Dolar AS Menguat Seiring Meredupnya Harapan Pemangkasan Suku Bunga Fed.

  • Indeks Dolar AS (DXY) terus meningkat karena ekspektasi pemangkasan suku bunga Fed berkurang.
  • Presiden Fed Minneapolis, Neel Kashkari, menekankan ketahanan ekonomi AS meskipun ada tanda-tanda perlambatan.

Indeks Dolar AS (DXY), yang mencerminkan nilai USD terhadap enam mata uang utama, terus menguat di tengah menurunnya ekspektasi pasar akan dua kali pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve (Fed) tahun ini.

Ekonomi AS memperlihatkan sinyal campuran dengan adanya tanda-tanda perlambatan, namun tetap menunjukkan daya tahan yang kuat. The Fed telah mengisyaratkan akan terus memantau data ekonomi untuk menentukan kebijakan pelonggaran moneter selanjutnya. Dilansir dari fxstreet.com Presiden Federal Reserve Bank of Minneapolis, Neel Kashkari, menenangkan pasar dengan menegaskan kembali sikap bank sentral yang bergantung pada data. Dia juga mengulangi pandangan umum para pembuat kebijakan Fed mengenai kondisi ekonomi, seperti penurunan tekanan inflasi yang terus berlanjut dan pasar tenaga kerja yang tetap sehat, meskipun tingkat pengangguran mengalami kenaikan sementara.

Kashkari menggarisbawahi bahwa peningkatan pengangguran yang terjadi saat ini tidak menimbulkan biaya besar bagi ekonomi. Ia juga menilai bahwa Tiongkok bukan merupakan ancaman utama bagi daya saing AS, dan tidak khawatir dengan yuan yang menggantikan dolar sebagai mata uang cadangan global. Meski demikian, ia menekankan bahwa daya saing AS harus tetap dijaga dan tidak dianggap remeh.

Selain itu, Kashkari menyatakan bahwa permintaan tenaga kerja yang menurun dapat memicu peningkatan tingkat pengangguran. Mengenai Bitcoin, dia menyebutnya tetap tidak memiliki nilai meskipun sudah dua belas tahun sejak diperkenalkan. Namun, ia melihat potensi besar dalam kecerdasan buatan generatif, terutama setelah dua tahun kemajuan signifikan dalam teknologi tersebut.

Pengaruh fundamental cenderung menguatkan harga Dollar AS.

Harga Emas Melemah Akibat Stimulus Tiongkok dan Penguatan Dolar.

  • Data menunjukkan ekonomi Tiongkok menghadapi tekanan deflasi yang mengancam target pertumbuhan PDB 5%.
  • Indeks Dolar AS (DXY) mencapai level tertinggi sejak Agustus 2024, menekan harga emas lebih lanjut.

Harga emas kembali melemah setelah menyentuh level tertinggi harian $2.666 pada Senin, tertekan oleh kurangnya dampak positif dari stimulus Tiongkok dan terus menguatnya dolar AS. Pada saat penulisan, XAU/USD diperdagangkan di $2.650, turun sekitar 0,26%.

Akhir pekan lalu, data mengungkapkan bahwa ekonomi Tiongkok sedang berjuang melawan tekanan deflasi yang dapat menghambat pencapaian target Produk Domestik Bruto (PDB) tahunan sebesar 5%. Dilansir dari fxsreet.com menanggapi kondisi ini, Menteri Keuangan Tiongkok, Lan Foan, berjanji pemerintah akan terus memberikan stimulus, mendukung sektor properti, dan meningkatkan modal bank negara untuk mempercepat pemulihan ekonomi.

Sementara itu, pasar obligasi AS masih tutup untuk peringatan Hari Columbus. Namun, harga emas mengalami tekanan lebih lanjut akibat penguatan dolar, dengan Indeks Dolar AS (DXY), yang mengukur nilai Greenback terhadap enam mata uang utama, naik tipis 0,38% ke level 103,30—tertinggi sejak awal Agustus 2024.

