melambat memicu spekulasi pemangkasan suku bunga Fed dua kali tahun ini.
- Yen Jepang menguat signifikan setelah Bank Jepang mengisyaratkan potensi penyesuaian kebijakan moneter.
Dolar AS memangkas sebagian kerugiannya terhadap mata uang utama pada Rabu, meskipun tetap melemah setelah data inflasi yang lebih rendah dari perkiraan menenangkan kekhawatiran pasar. Data Biro Statistik Tenaga Kerja menunjukkan harga konsumen naik 2,9% dalam setahun hingga Desember, sejalan dengan ekspektasi. Namun, inflasi inti melambat dibandingkan bulan sebelumnya, memicu spekulasi bahwa Federal Reserve mungkin memangkas suku bunga dua kali tahun ini.
Indeks dolar turun 0,1% menjadi 109,07, sementara yen menguat 0,93% terhadap dolar setelah Gubernur Bank Jepang Kazuo Ueda mengisyaratkan potensi kenaikan suku bunga. Di sisi lain, pound sterling menguat setelah inflasi Inggris melambat secara tak terduga, memberikan dukungan kepada kebijakan moneter Bank of England. Sementara itu, euro melemah terhadap dolar, mencerminkan beragam sentimen di pasar valuta asing.
Dilansir dari investing.com para analis tetap berhati-hati terhadap prospek dolar. John Velis dari BNY Markets mencatat bahwa laporan inflasi mendatang akan menjadi penentu apakah penurunan inflasi berlanjut. Namun, kebijakan pemerintahan baru AS dapat mengubah ekspektasi pasar, sementara penguatan yen menjadi perhatian utama di tengah prospek kenaikan suku bunga Jepang.
Analisis Pengaruh Terhadap Dollar AS:
- Data inflasi yang lebih rendah dari perkiraan (CPI dan inflasi inti) meredakan kekhawatiran pasar terhadap tekanan inflasi. Hal ini meningkatkan ekspektasi bahwa Federal Reserve dapat memangkas suku bunga dua kali pada tahun ini, sehingga menekan nilai dolar.
Secara keseluruhan berpengaruh terhadap harga Dollar AS melemah.
Harga Emas Naik Didukung Pelemahan Inflasi, Ancaman Tarif Trump Membayangi.

- Emas naik setelah inflasi inti AS yang lebih lemah meningkatkan harapan pelonggaran suku bunga oleh Federal Reserve.
- Ancaman tarif oleh pemerintahan Trump dapat memicu inflasi, memperkuat dolar, dan menekan harga emas.
Harga emas naik untuk hari kedua berturut-turut, diperdagangkan di $2.690 per ons, setelah data inflasi inti AS menunjukkan pelemahan lebih lanjut. Penurunan inflasi konsumen ini mendorong imbal hasil obligasi AS turun, meningkatkan ekspektasi bahwa Federal Reserve mungkin melonggarkan kebijakan moneter. Pedagang kini memperkirakan peluang pelonggaran hingga 40 basis poin menjelang akhir 2025.
Logam mulia ini mendapat dukungan tambahan setelah laporan dari Biro Statistik Tenaga Kerja AS menunjukkan inflasi inti lebih rendah dari estimasi sebelumnya. Namun, agenda tarif pemerintahan Donald Trump yang baru dapat mengubah dinamika ini. Jika tarif diterapkan, inflasi bisa kembali naik, menekan peluang pemotongan suku bunga oleh Fed dan memperkuat dolar, yang pada akhirnya merugikan emas.
Ke depan, pasar akan memantau data Penjualan Ritel AS, klaim pengangguran, dan pidato pejabat Fed sebagai indikator arah kebijakan moneter lebih lanjut. Dalam konteks ini, prospek emas tetap bergantung pada keseimbangan antara risiko inflasi dan langkah kebijakan ekonomi pemerintahan yang akan datang.
Analisis Pengaruh Terhadap Harga Emas:
- Penurunan inflasi inti AS meningkatkan ekspektasi pelonggaran suku bunga Federal Reserve, yang mendukung kenaikan harga emas.
- Pelemahan imbal hasil obligasi AS memberikan dorongan tambahan bagi logam mulia, karena mengurangi daya tarik aset berbunga.
Secara keseluruhan berpengaruh harga emas menguat.
Harga Minyak Tembus Level Tertinggi 2024, Didukung Penurunan Stok dan Sanksi Baru AS.

- Penurunan persediaan minyak mentah AS dan sanksi AS terhadap Rusia memicu kenaikan harga minyak ke level tertinggi sejak 2024.
- Kesepakatan gencatan senjata Israel-Hamas sedikit membatasi lonjakan harga dengan meredakan kekhawatiran gangguan pasokan.
Harga minyak melonjak lebih dari 2% pada Rabu, didukung oleh penurunan besar persediaan minyak mentah AS dan sanksi baru AS terhadap Rusia yang memicu kekhawatiran gangguan pasokan. Minyak mentah Brent naik $2,11 (2,64%) menjadi $82,03 per barel, sementara WTI meningkat $2,54 (3,28%) ke $80,04 per barel. Keduanya mencapai level tertinggi sejak pertengahan 2024, didorong oleh laporan Badan Informasi Energi AS tentang persediaan minyak mentah yang turun ke level terendah sejak 2022 akibat lonjakan ekspor.
Sanksi AS terhadap minyak Rusia memperburuk kekhawatiran pasar, dengan kapal tanker Rusia menghadapi kesulitan mendistribusikan minyak secara global. Dilansir dari investing.com analis Ole Hansen dari Saxo Bank, menyoroti potensi ketegangan jangka pendek di pasar minyak akibat hambatan ini. Namun, kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Hamas sedikit membatasi kenaikan harga minyak, meredakan kekhawatiran gangguan lebih lanjut.
Selain itu, dolar yang melemah mendukung penguatan harga minyak karena meningkatkan daya beli global dan ekspektasi suku bunga Fed yang lebih rendah memperkuat prospek pertumbuhan ekonomi. Di sisi lain, OPEC tetap optimis terhadap permintaan minyak global yang diproyeksikan naik hingga 2026, memberikan pandangan positif untuk pasar energi.
Analisis Pengaruh Terhadap Harga Minyak:
- Penurunan besar persediaan minyak mentah AS ke level terendah sejak 2022 menunjukkan pasokan yang semakin ketat.
- Sanksi AS terhadap Rusia meningkatkan risiko gangguan pasokan global, memperkuat harga.
- Pelemahan dolar mendukung harga minyak, karena membuat minyak lebih murah bagi pembeli non-AS.
Secara keseluruhan berpengaruh terhadap harga minyak melemah.
Penggerak Pasar Forex dan Komoditi Hari Ini
Terdapat laporan data fundamental dari Inggris, German dan AS hari ini yaitu:
- GDP (MoM) – GBP
Produk Domestik Bruto adalah pengukuran total dari seluruh nilai produksi barang dan jasa dalam ekonomi Inggris. Data bulanan (MoM) ini menunjukkan perubahan dari bulan sebelumnya dan merupakan indikator utama pertumbuhan ekonomi yang sangat penting bagi pergerakan nilai Pound Sterling di pasar. - German CPI (MoM) – EUR
Indeks Harga Konsumen Jerman mengukur perubahan harga dari sekeranjang barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat Jerman. Sebagai ekonomi terbesar di Zona Euro, data ini menjadi indikator inflasi yang sangat penting karena sangat mempengaruhi arah kebijakan moneter Bank Sentral Eropa (ECB) dan pergerakan nilai Euro. - Core Retail Sales – USD
Data penjualan ritel inti Amerika Serikat ini tidak memasukkan penjualan mobil untuk menghindari volatilitas dari sektor otomotif. Data ini menjadi indikator penting untuk melihat tingkat konsumsi konsumen AS yang merupakan penggerak utama ekonomi. Pergerakannya sangat mempengaruhi outlook pertumbuhan ekonomi AS secara keseluruhan. - Initial Jobless Claims – USD
Data mingguan ini menunjukkan jumlah orang yang mengajukan klaim pengangguran untuk pertama kalinya di AS. Ini menjadi indikator cepat untuk melihat kesehatan pasar tenaga kerja AS dan sangat mempengaruhi outlook ekonomi serta arah kebijakan The Fed ke depan. - Philadelphia Fed Manufacturing Index – USD
Survei aktivitas manufaktur di wilayah Philadelphia ini menjadi indikator awal untuk melihat kondisi sektor manufaktur AS secara keseluruhan. Nilai di atas 0 menandakan ekspansi, sementara di bawah 0 menunjukkan kontraksi. Data ini mempengaruhi ekspektasi pertumbuhan ekonomi AS. - Retail Sales – USD
Total penjualan ritel AS termasuk mobil ini mengukur perubahan dalam total pengeluaran konsumen. Sebagai indikator utama konsumsi dan pertumbuhan ekonomi AS, data ini sangat mempengaruhi outlook USD dan kebijakan The Fed karena menggambarkan kekuatan daya beli konsumen secara keseluruhan.
Dari agenda tersebut dapat mendorong perubahan harga signifikan dan sentimen terhadap harga GBP, EUR dan USD.
Pengaruh Data Terhadap Perubahan Harga.
Data GDP (MoM) (Nov) rilis lebih tinggi dari forcast positif/optimis untuk GBP. Sedangkan data rilis lebih rendah dari forcast negatif/pesimis untuk GBP.
Data German CPI (MoM) (Dec) rilis lebih tinggi dari forcast positif/optimis untuk EUR. Sedangkan data rilis lebih rendah dari forcast negatif/pesimis untuk EUR.
Data Core Retail Sales (MoM) (Dec) rilis lebih tinggi dari forcast positif/optimis untuk USD. Sedangkan data rilis lebih rendah dari forcast negatif/pesimis untuk USD.
Data Philadelphia Fed Manufacturing Index (Jan) rilis lebih tinggi dari forcast positif/optimis untuk USD. Sedangkan data rilis lebih rendah dari forcast negatif/pesimis untuk USD.
Data Retail Sales (MoM) (Dec) rilis lebih tinggi dari forcast positif/optimis untuk USD. Sedangkan data rilis lebih rendah dari forcast negatif/pesimis untuk USD.
Perkiraan :
GBP
Data GDP (MoM) (Nov) rilis lebih tinggi dari data sebelumnya.
EUR
Data German CPI (MoM) (Dec) rilis lebih tinggi dari data sebelumnya.
USD
Data Core Retail Sales (MoM) (Dec) rilis lebih tinggi dari data sebelumnya.
Data Initial Jobless Claims rilis lebih tinggi dari data sebelumnya.
Data Philadelphia Fed Manufacturing Index (Jan) rilis lebih tinggi dari data sebelumnya.
Data Retail Sales (MoM) (Dec) rilis lebih rendah dari data sebelumnya.