- Ketua Federal Reserve Jerome Powell menyatakan pada hari Kamis bahwa ekonomi AS saat ini tidak menunjukkan tanda perlunya percepatan pemotongan suku bunga.
- Data terbaru menunjukkan harga produsen AS tumbuh lebih cepat dari perkiraan pada Oktober, memicu peningkatan inflasi.
Ketua Federal Reserve Jerome Powell menyatakan pada Kamis bahwa kondisi ekonomi AS saat ini tidak menunjukkan urgensi untuk menurunkan suku bunga secara cepat. Dilansir dari investing.com dalam pidatonya, Powell menjelaskan bahwa kekuatan ekonomi dan stabilitas pasar tenaga kerja memungkinkan Fed untuk mengambil pendekatan yang hati-hati dalam kebijakan moneter meskipun inflasi masih menjadi perhatian. Pernyataan ini mengindikasikan bahwa bank sentral akan tetap berhati-hati dalam menyesuaikan suku bunga, menghindari langkah yang terlalu cepat atau lambat.
Di sisi lain, data terbaru menunjukkan lonjakan harga produsen di AS yang lebih tinggi dari perkiraan pada bulan Oktober, dengan kenaikan tahunan mencapai 2,4%. Kenaikan ini menambah tekanan inflasi di pasar, yang menyebabkan taruhan pasar untuk pemotongan suku bunga pada bulan Desember menurun dari 80% menjadi 60%, menurut alat pemantau suku bunga dari Investing.com. Data ini menambah sinyal bahwa Fed mungkin menunda pelonggaran kebijakan lebih lanjut, dengan inflasi yang masih belum terkendali secara penuh.
Analisis Pengaruh Terhadap Dollar AS:
Harapan Suku Bunga Tinggi Bertahan Lebih Lama: Data inflasi yang kuat dan sinyal Powell yang berhati-hati terhadap penurunan suku bunga meningkatkan kemungkinan bahwa Fed akan mempertahankan suku bunga tinggi lebih lama.
Kenaikan Imbal Hasil Obligasi: Pernyataan Powell dan inflasi yang lebih tinggi mendorong imbal hasil obligasi Treasury AS, terutama obligasi jangka pendek seperti Treasury 2-tahun.
Secara keseluruhan berpengaruh terhadap harga Dollar AS menguat.
Analisis Pengaruh Terhadap indeks saham AS.
Kekhawatiran atas Penurunan Suku Bunga yang Lebih Lama: Powell mengisyaratkan tidak ada urgensi untuk menurunkan suku bunga dalam waktu dekat.
- Inflasi Masih Tinggi: Data inflasi yang lebih tinggi dari perkiraan menambah kekhawatiran bahwa Federal Reserve bisa memperpanjang kebijakan suku bunga tinggi untuk menurunkan inflasi.
Secara keseluruhan berpengaruh terhadap harga indeks saham AS melemah.
- Kenaikan tajam dolar AS akibat pernyataan Powell dan data inflasi AS yang stabil menekan harga emas, yang mendekati level terendah dua bulan.
- Powell menyatakan Fed tidak terburu-buru menurunkan suku bunga, yang memperkuat dolar lebih lanjut dan membatasi daya tarik emas sebagai aset safe haven.
Harga emas merosot pada Kamis, mendekati level terendah dalam dua bulan, setelah pernyataan dari Ketua Federal Reserve Jerome Powell yang mengindikasikan sikap hati-hati dalam kebijakan penurunan suku bunga. Kenaikan nilai dolar yang signifikan turut menekan harga emas, seiring data inflasi AS yang lebih tinggi dari perkiraan.
Emas Tertekan Oleh Pernyataan Powell dan Inflasi Produsen yang Tinggi
Kenaikan tajam dolar AS dan imbal hasil Treasury turut menekan harga emas setelah laporan inflasi menunjukkan stabilitas di bulan Oktober. Selain itu, data Kamis mengungkapkan bahwa harga produsen AS meningkat 2,4% secara tahunan pada Oktober, lebih tinggi dari angka 1,9% di September dan di atas perkiraan ekonom sebesar 2,3%.
Dilansir dari investing.com dalam pidatonya, Powell menyampaikan bahwa ekonomi AS tidak menunjukkan urgensi untuk mempercepat pemotongan suku bunga, sehingga The Fed dapat mengambil keputusan dengan lebih berhati-hati. Sementara itu, logam mulia lainnya juga mengalami pergerakan beragam, dengan platinum berjangka naik 0,1% menjadi $944,30 per ons dan perak berjangka turun 0,4% menjadi $30,538 per ons.
Analisis Pengaruh Terhadap Harga Emas:
Penguatan Dolar AS: Pernyataan dari Ketua Federal Reserve Jerome Powell bahwa Fed tidak terburu-buru menurunkan suku bunga memperkuat dolar.
Data Inflasi yang Stabil: Data inflasi AS menunjukkan kenaikan yang lebih tinggi dari perkiraan di tingkat produsen, yang mengindikasikan tekanan inflasi yang mungkin mendorong Fed untuk mempertahankan suku bunga tinggi lebih lama.
Kenaikan Imbal Hasil Treasury AS: Imbal hasil obligasi AS yang lebih tinggi meningkatkan daya tarik obligasi dibandingkan emas.
Secara keseluruhan berpengaruh harga emas melemah.
Penguatan Dolar dan Proyeksi Kelebihan Pasokan Tekan Harga Minyak.
- Harga minyak naik tipis setelah penurunan signifikan pada stok bensin dan solar AS.
- IEA memprediksi pasokan minyak global akan melebihi permintaan pada 2025 meskipun ada pemotongan dari OPEC+.
Harga minyak naik tipis pada Kamis di tengah perdagangan yang bergejolak, dengan penurunan besar stok bahan bakar AS yang membantu mengimbangi kekhawatiran pasokan dan permintaan yang dipengaruhi oleh penguatan dolar. Minyak mentah Brent naik 0,4% menjadi $72,56 per barel, sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS juga naik 0,4% menjadi $68,70, meskipun keduanya sempat bergerak negatif selama sesi perdagangan. Persediaan bensin AS turun drastis hingga 4,4 juta barel, jauh dari proyeksi kenaikan 600.000 barel, menurut data dari Badan Informasi Energi AS.
Faktor eksternal lain turut mempengaruhi pasar minyak. Kenaikan dolar AS ke level tertinggi setahun dan imbal hasil obligasi AS yang lebih tinggi, menyusul kemenangan pemilu Donald Trump, membuat minyak yang diperdagangkan dalam dolar lebih mahal bagi pembeli internasional, berpotensi menekan permintaan. Selain itu, Badan Energi Internasional memproyeksikan pasokan minyak global akan melampaui permintaan pada 2025 meski ada pemotongan dari OPEC+, dengan produksi dari AS dan negara lain mengimbangi lemahnya pertumbuhan permintaan.
OPEC juga menurunkan proyeksi pertumbuhan permintaan minyak untuk tahun ini dan 2025, mencerminkan perlambatan di China dan India, yang memengaruhi prospek harga minyak ke depan.
Analisis Pengaruh Terhadap Harga Minyak:
- Penguatan Dolar AS: Kenaikan dolar AS membuat minyak lebih mahal bagi pembeli luar negeri, yang dapat menekan permintaan global.
- Kelebihan Pasokan dan Proyeksi dari IEA: Badan Energi Internasional (IEA) memperkirakan pasokan minyak akan melampaui permintaan pada 2025, meskipun ada pengurangan produksi dari OPEC+.
- Revisi Turun Proyeksi Permintaan oleh OPEC: OPEC baru-baru ini menurunkan proyeksi pertumbuhan permintaan minyak untuk tahun ini dan 2025, yang mencerminkan lemahnya permintaan dari negara-negara konsumen utama seperti China dan India.
Secara keseluruhan berpengaruh terhadap harga minyak melemah.
Penggerak Pasar Forex dan Komoditi Hari Ini
Terdapat laporan data fundamental dari Jepang, Inggris dan AS hari ini yaitu:
Gross Domestic Product (GDP) digunakan untuk mengukur pertumbuhan ekonomi suatu negara dan memberikan gambaran kesehatan ekonomi.
Core Retail Sales dan Retail Sales merupakan salah satu indikator utama untuk mengukur tingkat belanja konsumen
Dari agenda tersebut dapat mendorong perubahan harga signifikan dan sentimen terhadap harga JPY, GBP dan USD.
Pengaruh Data Terhadap Perubahan Harga.
Data GDP rilis lebih tinggi dari forcast positif/optimis untuk JPY/GBP/USD. Sedangkan data rilis lebih rendah dari forcast negatif/pesimis untuk JPY/GBP/USD.
Data Core Retail Sales (MoM) (Oct) rilis lebih tinggi dari forcast positif/optimis untuk USD. Sedangkan data rilis lebih rendah dari forcast negatif/pesimis untuk USD.
Data Retail Sales (MoM) (Oct) rilis lebih tinggi dari forcast positif/optimis untuk USD. Sedangkan data rilis lebih rendah dari forcast negatif/pesimis untuk USD.
JPY
Data GDP (QoQ) (Q3) rilis lebih rendah dari data sebelumnya.
GBP
Data GDP (YoY) (Q3) rilis lebih rendah dari data sebelumnya.
Data GDP (MoM) (Sep) rilis lebih rendah dari data sebelumnya.
Data GDP (QoQ) (Q3) rilis lebih rendah dari data sebelumnya.
USD
Data Core Retail Sales (MoM) (Oct) rilis lebih rendah dari data sebelumnya.
Data Retail Sales (MoM) (Oct) rilis lebih rendah dari data sebelumnya.