Di sisi lain, Presiden Federal Reserve Minneapolis, Neel Kashkari, menyatakan harapannya untuk “penurunan lebih lanjut dalam suku bunga kebijakan” sambil mencatat bahwa pasar tenaga kerja tetap kuat dan ekonomi berada di jalur yang tepat untuk menurunkan inflasi kembali ke 2%.

Geopolitik juga terus memengaruhi harga emas. Berita terbaru menyebutkan Israel sedang mengadakan pertemuan keamanan untuk merespons serangan yang dilancarkan Iran dan Hizbullah di Tel Aviv.

Minggu ini, perhatian pasar tertuju pada data ekonomi AS, termasuk Indeks Manufaktur New York Empire State pada Selasa dan laporan Neraca Perdagangan pada Rabu, serta berbagai pidato dari pejabat Federal Reserve.

Pengaruh fundamental cenderung melemahkan harga emas.

Harga Minyak Turun 2% Akibat Penurunan Proyeksi OPEC dan Pelemahan Permintaan Tiongkok.

  • OPEC kembali memangkas proyeksi pertumbuhan permintaan minyak global untuk 2024 dan 2025.
  • Impor minyak Tiongkok turun selama lima bulan berturut-turut, menambah tekanan pada harga minyak.

Harga minyak merosot 2% pada Senin setelah OPEC kembali menurunkan perkiraan pertumbuhan permintaan minyak global untuk tahun 2024 dan 2025, serta impor minyak Tiongkok yang terus menurun selama lima bulan berturut-turut.

Minyak mentah Brent turun $1,58, atau 2%, menjadi $77,46 per barel, sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS turun $1,73, atau 2,29%, menjadi $73,83 per barel. Meskipun harga minyak mengalami kenaikan tipis pekan lalu, penurunan signifikan terjadi setelah jam perdagangan reguler akibat laporan bahwa Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memberi tahu AS bahwa Israel siap menyerang target militer Iran, bukan fasilitas nuklir atau minyak.

OPEC memangkas proyeksi pertumbuhan permintaan minyak global untuk 2024, sekaligus menurunkan perkiraan untuk tahun depan, menjadi revisi ketiga berturut-turut. Tiongkok, importir minyak mentah terbesar dunia, berkontribusi signifikan terhadap penurunan ini karena OPEC memangkas perkiraan pertumbuhan permintaan minyak negara itu menjadi 580.000 barel per hari dari sebelumnya 650.000 barel per hari. Data menunjukkan impor minyak Tiongkok dalam sembilan bulan pertama tahun ini turun hampir 3% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Faktor lain yang turut mempengaruhi penurunan harga minyak adalah kegagalan rencana stimulus Tiongkok untuk memulihkan kepercayaan investor, serta meningkatnya tekanan deflasi di negara tersebut. Selain itu, ketidakjelasan mengenai besaran stimulus ekonomi yang akan diberikan menimbulkan kekhawatiran di kalangan pasar.

Meski ketegangan geopolitik meningkat dengan adanya ancaman serangan Israel terhadap Iran, langkah penguatan militer oleh AS di Israel tampaknya telah membantu meredam kekhawatiran akan konflik yang lebih luas di Timur Tengah. Di sisi lain, penguatan Dolar AS mencapai titik tertinggi dalam sembilan minggu, yang berpotensi menekan permintaan minyak dari negara-negara dengan mata uang selain dolar.

Pengaruh fundamental cenderung melemahkan harga minyak.

Penggerak Pasar Forex dan Komoditi Hari Ini

ECONOMIC CALENDAR
Real Time Economic Calendar provided by Investing.com.

Tidak ada rilis data ekonomi hari ini sebagai pendorong harga dari sisi fundamental analisis dan perubahan sentimen pasar.

Diperkirakan pergerakan besar atau pergerakan market yang signifikan dapat terjadi di sesi pembukaan pasar Eropa dan Amerika.

Share on: