Indeks Dolar AS Bergerak Netral, Fokus Tertuju pada Rapat Fed dan Data Ekonomi Tiongkok.

  • Dollar AS menghadapi tekanan aksi ambil untung dan pengaruh data ekonomi serta stimulus dari Tiongkok.
  • Data indeks harga produsen (PPI) yang lebih kuat dari perkiraan meningkatkan ketidakpastian terkait suku bunga jangka panjang

Indeks Dolar AS (DXY), yang mencerminkan kinerja nilai tukar USD terhadap sekeranjang mata uang utama, diperdagangkan dalam kisaran netral pada Jumat (13/12), dengan sedikit kenaikan di sesi perdagangan AS. Pergerakan Greenback tertekan oleh aksi ambil untung setelah reli tajam terhadap sebagian besar mata uang G20 pada awal pekan ini. Pelemahan ini terjadi di tengah pengaruh data ekonomi baru dari Tiongkok dan detail tambahan terkait paket stimulus yang diumumkan oleh pemerintah Tiongkok.

Meski demikian, Dolar AS tetap mendapatkan dukungan dari kenaikan imbal hasil Treasury AS, yang tampaknya mengimbangi ekspektasi pasar terhadap keputusan Federal Reserve (Fed) minggu depan. Pasar secara luas memprediksi Fed akan memangkas suku bunga, meskipun data terbaru meningkatkan ketidakpastian terkait kebijakan jangka panjang.

Pada hari Jumat, kalender ekonomi relatif sepi, tetapi data inflasi indeks harga produsen (PPI) yang lebih tinggi dari perkiraan pada sesi sebelumnya meningkatkan kekhawatiran akan prospek suku bunga. Rapat kebijakan terakhir Fed untuk tahun ini dijadwalkan pada 17-18 Desember, dengan ekspektasi pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis poin. Namun, data inflasi yang fluktuatif, termasuk PPI dan inflasi konsumen, menimbulkan spekulasi bahwa langkah pemangkasan suku bunga di tahun 2025 mungkin lebih lambat dari perkiraan sebelumnya.

Menurut CME FedWatch Tool, probabilitas pasar untuk pemangkasan suku bunga pada pertemuan mendatang mencapai lebih dari 96%. Namun, data tersebut juga menunjukkan potensi jeda pemangkasan pada Januari 2025, yang menambah ketidakpastian pasar terhadap kebijakan moneter selanjutnya.

Analisis Pengaruh Terhadap Dollar AS:

  • Aksi ambil untung menekan Dolar AS setelah reli sebelumnya.
  • Data ekonomi Tiongkok yang positif dan pengumuman stimulus meningkatkan minat risiko, mengurangi daya tarik Dolar sebagai aset safe haven.
  • Ekspektasi pemangkasan suku bunga Fed sebesar 25 basis poin telah terdiskon sepenuhnya oleh pasar, sehingga ruang kenaikan Dolar terbatas.

Secara keseluruhan berpengaruh terhadap harga Dollar AS melemah.

Harga Emas Tertekan Jelang Keputusan Federal Reserve.
  • Harga emas turun menjelang pertemuan Fed.

  • Fokus investor beralih pada keputusan suku bunga Fed dan data ekonomi AS yang akan dirilis pekan depan, termasuk PMI dan Penjualan Ritel.

Harga emas turun pada hari Jumat, dengan emas spot melemah 1,2% menjadi $2.648,64 per ons dan emas berjangka Februari turun 1,6% ke $2.666,00 per ons. Penurunan ini terjadi di tengah ekspektasi pemangkasan suku bunga Federal Reserve bulan Desember, namun dengan prospek kebijakan yang kurang dovish. Penguatan dolar selama dua pekan terakhir turut memberikan tekanan tambahan pada harga logam mulia.

Meskipun pasar memperkirakan pemangkasan suku bunga sebesar 25 bps, data inflasi AS yang tetap tinggi membuat kebijakan moneter jangka panjang menjadi lebih tidak pasti. Suku bunga yang tinggi diperkirakan bertahan lebih lama di bawah kebijakan ekspansif Presiden terpilih Donald Trump, sehingga membebani aset seperti emas yang tidak memberikan imbal hasil.

Logam mulia lainnya juga melemah, dengan platinum dan perak masing-masing turun 1,4% dan 2%. Fokus pasar kini tertuju pada pertemuan kebijakan Fed 17-18 Desember, dengan peluang besar pemangkasan suku bunga sebesar 25 bps, serta data ekonomi utama seperti PMI, Penjualan Ritel, dan Indeks Harga PCE inti yang akan dirilis pekan depan.

Analisis Pengaruh Terhadap Harga Emas:

  • Pengaruh Pemangkasan Suku Bunga Fed: Ekspektasi pasar bahwa Federal Reserve akan memangkas suku bunga pada Desember mendatang mendukung harga emas. Namun, ketidakpastian tentang kebijakan jangka panjang Fed, terutama dengan inflasi AS yang tetap tinggi, menambah volatilitas.

