Dolar Melemah, Emas Terjun: Pasar Bergeser ke Zona Risiko.

USD dan emas melemah seiring inflasi yang dingin dan pergeseran investor ke aset berisiko.
Gencatan dagang AS-Tiongkok memicu reli saham, tapi ketidakpastian tarif masih menekan aktivitas bisnis.
Indeks Dolar AS (DXY) melemah ke kisaran 100.60 pada Rabu setelah data inflasi AS yang lebih rendah dari perkiraan memperkuat ekspektasi jeda kenaikan suku bunga Federal Reserve. Diskusi mata uang antara AS dan Korea Selatan turut menekan Greenback, sementara investor mulai mengurangi eksposur berlebih terhadap aset dolar dan kembali ke posisi netral. Goldman Sachs mencatat bahwa pelonggaran posisi ini bukanlah pelarian besar-besaran, melainkan penyesuaian setelah fase overweight terhadap dolar AS.
Di sisi lain, harga emas anjlok di bawah $3.200 per ounce untuk pertama kalinya sejak April 11, meskipun dolar melemah. Tekanan pada emas datang dari naiknya imbal hasil obligasi AS dan meredanya permintaan ETF dari Tiongkok. Sentimen pasar yang lebih positif terhadap geopolitik dan perdagangan, termasuk diplomasi Timur Tengah dan optimisme Asia, mendorong peralihan minat ke aset-aset berisiko.
Sementara itu, gencatan dagang antara AS dan Tiongkok memicu pemulihan tajam di pasar saham, dengan indeks S&P 500 dan Nasdaq pulih dari tekanan pasca pengumuman tarif Trump pada 2 April. Namun, ketidakpastian seputar kebijakan tarif masih membebani aktivitas merger dan akuisisi global yang tercatat melemah tajam pada April. Investor kini menanti data PPI dan penjualan ritel AS untuk menilai arah kebijakan The Fed selanjutnya.
Analisis Pengaruh Terhadap Dollar AS:
DXY Melemah karena Inflasi Dingin & Isu Mata Uang AS-Korsel: Dolar AS (DXY) melemah ke sekitar 100.60 karena inflasi AS lebih rendah dari ekspektasi dan diskusi mata uang AS-Korea Selatan.
Emas Terus Jual & Turun di Bawah $3.200 Meski Dolar Melemah: Harga emas turun tajam meski dolar melemah, karena naiknya imbal hasil obligasi AS dan penurunan permintaan ETF emas dari Tiongkok.
Pergeseran ke Aset Berisiko karena Geopolitik Positif & Optimisme Dagang: Diplomasi Timur Tengah dan optimisme dagang Asia meningkatkan minat pada aset berisiko.
Secara keseluruhan berpengaruh terhadap harga Dollar AS melemah.
Emas Tergelincir di Tengah Damai Dagang dan Kenaikan Yield AS.

Emas jatuh karena membaiknya sentimen risiko dan naiknya yield AS.
Fed jaga sikap hati-hati, ekspektasi pemangkasan suku bunga berkurang.
Harga emas jatuh tajam untuk kedua kalinya dalam tiga hari terakhir, menyentuh level terendah sejak 11 April di bawah $3.200 per ounce. Sentimen risiko membaik menyusul berita positif dari front perdagangan Amerika Serikat, termasuk gencatan dagang dengan Tiongkok serta potensi kesepakatan dengan Jepang dan Korea Selatan. Hal ini mendorong investor keluar dari aset safe haven seperti emas, apalagi pola teknikal yang bearish mempercepat tekanan jual.
Meski ada rumor bahwa pemerintahan Trump mendukung dolar yang lebih lemah, emas tetap tidak mampu bangkit karena lonjakan imbal hasil obligasi AS. Kenaikan yield terjadi meskipun inflasi bulanan tidak mengalami perubahan, menandakan bahwa pelaku pasar masih melihat prospek suku bunga yang tetap tinggi. Hal ini semakin mengikis daya tarik emas sebagai aset tanpa imbal hasil.
Sikap Federal Reserve yang konsisten untuk menunggu dan melihat perkembangan memperkuat pandangan bahwa pemangkasan suku bunga tidak akan seagresif perkiraan awal. Investor kini menanti data Indeks Harga Produsen (PPI) dan penjualan ritel AS untuk mendapatkan petunjuk lebih lanjut tentang arah kebijakan moneter AS dalam waktu dekat.
Analisis Pengaruh Terhadap Harga Emas:
-
Harga emas turun tajam akibat membaiknya selera risiko: Harga emas (XAU/USD) turun lebih dari 2% ke $3.182 karena berita positif terkait perdagangan AS meningkatkan selera risiko.
- Gencatan dagang AS-Tiongkok dan kesepakatan di Asia tekan emas: Truce dagang AS-Tiongkok dan kemungkinan kesepakatan dengan Jepang dan Korea Selatan menurunkan daya tarik emas.
- Rumor AS mendukung dolar yang lebih lemah, tapi emas tetap gagal menguat: Meski ada spekulasi bahwa Trump ingin dolar lebih lemah, emas tetap turun karena imbal hasil obligasi AS naik.
Secara keseluruhan berpengaruh harga emas melemah.
Stok Melimpah, Harga Minyak Tersandung Lagi Meski Dolar Menguat.

Stok minyak AS naik tajam, jauh melebihi ekspektasi pasar.
Kombinasi suplai berlebih dan penguatan dolar tekan harga minyak.
Harga minyak tergelincir pada Rabu setelah data resmi menunjukkan lonjakan tak terduga dalam stok minyak mentah AS. Brent turun 54 sen ke $66,09 per barel dan WTI melemah 52 sen ke $63,15. Penurunan ini terjadi setelah sebelumnya harga sempat naik ke level tertinggi dua pekan berkat pelonggaran tarif sementara antara AS dan Tiongkok.
Menurut laporan Energy Information Administration (EIA), persediaan minyak AS naik 3,5 juta barel, bertolak belakang dengan ekspektasi penurunan 1,1 juta barel. Data API juga mengonfirmasi peningkatan stok sebesar 4,3 juta barel. Kenaikan impor minyak sebesar 422.000 barel per hari turut menambah tekanan pasokan, sementara analis memperingatkan bahwa pasar bisa kewalahan oleh kelebihan suplai.
Sementara itu, penguatan dolar AS turut membebani harga minyak karena membuat komoditas ini lebih mahal bagi pembeli luar negeri. Meski OPEC memangkas proyeksi pertumbuhan pasokan dari negara non-OPEC, organisasi tersebut tetap menambah produksi, menambah kecemasan bahwa pasokan bisa melampaui permintaan dalam waktu dekat.
Analisis Pengaruh Terhadap Harga Minyak:
Stok minyak mentah AS naik tak terduga: Data EIA menunjukkan persediaan minyak mentah AS naik 3,5 juta barel, berbanding terbalik dengan ekspektasi penurunan 1,1 juta barel.
- Kenaikan impor minyak AS menambah tekanan: Impor minyak AS naik 422.000 barel per hari, menambah suplai domestik.
- Rebound dolar AS menekan harga minyak: Dolar AS menguat, membuat harga minyak (yang dihargai dalam USD) menjadi lebih mahal bagi pembeli asing.
Secara keseluruhan berpengaruh terhadap harga minyak menguat.
Penggerak Pasar Forex dan Komoditi Hari Ini
Terdapat laporan data fundamental dari Inggris dan AS hari ini yaitu:Â
GDP (YoY) (Q1):Â Mengukur pertumbuhan ekonomi suatu negara dibandingkan dengan kuartal yang sama tahun sebelumnya.
Core Retail Sales (MoM) (Apr): Mengukur perubahan penjualan ritel, tidak termasuk penjualan mobil. Merupakan indikator belanja konsumen.
Initial Jobless Claims: Jumlah klaim pengangguran baru yang diajukan. Indikator kondisi pasar tenaga kerja.
Philadelphia Fed Manufacturing Index (May): Indeks manufaktur dari Federal Reserve Bank of Philadelphia. Survei kondisi bisnis di sektor manufaktur.
PPI (MoM) (Apr): Producer Price Index (Month-over-Month) untuk bulan April. Mengukur perubahan harga di tingkat produsen. Dapat menjadi indikator inflasi di masa depan.
Retail Sales (MoM) (Apr): Mengukur perubahan total penjualan ritel, termasuk penjualan mobil.
Fed Chair Powell Speaks: Pidato dari pejabat bank sentral penting dapat memengaruhi pasar. (A speech by the Chair o
Dari data – data tersebut dapat mempengaruhi pergerakan harga GBP dan USD.
Pengaruh Data Terhadap Perubahan Harga.
Data GDPÂ rilis lebih tinggi dari forecast positif/optimis untuk GBP Sedangkan data rilis lebih rendah dari forecast negatif/pesimis untuk GBP.
Data Retail Sales/Core Retail Sales rilis lebih tinggi dari forecast positif/optimis untuk USDSedangkan data rilis lebih rendah dari forecast negatif/pesimis untuk USD.
Data Philadelphia Fed Manufacturing Index rilis lebih tinggi dari forecast positif/optimis untuk USDSedangkan data rilis lebih rendah dari forecast negatif/pesimis untuk USD.
Data PPI (MoM) (Apr)Â rilis lebih tinggi dari forecast positif/optimis untuk USDSedangkan data rilis lebih rendah dari forecast negatif/pesimis untuk USD.
Data Initial Jobless Claims rilis lebih rendah dari forecast positif/optimis untuk USD Sedangkan data rilis lebih tinggi dari forecast negatif/pesimis untuk USD.
Perkiraan :
GBP
GDP (YoY) (Q1) rilis lebih tinggi dari data sebelumnya.
USD
Core Retail Sales (MoM) (Apr) rilis lebih rendah dari data sebelumnya
Retail Sales (MoM) (Apr) rilis lebih rendah dari data sebelumnya
Initial Jobless Claims rilis lebih tinggi dari data sebelumnya
Philadelphia Fed Manufacturing Index (May) rilis lebih tinggi dari data sebelumnya