  • Kekuatan Dolar AS: Penguatan dolar AS telah menekan harga emas, karena harga emas biasanya bergerak terbalik dengan nilai dolar. Hal ini mengurangi daya tarik emas sebagai aset safe-haven.

  • Pergerakan Ekonomi Global: Data ekonomi AS yang bervariasi, seperti inflasi konsumen dan laporan Klaim Pengangguran, turut mempengaruhi sentimen pasar terhadap emas. Ketegangan politik, seperti potensi gencatan senjata Gaza, juga dapat memengaruhi keputusan investor terkait emas.

Secara keseluruhan berpengaruh harga emas melemah.

Harga Minyak Naik 2%, Sentuh Level Tertinggi Tiga Minggu Didukung Sentimen Positif.

  • Ekspektasi pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve dan Bank Sentral Eropa (ECB) dapat mendorong pertumbuhan ekonomi.

  • IEA memprediksi surplus pasokan minyak pada 2025, dengan peningkatan output 1,5 juta barel per hari dari negara-negara non-OPEC+ seperti Argentina, Brasil, Kanada, Guyana, dan AS.

Harga minyak melonjak sekitar 2% pada Jumat, mencapai level tertinggi dalam tiga minggu terakhir. Minyak mentah Brent naik $1,08 atau 1,5%, menjadi $74,49 per barel, sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS naik $1,27 atau 1,8%, menjadi $71,29 per barel. Brent mencatat kenaikan mingguan sebesar 5%, sedangkan WTI naik 6%, menandai penutupan tertinggi sejak masing-masing 22 November dan 7 November. Kenaikan ini didorong oleh ekspektasi sanksi tambahan terhadap Rusia dan Iran yang dapat memperketat pasokan serta prospek penurunan suku bunga di Eropa dan AS yang berpotensi mendorong permintaan bahan bakar.

Ketegangan geopolitik menjadi salah satu penggerak utama pasar. Uni Eropa telah menyetujui paket sanksi ke-15 terhadap Rusia, yang menargetkan armada tanker bayangannya, sementara AS sedang mempertimbangkan langkah serupa. Inggris, Prancis, dan Jerman juga menyatakan kesiapannya untuk memicu pemulihan sanksi internasional terhadap Iran guna mencegah pengembangan senjata nuklir. Di sisi lain, data dari Tiongkok menunjukkan peningkatan impor minyak mentah pada November, pertama kali dalam tujuh bulan terakhir. Langkah ini sejalan dengan strategi penyuling minyak untuk memanfaatkan harga lebih rendah dari Arab Saudi, didukung oleh kebijakan stimulus ekonomi pemerintah Tiongkok yang meningkatkan prospek permintaan minyak global.

Dalam jangka panjang, Badan Energi Internasional (IEA) memperkirakan surplus pasokan minyak pada tahun depan karena negara-negara non-OPEC+ seperti Argentina, Brasil, Kanada, Guyana, dan AS diprediksi meningkatkan produksi hingga 1,5 juta barel per hari. Namun, OPEC+ berencana menerapkan disiplin yang lebih ketat dengan Uni Emirat Arab mengurangi pengiriman minyak awal tahun depan. Di sisi lain, investor juga bertaruh pada potensi pemangkasan suku bunga AS oleh Federal Reserve minggu depan, yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dan permintaan energi lebih lanjut.

Analisis Pengaruh Terhadap Harga Minyak:

  • Impor minyak mentah Tiongkok pada November tumbuh untuk pertama kalinya dalam tujuh bulan dan diperkirakan tetap tinggi hingga awal 2025. Langkah-langkah stimulus ekonomi dari pemerintah Tiongkok turut mendukung peningkatan ini.
  • Badan Energi Internasional (IEA) meningkatkan perkiraan pertumbuhan permintaan minyak global untuk 2025 menjadi 1,1 juta barel per hari.

Secara keseluruhan berpengaruh terhadap harga minyak melemah.

Penggerak Pasar Forex dan Komoditi Hari Ini

ECONOMIC CALENDAR
Real Time Economic Calendar provided by Investing.com.

Terdapat laporan data fundamental dari AS hari ini yaitu: 

S&P Global US Manufacturing PMI adalah indeks ini mengukur kinerja sektor manufaktur di AS.

S&P Global Services PMI adalah indeks yang mengukur kinerja sektor jasa, yang merupakan sektor terbesar dalam ekonomi AS

Dari agenda tersebut dapat mendorong perubahan harga signifikan dan sentimen terhadap harga USD.

Pengaruh Data Terhadap Perubahan Harga.

Data GDP rilis lebih tinggi dari forcast positif/optimis untuk GBP. Sedangkan data rilis lebih rendah dari forcast negatif/pesimis untuk GBP.

Perkiraan :

Data S&P Global US Manufacturing PMI (Dec) rilis lebih rendah dari data sebelumnya.

Data S&P Global Services PMI (Dec) rilis lebih rendah dari data sebelumnya.

Share on: